23. Masih Ada Harapan

92 8 0
                                    

The Dawn telah terbentuk sempurna, dan bersiap menebas untuk pertama kalinya!

Fairi sampai di pintu kuil dengan bantuan Fitz, pegassus hitam milik Caden yang menjemputnya di tepian batuan karang di pantai. Saat hendak memasuki kuil, perhatiannya tertuju pada The Dawn di langit yang kini mulai mengayun. Posisi pedang legendaris itu bukanlah di atas Tanah Tertinggi, tempat pertarungan mereka saat ini, melainkan di atas Negeri Barat!

Mata cewek itu membulat. 

Sirius telah berhasil menyerap kekuatan para phoenix?!

Ia mengepalkan tangannya, sementara jantungnya berdetak kencang. Apa yang akan terjadi?!

Cahaya terang dari pedang itu mulai berkilau, memancarkan bilah tajamnya, yang meskipun Fairi tahu bukanlah secara fisik, hanya visonernya saja karena pedang itu terbuat dari cahaya. Namun tetap saja, legenda mengatakan sebagian bumi hancur lebur akibat kekuatan sakti ini. Lantas bagaimana menghentikannya? Tidak ada yang tahu, kecuali.. membunuh si pemanggilnya; Sirius.

Saat langkah kaki Fairi telah mulai memasuki pintu, lagi-lagi intenstitas cahaya yang dikeluarkan The Dawn mencuri perhatiannya dan membuatnya menyaksikan ayunan pedang itu yang kini dengan agak cepat turun ke daratan; menghancurkan wilayah Barat!

Sial! Sial! Sudah terlambat!

Alde.. Maddox.. Julia.. Shadan.. Sia.. teman-temannya masih ada di sana...!!

Lutut Fairi gemetar dan sekilas ia berharap kekuatan pengendaliannya mampu juga mengendalikan pedang itu. Tapi itu mustahil!

"Siaaaaalll!!"

Seberkas bayangan hitam melesat dari daratan menuju ke arah pedang, seolah akan melawannya. Apa, siapa?

Fairi menengok dan melihat Fitz masih ada di dekatnya dengan ekspresinya yang menggeram ke arah The Dawn. Kalau pegassus hitam ini di sini, lantas itu apa? Cewek itu mencoba memicingkan matanya, terlihat olehnya seekor naga berwarna merah anggur menahan pedang sakti itu. Terdengar raungan sang naga yang membahana hingga sampai ke tempatnya berada di Tanah Tertinggi, untuk kemudian cahaya yang amat menyilaukan lagi-lagi hampir membutakan matanya. 

Lalu hening.

Tak ada lagi The Dawn.

Dan tak ada lagi Naga.

 

Ibuku (shapeshifter) seekor naga, Maddox kala itu memberitahunya.

Nafas Fairi seketika tercekat, apakah itu Julia? Sang Ratu kah yang baru saja menahan pedang itu? Atau mungkin naga lainnya?

Lamunan Fairi terganggu dengan teriakan Iridessa yang memekakkan telinga. Ia segera berlari masuk.

Di dalam, terlihat Sirius sedang melawan musuh-musuhnya seorang diri, dengan relic yang masih berdiri dengan menghisap para phoeninx yang terperangkap ke dalam ruangan. Iridessa sementara itu tersungkur di belakang, meraung-raung, "Juliaaa!!"

Darah Fairi langsung beku seketika.

Iridessa terhempas dengan kencang menabrak tembok setelah menerima serangan anaknya sendiri. Tak memberi kesempatan, Fairi langsung mengeluarkan pengendalian darahnya, mencekal jantung wanita yang sama sekali tak melakukan perlawanan itu.

"Kau dan Ju-" baru saja ia akan mengatakan sesuatu, sebuah kilatan cahaya menebasnya, melemparnya ke atas dan memecahkan atap kaca. Di tengah wajahnya yang tergores, samar Fairi dapat melihat gelapnya malam mulai menyelimuti langit, sebelum tubuhnya kembali tertarik gravitasi dan jatuh ke lantai kuil.

Caden yang telah mengubah diri menjadi angin, tampak sedang menyerang Sirius yang masih juga mengeluarkan jurus pedang cahayanya. Sementara Benjamin, Quentine, Ares, dan Quinn mulai menyerang relic untuk menghentikan benda itu terus menyerap kekuatan phoenix yang jumlahnya sudah sangat sedikit.

FAIRI : Istana Kaca (Buku 2) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang