Dua bulan kemudian..
Nggak banyak yang berubah di kehidupan Fairi setelah pesta di musim dingin itu. Hatinya patah, tapi ia menerimanya. Eric masih mengejarnya setiap hari selama beberapa minggu untuk meyakinkannya. Awalnya, cewek itu menghindar karena sepertinya itu opsi termudah atau ia hanya ingin cowok itu merasakan sakitnya. Namun belakangan ia sadar bahwa di dalam pilihannya yang tak ingin menjadi cinderella itu, adalah juga berarti melepaskan hati yang terlanjur ia sematkan pada cowok bermata abu itu.
Rupanya, bukan hanya Fairi yang patah hati dengan pertunangan Eric dan Adheena, Yaya pun demikian. Cewek itu langsung pergi dari istana dan memilih tinggal bersama kakaknya.
"Fai, kau udah pinter. Nggak ada lagi yang bisa aku ajarkan padamu."
Seperti biasa, ia dan Ares sedang berada di ruang latihan, melatih panahan, belati dan shurikennya.
"Pedang?"
Ares tertawa, "belum menyerah juga? Kupikir kau sudah melepaskan Eric."
"Nggak ada hubungannya."
Menimang sebentar, cowok itu akhirnya mengangguk, "besok akan kucarikan pedang yang ringan. Kita bisa latihan setelah aku mendapatkannya."
Fairi bersorak girang dan hampir memeluk sahabatnya itu kalau saja Ares tidak lari menghindar terlebih dahulu. Cowok itu terlalu hafal tabiatnya.
Musim dingin berakhir, namun udara masih juga belum menghangat meskipun salju tidak lagi turun, membuat beberapa tunas tanaman mulai berani menampakkan diri. Fairi memacu kudanya dari pelabuhan Moonlight ke arah asrama sekolah pengendalian itu. Ia, Shadan, dan Emma mendapatkan misi untuk menemui Caden dan melihat calon pengendali yang akan direkrut istana.
Tapi itu hanya kedok. Mereka akan menemui sahabat mereka yang pernah ditangisi.
"Quinn!! Syukurlahh.. syukurlahh!!" air mata bahagia tak bisa dibendung dari mata Emma, begitupula dengan Fairi dan Sia. Sementara Shadan berusaha kuat untuk tetap tersenyum.
"Fairi memberitahuku kemarin dan aku langsung membuat persembahan untuk Dewi Bumi!" Sia memeluk cewek berambut pink itu erat. Ia juga diberikan 'perintah' oleh Quentine yang mengirim surat ke Argus.
Ah, zombie Argus masih di tempatnya meski Fairi dan Quentine selalu mengawasi pergerakannya. Karena mereka masih belum menemukan cara memberitahu raja Edmund seperti;
"adikmu adalah zombie, bisa kami membunuhnya?"
Bisa-bisa mereka dipenggal!
"Aku diselamatkan oleh para siren dan keempat manusia ikan," Quinn memulai ceritanya, "ada sebuah organisasi yang berusaha menangkap para hewan di tanah tertinggi, menggunakan kekuatan mereka agar bertambah kuat. Saat rombongan kami ke sana, Pegassus mengira kami ingin menyingkirkan mereka, dan terjadilah pertarungan itu.
Namun aku berhasil meyakinkan mereka bahwa aku hanya ingin membantu. Sayangnya, Derek...."
Wajah Quinn langsung keruh, ada gurat sedih bercampur marah di sana. Dengan terbata, ia menjelaskan bahwa cowok yang juga kekasihnya itu menghasut para siren dan mendorong tubuhnya jatuh dari tebing. Untung saja pegassus menolongnya dengan mengirimkan telepatinya, membuat para makhluk air itu tidak jadi mengamuk dan memilih untuk menyelamatkan nyawa gadis itu.
Keempat manusia ikan kembar kebetulan sedang berada di sekitar tanah tertinggi dalam rangka misi mereka saat tak sengaja bertemu dengan seorang siren dan memberitahu apa yang terjadi. Quinn pun dibawa ke Moonlight yang notabenenya adalah tempat teraman saat ini, untuk dirawat dan bersembunyi sementara waktu.
Benjamin, yang sudah berhasil dibebaskan dari penjara utara, juga sudah menemui anak semata wayangnya itu, dan sedang menyusun strategi untuk menemukan motif Derek dan komplotannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRI : Istana Kaca (Buku 2) ✔
FantasyUsai meninggalkan Menara Langit, Fairi melanjutkan perjalanannya ke Barat untuk mencari penyihirnya dan mengobati sakitnya... atau ia akan mati di tangan orang yang memberinya kekuatan? disclaimer: cover image isn't mine, i took it from pinterest.