Ketulusan

2.4K 100 8
                                    

Natasha masuk ke dalam ruangan melihat kondisi Elvano. Ntah mengapa hatinya begitu teriris melihat Elvano terkapar lemah di brankar Rumah sakit.

Natasha menutup mulutnya menahan tangis yang akan pecah sebentar lagi.

Dirinya meletakkan tas dan map yang berisi rontgen di meja sebelah Elvano berbaring. Ia keluar dengan terburu-buru lalu berjongkok menutup muka dengan ke dua tangannya. Natasha menangis.

Tidak bisakkah ia lebih berhati-hati saat berkendara?. Tidak bisakkah ia membuang ke egoisan nya?. Bagaimana jika Elvano meninggal dan itu di sebab kan dirinya?.

Natasha semakin menangis dan merutuki diri sendiri. Natasha menyesel, Natasha menyesal, Natasha menyesal, sekali lagi dirinya menyesal. Menyesal tidak mengubah apa pun, Natasha tau itu.

"Dek" suara itu membuat Natasha berdiri lalu menghambur ke pelukannya. Dia Arka.

"Kakk.." Natasha mengucapkan itu sembari menangis segukan.

"Tenang yaa, pelan-pelan" ujar kakaknya dengan lembut.

"Gue gabisa ngomong"

"Iya makanya diem dulu nangis nya, minum dulu" Tangan Arkan menggerakan ke arah Irene seolah-olah ia meminta minum untuk Natasha.

"Nih minum dulu" Natasha melepaskan pelukan lalu meminum air yan penuh hingga setengah bagian.

"Gimana keadaannya El?" Tanya Arkan dengan merapikan rambut Natasha.

Natasha menggeleng lalu mukanya merah pertanda menahan nangis.

"Gue gatau bisa kuat atau ngga kalau di posisi dia" Suara Natasha semakin serak mengucapkan kalimat itu.

Arkan menanyakan semuanya pada Natasha. Mulai dari mana kejadian itu bisa terjadi, bagaimana keadaan Elvano.

Arkan, Kelvin, dan Rafael masuk ke ruangan dimana Elvano sedang berbaring.

"Si anjing nyusahin aja" Suara Kelvin memecah keheningan.

"Gaada otak emang ni anak pake jatoh segala" timpal Rafael.

"Siapa yang lo bilang nyusahin dan gaada otak?"

"Anjir! Gue kira lo koma sialan" Ucap Kelvin sembari berkacak pinggang.

"Mulut lo tuh koma" timpal Elvano dengan sinis.

"Gamati aja sekalian?" Kini, suara Arkan lah yang terdengar. Elvano hanya melengoskan mata sebagai balasan dari ucapan Arkan.

Arkan dan Elvano memang musuh bebuyutan sejak lama, ntah awalnya karna apa.

"Adek lo gaada maaf sama sekali ke gue"

"Gila maaf lo? Atau ngemis maaf dari adek gue?" Desis Arkan.

Suasana semakin tegang kala Arkan slalu menyindir hal itu.

"Lo kesini niat jenguk atau mau buat gue mati secara perlahan?" Tanya Elvano dengan alis terangkat satu.

"Dari awal gue bilang, kenapa ga sekalian lo mati"

"Lo kenapasi sensi banget sama gue Ar? Terlepas dari musuh lo bisa ga biasa aja ke gue?" Tanya Elvano dengan menggebu gebu.

"Lo jangan lupain satu hal, lo udah nyakitin ade gue, itu artinya lo cari mati sama gue"

"Lo mau gue mati? Sekarang Ar! Matiin gue sekarang juga kalo emang itu mau lo!" Suara Elvano terdengar sampai ke luar.

"Lo berdua apa-apaansih! Lo Ar, orang lagi sakit diajak berantem. Lo juga El, udah tau sakit ngeladenin aja. Sama gilanya. Kalo gaada kita gue yakin ini ranjang rumah sakit udah ancur" Ucap kelvin dengan sinis.

"Ini apaansi! Kak!" Natasha masuk dengan wajah yang kusut. Serta mata sembab. Mukanya menyiratkan kebingungan.

Arkan menyeringai, lalu keluar dari ruangan.

"Kenapa vin?" Tanya Natasha dengan suara serak.

"Finee Sha" Ucap Elvano dengan senyum tulus.

Kevin dan Rafael saling lirik, mengerti situasi ke duanya bergegas pergi dari ruangan.

"Sini" Ucap Elvano dengan lembut.

Natasha masih diam dengan air mata yang sudah menumpuk di mata.

Dirinya berjalan mendekati Elvano.

"Maaf... Gue beneran minta maaf atas kejadian ini semua.. Hikss.. gu.. guee.. pokoknya gue minta maaf El!" Ucap Natasha dengan erangan seperti anak kecil.

Elvano terkekeh melihat tingkah Natasha.

"Duduk Shaa, ngapain berdiri?" Tanya Elvano dengan menaikan satu alisnya.

"Ya makanya maafin gue dulu El" Ujar Natasha dengan menarik ingus dan mengelap air matanya.

"Udah dimaafin" Elvano senyum sebagai balasan karna Natasha mau duduk.

"Sakit banget ya?" Tanya Natasha dengan bibir yang bergetar.

"Gapapa Shaa, udah jangan nangis" Natasha mengangguk dan mengelap air matanya dengan dasi.

"Makanya kalo bawa mobil jangan kebut-kebut" Ucap Elvano dengan suara yang sangat lembut.

Natasha menganggukan kepala. Matanya tertuju pada pergelangan tangan Elvano yang membengkak dan berwarna biru ke ungu-an.

"Kebayang ngga kalo tangan gue ga nahan kepala. Kepala gue jadi bengkak dan ujungnya penggumpalan darah? Gue bisa koma, bahkan mati" papar Elvano.

"Gausah ngebayangin"

"Shaa" Natasha berdehem sebagai balasan ucapan Elvano.

"Cara nebus kesalahan gue gimana?"

"Gausah bahas itu dulu deh. Gue beneran mumet. Mana tugas pak burhan belum gue kerjain, absen gue kotor nih gara-gara lo!" Makin Natasha dengan muka yang di tekuk.

Arkan terkekeh "yang buat gue kaya gini siapa? Lo kan? Jadi ini salah siapa?"

Muka Natasha merah pertanda menahan kesal.

"Kan gara-gara lo! Suruh siapa pagi-pagi udah buat emosi!" Sungut Natasha tidak mau kalah.

Elvano terkekeh. "Iya El yang salah"

🌬🌬🌬

Kenapa si El lucu bgt kalo lg sm Aca :(

Salam hangat,
Hadidz.

Bad Boy Is My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang