Usai ciuman panas di siang bolong dan tengah jalan raya yang berdebu, Eric kembali memeluk Fairi erat, masih nggak percaya cewek itu ada di dekapannya.
"Hanya kudamu yang kembali," ujar cowok itu lirih, mengingat saat-saat jantungnya terasa berhenti berdetak.
"Quentine dan aku hampir gila mencarimu.. kau tidak ada dimanapun, tidak ada penjaga perbatasan negara yang melihatmu.. kau seperti menghilang di telan bumi, Fai.."
"Eric..."
"Tapi syukurlah, kau baik-baik saja."
Cowok pengendali api itu melepaskannya, namun tetap berada di dekatnya, "ikutlah denganku, aku hanya ingin memeriksa situs tambang sebentar. Setelah itu kita kembali ke Selatan."
Fairi mengangguk, dan Eric menggenggam tangannya, menuntun cewek itu ke dalam kereta kudanya. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika pintu kereta terbuka lagi dan seseorang dengan rambut merah panjang dan mata birunya keluar.
"Eric! Kenapa lama- Oh..?!"
"Ah, aku lupa ada dia." bisik cowok itu pelan, namun cukup keras untuk didengar Fairi.
Eric memerintahkan Finn untuk mengambil kuda Fairi dan menaikinya. Sementara ia, Fairi, dan Yaya duduk di dalam kereta, mengunyah kebab. Kalau saja si Botak penjual kebab itu memiliki mulut yang lebih sopan, tentu Fairi akan minta tolong Eric atau Quentine untuk mempekerjakannya di Menara Langit. Sayang, dia aliran garis keras.
"Ehm! Eric, kamu tidak memperkenalkan kami?" suara Yaya memecah kebisuan di dalam kereta, menghentikan pikiran Fairi tentang isu di Barat.
"Ah.. maafkan, aku lupa. Yaya, kenalkan, ini Fairi. Fairi, kenalkan, ini Yaya."
Kedua cewek itu berjabat tangan.
"Kamu pengawal Quentine? Aku kagum padamu!"
"Ah, a-"
"Aku dulu belajar pedang dari Eric dan Ares, sekarang kemampuanku lumayan, loh! Harusnya kamu mengangkatku jadi pengawalmu juga!" ujarnya Yaya riang kepada cowok di sampingnya.
Kepala Fairi masih memproses...
"Eric sepertinya sengaja mencari gadis-gadis berambut merah ya, sedari dulu seleranya seperti itu."
"Yaya, hentikan!"
"Apa? Aku hanya mengatakan kenyataannya. Kamu nggak usah malu mengakuinya.."
Sementara cewek itu masih menggoda Eric, akhirnya Fairi paham sesuatu; kehaluan yang luar biasa.
Fairi yang dulu akan mudah berasumsi bahwa Eric pasti akan memilih Yaya setelah cewek ini datang lagi, entah darimana. Tapi Fairi dan cowok itu berciuman, kan? Dan dua kali. Itu cukup membuat Fairi sadar bahwa perasaannya dan Eric saling menyambut. Entah apapun yang dikatakan Yaya.
Kereta mereka berhenti, dan Finn membuka pintu, mengabarkan kalau mereka sudah sampai.
"Eric, aku akan menemui kakakku dulu, nanti aku menyusul!" dan cewek itu pun pergi, setengah berlari.
Fairi bangkit dari kursinya berniat keluar juga, namun tubuhnya tertahan tangan Eric yang tiba-tiba mendudukkannya di pangkuannya cowok itu!
"Eric! Mmfff-!!"
Setelah keduanya kehabisan nafas, barulah cowok itu melepaskan bibirnya, tapi tangannya masih di pinggang cewek itu, belum mau terpisah. Matanya sayu, memandangi cewek di depannya dengan tatapan penuh harap. Dan bibirnya.. Fairi nggak bisa melepaskan pandangannya dari sana.
"Aku masih kangen."
Suaranya pelan, berat, tapi menghipnotis, membuat Fairi berani kembali mendekatkan wajahnya. Eric pun langsung menyambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRI : Istana Kaca (Buku 2) ✔
FantasíaUsai meninggalkan Menara Langit, Fairi melanjutkan perjalanannya ke Barat untuk mencari penyihirnya dan mengobati sakitnya... atau ia akan mati di tangan orang yang memberinya kekuatan? disclaimer: cover image isn't mine, i took it from pinterest.