Maddox telah memasang barrier sihir pelindung untuk mansion Tauri pada malam hari, mencegah para hunter untuk masuk dengan mudah. Bukannya ia tak merasa bersalah telah melibatkan seisi mansion untuk urusannya, tapi ia tak menyangka Alde tak berada di sana!
Keparat itu harusnya sudah kembali sejak dua hari yang lalu setelah rapat komite dan istana selesai. Namun hanya Tuhan dan ia yang tahu kemana sang Alpha pergi. Maddox curiga cowok itu masih belum menyelesaikan urusan internal komite penyihir yang masih menginginkan pemisahan negara. Kalau saja cowok itu bersedia menjadi ketua komite, pasti urusannya tak akan berlarut-larut seperti ini. Namun Maddox mengenal Aldebaran sebagai seorang cowok yang menjunjung tinggi kasta dan rasa hormat pada tetua, oleh karena itu ia memilih menyerahkan pimpinan komite penyihir pada seniornya. Hanya saja, sebagian dari para senior adalah orang-orang busuk, yang sama busuknya dengan anggota keluarga kerajaan yang kini memburu Maddox.
Kurang bobrok apalagi negerinya ini?
Ia tertawa miris, sekaligus mulai kehilangan percaya diri. Misalnya pun ia mampu menyingkarkan mereka semua, apakah ia kompeten menjadi seorang Raja? Bisakah ia membawa negerinya menuju kemakmuran seperti dulu lagi? Bisakah ia membawa perdamaian bagi kaum manusia dan para penyihir seperti dulu lagi?
Ataukah kekacauan ini merupakan sebuah pertanda dari semesta bahwa ia tak ada cakapnya dan memaksanya untuk menyerah?
Ah, tapi ia tak pernah percaya dengan firasat, ilham, atau apapun namanya itu!
Ia yang dibesarkan dengan campuran darah penyihir dari ibunya dan darah pengendali dari ayahnya, belajar untuk menyelesaikan semua urusannya sendiri. Sedari kecil ia tahu bahwa tak ada yang bisa ia percayai kecuali dirinya sendiri, kecuali nasibnya sendiri. Ia tahu bahwa terlalu banyak orang yang menginginkannya enyah tertelan bumi. Karena itu, ia bertekad untuk mencapai puncak tertinggi; untuk menjadi Raja. Dan ia tak akan ragu untuk menyingkirkan siapapun yang akan menghalangi jalannya.
"Aku dengar apa yang terjadi."
Maddox menoleh, melihat sang tuan rumah berjalan menghampirinya. Kereta kudanya masih berhenti di depan, aneh ia tidak mendengar suara apapun, apa ia terlalu larut dalam pikirannya?
"Alde!"
"Ck! Kau selalu membuat kekacauan di manapun!"
Terlepas dari ucapannya yang kadang pedas, pangeran itu tahu bahwa sahabatnya selalu bersedia menolongnya kapanpun, karena ia pun demikian. Maddox tertawa sambil merangkul cowok di depannya.
"Kau membuat barrier?" tanya Alde mengamati lingkaran biru di sekitar mereka, sahabatnya mengiyakan. Cahaya biru masih bersinar di sekeliling mansion Tauri, meski kini sudah mulai transparan. Ini sudah cukup sebenarnya untuk melindungi, tapi ia yakin sang Alpha bisa menyempurnakannya dengan sihirnya yang kuat.
"Aku sudah menuntun para hunter kesini. Buat jaga-jaga kalau mereka mencariku lagi."
Aldebaran mengangguk sambil mengeluarkan kekuatannya, cahaya berwarna emas bersinar dari tangannya, merambat ke udara dan melapisi barrier yang telah dibuat Maddox. Kini perlindungannya lebih dari cukup.
"Anywayy.. kau bawa oleh-oleh buatku?"
"Kau ini apa? Anakku?"
Maddox memasang tampang terimutnya, "anggep aja begitu...?"
Sang Alpha menepis tangan cowok itu di bahunya, meski ia berusaha memasang wajah poker face-nya, tapi segaris senyuman terlalu sulit untuk disembunyikan.
"Ambil sendiri di kereta! Ibu membawakan terlalu banyak masakan."
"Yeay, you're the best, Alde!" Maddox segera mengubah wujudnya menjadi serigala abu-abu besar dan bersiap menerjang kereta kuda tempat makanannya berada. Sang kusir hanya bisa berdiri gemetaran di samping kereta melihat anjing raksasa itu berlari ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRI : Istana Kaca (Buku 2) ✔
FantasyUsai meninggalkan Menara Langit, Fairi melanjutkan perjalanannya ke Barat untuk mencari penyihirnya dan mengobati sakitnya... atau ia akan mati di tangan orang yang memberinya kekuatan? disclaimer: cover image isn't mine, i took it from pinterest.