Natasha baru saja keluar dari kamar mandi, lalu mencari ponselnya yang berdering.
Ponsel Android-lah yang berdering. Pertanda itu bukan teman dekat Natasha atau keluarganya. Karna jika kerabat Natasha pasti nelfon ke Iphone. Natasha terlalu menjaga privacy nya. Sampai nomor telfon-pun dikhususkan bagi si pengguna. Kebayang bukan bagaimana repotnya memiliki dua Hp dan sama pentingnya bagi seorang Natasha?.
0858 xxxxxxxx is calling..
"Siapa ni?" Gumam Natasha.
"Angkat ngga ya?" Natasha sedang dilanda kebingungan. Pasalnya nomor itu tidak dikenal sama sekali oleh Natasha.
Setelah berpikir secara matang, dan mengaktifkan screen recorder. Akhirnya telefon itu diangkat oleh Natasha
Jika penelfon tidak memiliki nama alias nomor asing, Natasha selalu memakai cara merekam layar. Supaya terekam apapun yang diomongin antara si penelpon dan si pendengar. Takut terjadi ancaman maka sebelum Natasha berbicara tanpa di ragukan orang lain, dia telah memiliki bukti yang kuat.
Awalnya suara itu hanya seperti orang yang sedang grasak-grusuk. Tapi lama kelamaan dirinya mendengar suara yang tak asing.
"Jadi gimana?" Tanya salah satu orang di telfon tersebut.
"Apanya yang gimana?"
"Natasha, bisa ngga lo dapetin doi?" Tanya nya lagi.
"Elah. Seorang Elvano Gazani Cassanova gamungkin gabisa dapetin dia. Liat aja, sebentar lagi tu cewe tekuk lutut depan gue"
Elvano?. Batin Natasha
"Bagus lah. Gue berdua kevin bakal beliin mobil yang lo mau kalo lo bisa menangin ni taruhan"
Itu pasti rafael. Batin Natasha lagi.
"Santai Raf. Gue bisa menangin taruhannya"
Tutt.. tutt..
Natasha termenung, melamun dengan pikiran yan berkecamuk. Dirinya dijadikan bahan taruhan hanya sebuah mobil?. Semurah itukah harga dirinya?. Serendah itukah penampilannya sampai dijadikan taruhan?. Natasha mengelap pipinya karna air mata yang jatuh. Punya salah apa dirinya pada mereka sampai dijadikan bahan taruhan. Miris sekali.
Tok.. tok..
"Dek. Ada di dalem?" Itu kakaknya yang memanggil.
"Iya kak, gue pake baju dulu bentar"
Kakaknya diluar kamar sana mengernyitkan dahi. Mengapa suara adiknya sangat purau?.
Cklek...
"Lo abis nangis?" Tanya kakaknya yang menatap Natasha dengan intens.
Natasha hanya geleng-geleng kepala. "Senyum" pinta kakaknya.
"Cepet senyum gue mau liat lo senyum" Kakaknya mengucapkan dua kali karna Natasha diam saja.
Helaan nafas keluar dari mulut Natasha, lalu detik berikutnya dia senyum. Tetapi air mata itu lolos begitu saja dipelupuk mata Natasha.
Kakaknya mendekat, mendekap tubuh Natasha. Kaget melihat kondisi adiknya yang menangis ntah dengan alasan apa. Perempuan satu ini memang jarang sekali menangis.
"Guee murahan ya kak?" Tanya Natasha dengan suara yang purau dan pilu. Suara itu membuat kakaknya meringis. Benar-benar menyayat hati. "Kak gue gapunya harga diri ya?" Lagi, pertanyaan yang tidak masuk akal itu terlontar dari mulut Natasha.
"Kenapa nanya kaya gitu?" Kakaknya sangatm sayang kepada Natasha. Siapapun yang membuat Natasha menangis harus siap terkena akibatnya.
Natasha geleng-geleng kepala pertanda dia belum bisa menceritakan semuanya. Tangan kakaknya mengelus lembut kepala Natasha. Menyalurkan rasa sayang yang amat besar.
"Udah nangis nya, masuk gih nanti gue suruh bi Inah keatas buat ngasih minum"
"Kak" Panggil Natasha sebelum kakaknya pergi.
"Ada yang bisa dibantu tuan putri?"
"Gapapa ya gajadi nonton?"
"Ngga butuh refreshing?" Tanyanya dengan mengangkat satu alis.
"Gue cuma butuh sendiri"
"Chat gue kalo butuh apa-apa" Kakaknya hendak berbalik namun lagi-lagi ditahan oleh Natasha.
"Maaf juga lo udah ngebatalin futsal tapi malah sia-sia" Natasha makin merasa bersalah karna mengingat kakaknya sangat menggemari futsal tetapi dibatalkan begitu saja karna Natasha dan hasilnya sia-sia.
"Gada yang sia-sia kalo untuk lo. Gue turun ya" Kakaknya mengacak rambut Natasha yang berhasil membuat muka Natasha merengut karna kesal.
🌬🌬🌬
Salam hangat,
Hadids.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is My Boy
Random"Lepasin gak?!" "Gue gamau" "Mau lo apa sih brengsek?" "Jadi pacar lo" berlalu dengan gaya coolnya. "Sinting!"