Putra duduk di balkon kamarnya, di sebuah single sofa dengan memangku gitar kesayangannya. Putra memetik senar gitar tersebut, menimbulkan sebuah nada. Kemudian ia bernyanyi mengikuti alunan nada gitar tersebut
Oh dear she goes again
Every morning is the same
You wolk on by my house i wanna call out your Name
I wanna tell you how beautifull you're from where are standing
You got me thingking what we could be cause---Putra menghentikan kegiatannya, pikirannya melayang kemana-mana. Pikirannya terus berkelana memikirkan ini itu mengenai Naya
Kejadian tadi sore membuatnya paham bahwa dibalik sikap dingin Naya banyak kesedihan tersimpan. Naya itu sosok rapuh, tapi ia terlalu pandai memainkan drama
Kejadian itu juga membuatnya mempunyai tentang dulu saat berkunjung kerumah Naya tapi tidak menemukan orang tuanya, ternyata Naya adalah sosok anak yang broken home
Putra juga mengerti saat betapa bahagianya Naya saat mamanya menyuruh Naya memanggil craletta bunda
Tekad putra sekarang sudah bulat, ia akan melindungi Naya, ia akan menjadi cahaya dalam dunia gelap Naya, ia akan menjadi bulan yang menerangi Naya seperti bulan menerangi dunia
Putra juga akan meminta Naya untuk datang kerumahnya, agar Naya tidak kesepian meksipun Naya juga mempunyai sahabat
"Bang, makan" Ujar Nathan, ia menyembulkan kepalanya dari balik pintu tetapi ia tidak menemukan putra dalam kamarnya
Nathan kemudian memasuki kamar tersebut, ia melangkahkan kakinya menuju pintu penghubung balkon
"Bang" Ujar Nathan ketika melihat putra sedang duduk melamun di single sofa sambil memangku gitarnya. Ia berjalan mendekati putra dan berdiri menghadapnya dengan menyandarkan tubuhnya pada pembatas balkon
"Bang" Ujarnya lebih keras membuat putra mengerjap kemudian mendongak
"Kapan lo kesini?" Tanya Putra sambil mengernyit kan dahi bingung
"Sejak gue masih embiro" Jawab Nathan sambil memutar bola matanya malas
Putra meringis, pasti Nathan melihatnya sedang melamun tadi
"Lo kenapa si?" Tanya Nathan sambil melihat Putra seksama
"Gue bingung aja, gue masih belum bisa nerima kenyataan kalo bener yara itu meninggal. Yara itu sahabat sekaligus cinta pertama gue, tapi disatu sisi gue udah membulatkan tekad gue buat jaga Naya, gue..bingung" Putra menunduk, ia labil dalam urusan cinta
"Lo yakin kalo Yara masih hidup? Kalo aja dulu gue gak ikut omah ke barcelona pas kejadian itu, Yara itu sahabat gue juga" Ujar Nathan, ia membalikan badannya membelakangi Putra.
Tangannya bertumpu pada pembatas balkon dengan wajah mengadah keatas, menatap langit malam dengan bulan yang bersinar penuh tanpa bintang
"Gak tahu, pencariannya belum membuahkan hasil" Lirih Putra terdengar menyedihkan
"Positif thingking aja, berdoa sama yang diatas kalo Yara pasti baik-baik aja. Udah ah, bucin mulu lo. Yuk ke bawah suruh makan sama ibu negara" Ujar Nathan sambil berjalan menuju kamar Putra diikuti putra dibelakangnya
"Tumben lo ngomong banyak" Ujar Putra dengan nada mengejek saat melihat Nathan keluar dari kamarnya membuat putra mengikutinya
"Sebenarnya capek juga ngomong banyak, tapi itu lebih baik dari pada harus liat lo bucin mulu" Ujar Nathan sambil duduk disalah satu kursi meja makan
Putra tersenyum sambil duduk disebelah Nathan. Sedingin apapun Nathan, ia sangat peduli pada keluarganya
"Eh udah ada semua ya? Yuk kita makan" Ujar Johanes sambil duduk disalah satu kursi
Mereka kemudian makan dengan tenang, tak ada pembicaraan karna Craletta melarang anak-anak serta suaminya untuk berbincang pada saat makan, karna katanya tidak sopan
Selesai makan malam, mereka menonton TV diruang keluarga. Tayangan film transformers yang berjudul Ravange of the fallen mereka tonton dengan seksama sambil sesekali melahap cemilan yang ada ditangan mereka
Craletta menoleh kebawah, menatap anak-anaknya yang sedang fokus menonton TV di karpet bulu yang ada didepan sofa
"Kalian gak ada PR?" Tanya Craletta sesaat kemudian ia menoleh lagi menatap layar televisi
"Gak ada, bun" Jawab mereka serempak tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi
"Oh, iya bukannya dia hari yang lalu kamu ulangan kimia Ja?" Tanya Johanes tanpa mengalihkan pandangannya
"Kok papa tau?" Tanya putra sambil menoleh sebentar keatas, menatap ayahnya bingung
"Kan papa punya koneksi yang terhubung langsung sama sekolah kamu" Jawab Johanes santai membuat Putra mengangguk kemudian menoleh lagi menatap televisi
"Berapa nilai kamu?" Tanya Craletta
"97" Jawab Putra singkat
"Pasti ada yang lebih gede kan?" Tanya Nathan sambil menoleh sebentar
"Hmm, Naya sama Ajeng" Ujar Putra sambil mengangguk
"Wah, pinter juga ya Naya. Ajeng itu siapa?" Tanya Craletta sambil menggeleng takjub
"Iya. Ajeng sahabatnya Naya, gebetannya si Raffi tapi gak berjalan lancar karna ada problem"
"Wah? Raffi si kaku bisa suka cewek juga" Ujar Craletta sambil menggeleng takjub
"Bukannya Naya itu peringkat satu paralel seangkatan ya? Berapa nilai dia?" Tanya Johanes
"Iya, 98.5" Jawab Putra lagi tanpa menoleh dari televisi
"Kalo gebetannya Raffi?" Tanya Nathan sambil melahap Ciki ditangannya
"98" Jawab Putra sambil memutar bola matanya malas. Keluarganya ini memang kelewat kepo.
"Padahal beda 0,5 doang" Ujar Johanes
Setelah itu hening sampai Craletta membuka pembicaraan
"Naya itu, maaf ya. Dia broken home, put? Tanya Craletta sambil memandang Putra dibawahnya
Putra menoleh dengan mata memincing
"Bunda, cenayang ya?" Tanyanya penasaran"Kamu itu bisa gak si kalo sebut bunda ya bunda aja, kalo mama ya mama aja Putra" Ujar Craletta memandang anaknya kesal
"Iya mom, mom jawab aja kalo mom itu emang cenayang"
"Nah kan, sekarang manggil mom. Gue bukan cenayang kali" Ujar Craletta memandang anaknya malas
"Lah? Kok tau?" Tanya Putra bingung
"Jadi beneran?" Tanya Craletta kaget
Johanes dan Nathan hanya memperhatikan mereka berdua intens
"Iya, kenapa bunda bisa tau?" Jawab Putra sambil menunduk, ia sebenarnya tidak mau memberitahukan aib Naya kepada keluarganya, namun putra adalah putra, ia tidak bisa menyembunyikan apapun dari mamanya
"Pas kamu bawa Naya kesini kan kita ajak dia makan bareng. dia natap kita pas makan dan kebetulan mama liatin dia, dia natap kita dengan penuh kerinduan, kekecewaan" Ujar Craletta melankolis
"Dia juga seneng banget mama suruh panggil bunda" Ujar Craletta lagi
"Kemarin Putra ke Hypezza Kaffe.. " Ujar putra sambil mengangkat wajahnya. Sekarang Televisi itu yang menonton mereka, bukan mereka yang menonton televisi
"Ternyata itu Kaffe punya Naya, pas dateng ada Bapak-bapak marah-marah sama Naya. Tapi Naya mandang bapak itu sendu bukan Marah. Ternyata.." Putra menjeda Ucapannya membuat mereka menatap Putra penasaran
Putra menunduk lagi sambil tersenyum jahil "Ternyata.. Bapak itu ke Kaffe cuma pake celana kolor doang" Setelah itu Putra tertawa terbahak-bahak membuat Nathan menempeleng kepalanya sedangkan Johanes dan Craletta mendengus kesal
Gini nih kalo punya anak gen-nya dari Craletta, sifatnya 11, 12. Kalo Nathan itu gen-nya Johanes yang kalem, dingin, cuek tapi cogans
TBC..
Jangan lupa vote, coment, share dan follow author
KAMU SEDANG MEMBACA
AM I WRONG?! •Completed
Ficção Adolescente[Tahap Revisi] Banyak cara untuk mengekspresikan luka, tetapi Naya memilih diam, bungkam-menyimpannya rapat-rapat agar tak satu orangpun mengetahuinya. Naya dingin dan tak tersentuh, gadis pertama yang membuat Putra tertarik untuk menaklukannya. Na...