6. Sempurna

128 8 1
                                    

GGRRRRRRRR!!!

Maddox menggeram berkali-berkali, membuat ngeri setiap penduduk yang mendengar dan tinggal di dekat area hutan di belakang istana. Serigala itu merasa emosinya naik setiap kali bayangan tentang rubah kecilnya berkelebat sedang menjerit kesakitan. Berbeda dengan Fairi yang merespon lukanya dengan muntah darah, serigala-penyihir itu hanya mendapatkan sekilas bayangan yang sedang terjadi pada cewek itu.

Apa para hunter kembali lagi?

Apa mereka diserang?

Apa barriernya dan Alde telah rusak?

Berbagai pertanyaan menyeruak di alam pikirannya, membuat kakinya berlari dengan sangat kencang. Ia sengaja lewat hutan karena menghindari bertemu dengan penduduk kota yang utamanya manusia. Meskipun banyak penyihir yang bisa mengubah tubuhnya menjadi serigala atau hewan lainnya, tapi bagi manusia mereka tetap menakutkan.

Ketika ia hampir sampai di jalanan yang bangunan di sekelilingnya terbuat dari kaca, marmer, dan permata, serigala itu baru menampakkan diri dan berlari di jalan utama. Pemukiman penyihir ini lebih terbiasa melihat seorang shapeshifter dibanding manusia. Kadang ia bertemu dengan para kucing chesire atau burung-burung gagak hitam, yang juga termasuk ke dalam shapeshifter, di sepanjang jalan menuju Mansion Tauri.

Maddox langsung menerobos masuk gerbang utama dan saat itulah mulai terlihat barrier yang ia dan Alde buat, masih utuh dan sempurna.

Lantas ada apa sebenarnya?!

Sang pangeran belum juga mengubah wujudnya ketika masuk ke dalam rumah besar itu dan mendekat ke tempat dimana Fairi berada. Samar-samar ia mendengar jeritan cewek itu dari arah ruang makan utama. Dimana Alde?

Tepat sampai di depan pintu, bayangan Fairi makin jelas dan rasa sakit cewek itu makin menjadi-jadi.

Serigala itu tidak tahan, dan ia pun melolong.

AAUUUUUUUU!!!

~**~

Fairi masih menggelepar di lantai, kesakitan, mirip dengan rasa sakitnya sewaktu ia mengikat perjanjian darah dengan Maddox. Hanya saja, kali ini rasa sakit itu berkali-kali lipat menyakitkannya. Kulitnya seperti dicabut dan darahnya seperti dipaksa keluar dari seluruh lubang tubuhnya dan kapiler-kapiler kecilnya. Dan itu bukan hanya perasaannya; dari pori-porinyanya sudah mulai keluar darah, mulutnya sudah dipenuhi cairan rasa besi, belum lagi dari hidung, telinga, dan matanya!

AAAARRRRGGGGGGGHHHHH!!! HENTIKAAAANNNN!!!

Siapapun.. Tolong..!!!

Lalu di tengah nestapanya, ia mendengarnya; lolongan serigala!

Maddox?!

Cewek itu memejamkan matanya, dan mencoba berdiri. Maddox ada di sini, ia bisa menolongnya dengan kekuatannya.. namun rasa sakit itu menghantamnya lagi, bagai palu gada. Ia tertelungkup, lagi, nyeri menjalari sekujur tubuhnya.

Fairi berteriak lagi.

~**~

Suara lolongan serigala. Dia datang, cepat juga ternyata.

Alde akhirnya berdiri dari kursinya, menoleh sekilas ke arah cewek yang sedang mengatur nafas sebelum gelombang sakitnya merajainya lagi. Ia menggelepar, lagi, sambil berteriak.

Cowok itu mengeluarkan kekuatannya, seberkas cahaya emas. Ia tak akan membiarkan serigala itu mengganggu.

BRUAKKKKK!

Pintu ruang makan terlepas dan terbang diterjang Maddox. Ia menampakkan taringnya, menahan amarahnya. Bukan sesuatu yang bagus. Matanya yang berwarna hitam pekat melihat ke arah Fairi yang masih di lantai dalam keadaan meringkuk, lalu terguling lagi sambil berteriak kesakitan. Dengan tergesa, ia langsung menghampiri cewek itu. 

FAIRI : Istana Kaca (Buku 2) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang