13. Istana Kaca

105 8 0
                                    

"Akan kusiapkan keretanya, Eric."

Mereka berpandangan, ada scene yang terus diputar dan sulit dihilangkan. Finn masih menunggu jawaban sang pangeran yang akhirnya melepaskan pandangannya dari Fairi dan berdehem, "nggak usah, aku naik kuda saja."

Ketika cewek pengendali air itu mengikuti Eric ke dalam kandang kuda, Finn bertukar kerlingan dengan Ares, membuat pengawal Quentine itu ber-oh panjang; kira-kira begitu.

Dan akhirnya berangkatlah mereka berempat; Eric, Finn, Ares, dan Fairi, menuju ke Barat, Istana Kaca.

Kedua pengawal Quentine itu bertemu sang pangeran mahkota di gerbang belakang istana. Eric berniat mendiskusikan keamanan jalur tambang, berkaca pada pengalamannya sendiri.

Melihat badge di kuda hitam yang ditunggangi Eric, penjaga gerbang Barat segera mempersilahkan mereka berempat masuk. Keramaian ibukota langsung menyambut mereka yang sebagian besar sedang membersihkan rumah dari salju yang semalam turun tanpa ampun.

"Sudah kubilang, aku akan mengajakmu ke sini."

Cewek itu berpaling pada Eric, kemudian tertawa, "seingetku, aku kesini karena perintah Quentine dan bukannya ajakanmu."

"Nanti akan kuberi tur singkat." janji cowok itu, disambut lagi dengan tawa Fairi. Suaranya yang seperti kepingan kue karamel membuat Eric tak pernah bosan mendengarnya.

Istana Kaca memang bangunan terindah yang pernah dikunjungi Fairi. Kini setelah ia berkesempatan untuk memasukinya, kekagumannya bertambah. Karena sebagian besar sisinya terbuat dari kaca dan kristal, membuat ruangan-ruangan di dalamnya tampak seperti rumah kaca yang indah, namun tetap dengan hawa yang sejuk.

Masuk ke dalam istana, ia menemukan sebagian perkakas juga terbuat dari kaca!

Jangan-jangan memang ada wanita-wanita bersepatu kaca di sini?

"Yang Mulia Ratu meminta Anda bergabung di ruang rapat, Tuan."

Dengan anggukkan kepala, Eric dan rombongan mengikuti sang pengawal Ratu. Mereka masuk melewati sebuah lorong kaca yang membuat Fairi menahan nafas. Tempat itu sungguh cantik sekali!

Menengok ke atas, kau bisa melihat langit yang cerah, juga pohon-pohon di samping yang sedang meranggas. Bayangkan bila musim semi dan bunga-bunganya mekar!

Melihat ke bawah, ada kolam ikan dengan ikan berwarna-warni asyik berseliweran, lengkap dengan koral-koral dan terumbu karang!

Wait, kenapa kolam ini nggak beku?

"Mereka punya semacam sistem yang memblok hawa dingin masuk ke kolam bawah, menjaganya tetap hangat sebagaimana seharusnya." terang Eric disertai dengan cengiran saat melihat kebingungan cewek itu. Itu yang ditanyakannya pertama kali saat dua puluh tahun lalu ke sini bersama ayah dan ibunya.

"Silahkan, Tuan."

Pintu ruangan terbuka, menampakkan wajah-wajah yang tak asing bagi sang pangeran, tapi tak pernah dilihat Fairi. Hanya tiga wajah yang dikenalnya di dalam sana, dan ketiganya melihat mereka dengan bersahabat, sementara lainnya mengernyitkan kening, menebak-nebak perkara apa lagi yang dibawa oleh Selatan.

Eric, tanpa disadarinya, menatap sebal pada cowok penyihir di samping putra mahkota Maddox. Moodnya langsung jelek. Namun begitu, sesuai etika, ia tetap memberi salam dan mencium punggung tangan sang Ratu.

"Selamat datang, Pangeran Eric." sapa Julia hangat, mempersilahkan keempat tamunya untuk menduduki kursi yang kosong.

Ada dua puluh orang di ruangan itu, dengan meja mahogani panjang, dan kursi berkulit marun. Bukan kaca kali ini.

FAIRI : Istana Kaca (Buku 2) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang