"ACAAAAAA!!!!" Suara yang keluar dari arah belakang Natasha sangatlah melengking. Siapa lagi kalau bukan Irene?.
Natasha berbalik, menatap malas orang didepannya. Tangannya ia silangkan depan dada. "Berisik banget sih lo masih pagi"
"Heh jebra! Dari tadi gue panggilin lo ga nengok, makanya gue teriak" ujar Irene tak mau kalah.
Natasha dan Irene sudah tidak bisa dibilang sahabat, mereka seperti saudara kandung. Kemanapun bareng, beli baju bahkan daleman yang sama sudah hal yang wajar bagi mereka.
Sma Angkasa adalah Sma yang ditempati oleh Natasha dan Irene. Sma yang sangat populer dikalangan anak muda. Hanya orang tertentu yang bisa menginjakkan kaki disana. Sekolah yang sangat bersih dan apik perawatannya. Sekolah yang jauh dari kata nyogok atau korupsi. Siswa siswa Sma Angkasa luar biasa pintar bahkan jenius. Bidang akademik bahkan non akademik diperlombaan sering kali dijuari oleh Sma tersebut. Orang-orang tidak heran jika mereka slalu menang juara 1 pada perlombaan. Siapa yang bisa melawan kepintaran dan kejasmanian serta kerohanian Sma Angkasa? Sangat disegani bukan?.
"WOY!! MISI PARA COGAN MAU LEWAT NIH!" Teruak Rafael yang mengundang tatapan para siswa.
"Bacot" ujar Irene dan Natasha berbarengan.
"Wuih wuih. Emang ya primadona Angkasa ini dua-duanya dingin euy" ujar Rafael sambil geleng-geleng kepala.
"Da aku ma takut ih" timpal Kevin serasa terkekeh.
Elvano hanya mengulum senyum. Ia sangat yakin kedua perempuan dihadapannya tersebut hanya memakai topeng untuk menutupi semuanya.
Natasha dan Irene sangat malas meladeni tiga curut ini. Dengan gerakan cepat ia berjalan untuk menghindari tiga curut tersebut.
"Ikutin anjing ayo" ucap Rafael.
"Mau mampus lo mgikutin tu dua cewe. Kita tegor aja tadi ogah-ogahan banget nengoknya" timpal Kevin.
Elvano tidak menggubris keduanya. Malah dia jalan santai untuk mengikuti Irene dan Natasha. Elvano dan kawan-kawan berjalan didepan Natasha dan Irene mirip seperti kawan yang tidak pernah kenal berantem. Padahal kedua genk tersebut tidak pernah akur. Dalam hal apapun.
Natasha heran dengan tatapan murid lain yang menatapnya dengan perasaan heran. Akhirnya ia menoleh kebelakang untuk menuntaskan kejanggalannya. "Lo bertiga apa-apaansih dibelakang kita?!" Kesal Natasha. Irene pun ikut berhenti.
"Ngukutin lo ber-dua lah" —batin Elvano.
"Hellaw emang ini sekolah punya lo berdua. Terserah kita dong mau lewat jalan mana" Timpal Rafael dengan tengil.
"Gue tau jing ini sekolah punya temen lo. Tapi gausa ganggu kita juga. Ribet banget sih kalian!" Timpal Irene.
Natasha hanya geleng-geleng kepala. Cape meladeni tingkah tiga curut ini. "Udah ren ngalah aja sama yang gila"
Elvano dan teman-temannya hanya diam melihat kepergian mereka. "Cabut" itu suara Elvano.
Natasha dan Irene telah sampai kelas. Mereka duduk bagian belakang pojok dimana tempat itu paling banyak diminati oleh sekumpulan anak cowo. Tetapi mereka ingin disana.
"Laper gue ren" ujar Natasha. Memang benar, pagi tadi dia belum sarapan.
"Yaudah yuk kantin. Sebelum si mimi masuk" Mimi yang dimaksud oleh Irene adalah guru Matematika tersantai sejagat raya. Pasalnya dia tidak pernah marah ataupun membentak anak muridnya. Malah, sang guru sering dapat gombalan oleh murid lelaki.
🌬🌬🌬
Mereka sedang berada ditoilet. Kebiasaan mereka setelah keluar kelas langsung memasuki toilet. "Lah Ren, gue lupa bawa dompet anjir. Ketinggalan dikasur" ujar Natasha panik.
"Pake duit gue dulu si elah"
"Dih ogah" Natasha sangat anti meminjam duit atau bahkan menerima duit dari orang.
"Gue telfon kakak aja deh, ketemuan di taman"
Setelah mencari kontak yang bernama "kakak biadap" dia langsung menelfon dan memberi tahu bahwa dirinya lupa membawa dompet.
"Minta duit kak. Dompet gue dirumah"
"Kaya gini aja lo baru nelfon gue" ujar kakaknya Natasha dengan penuh kesal.
"Hehehe. Temuan di belakang aja yaa?. Jangan sampe ada yang tau! Lo yang gue maki-maki kalo ada yang tau" Jika sedang membutuhkan bantuan kakaknya dan diharuskan ketemu. Ia slalu memperingati itu. Bahkan tidak ada yang boleh ikut selain Irene. Kalian tidak lupa bukan jika Irene mengetahui segalanya kehidupan Natasha Sydney Victory?.
🌬🌬🌬
"Nih" Ucap kakaknya sembari memberikan uang berwarna merah tiga lembar.
"Thankyou kakak ku. Baiknaaaaaaa eum jadi makin cayang" ucap Natasha seperti anak kecil
"Cini cini Aca kiss dulu cinii uluu uluu" Natasha telah memonyongkan bibirnya. Sebenarnya kakaknya geli melihat tingkah adik kandung ini yang kurang waras. Walaupun geli tetap saja pipinya didekatkan ke bibir Natasha.
Dari kecil, Natasha dan kakaknya dicium atau mencium adalah hal biasa. Tidak hanya kecil, sampai besarpun mereka tetap menerapkan keharmonisan tersebut. Bukan berarti mereka saling suka. Hanya saja mama dan papanya sering kali menunjukin keromantisan didepan anak-anaknya. Jadi bagi mereka cium adalah hal yang wajar.
"Kak pulang nonton yukkkkk. Aca bosen dirumah" Ucap Natasha dengan muka yang memelas.
"Gue ada futsal dek" Ujar kakaknya dengan mengacak rambut Natasha.
"Yaudadeh gue nonton sama Iren aja"
"Tapi futsal nya gue batalin" Timpal kakaknya yang membuat alis Natasha terangkat satu dengan arti "kenapa?".
"Karna gue mau nemenin lo nonton" Ucap kakaknya dengan senyuman yang tulus.
"SERIUS?? IH KOK LO SOSWITTTT!!!" Sangking kegirangan Natasha langsun memeluk kakaknya.
"Ck udah ah. Lo mandi ga si? Bau anjir badan lo!" Ejek kakaknya dan berhasil membuat Natasha cemberut.
"Ngeselin lo tai" Singut Natasha "gue wangi. Mandi setengah jam. Mandi parfum malah. Lagi pula gue gabau ketek!" Timpal Natasha dengan menghentakkan kaki karna tidak terima dengan ejekan kakaknya.
Kakaknya memang senang membuat Natasha kesal. Bahkan muka Natasha sekarang terlihat sangat imut dan menggemaskan. "Iyaa lo ga bau cuma busuk" ucap kakanya dengan terkekeh. "GUE BILANG MAMAH NIH!!" Natasha teriak karna benar benar kesal.
"HAHAHAHA" Kakaknya telah lari keluar dari taman mendahului Natasha. Karna ia yakin jika tetap berada disana akan kena amukan oleh adiknya yang sangar itu.
🌬🌬🌬
Salam hangat,
Hadids.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Is My Boy
Random"Lepasin gak?!" "Gue gamau" "Mau lo apa sih brengsek?" "Jadi pacar lo" berlalu dengan gaya coolnya. "Sinting!"