Aku menatap langit hitam yang sedikit mendung diatas sana, auranya dingin mencekam hingga mungkin bisa menembus kulit putih pucatku.
Semilir angin dimalam ini menerpa rambut hitam legamku sehingga ia terayun.
Dibaikon apartemenku, dilantai 20. Aku menatap semesta, ia sedang berganti pada mode malam.
Namun sepertinya, ini yang lebih aku sukai. Aku suka malam, gelap dan ketenangan.
Entah kenapa, rasanya begitu menyenangkan. Cahaya yang masuk kedalam retina mataku terkadang menjadi suatu phobia, yang membuatku memilih ditemani kegelapan yang seharusnya terasa mengerikan
Kalian bisa bayangkan? Bahkan, aku tidak akan keluar dari ruangan kerjaku ketika aku tidak membawa kacamata hitamku.
Aku tertawa kecil, ternyata seseru ini bermonolog dalam hati. Ups, apakah bisa disebut monolog?. Sepertinya, semesta kali ini tidak terlihat baik-baik saja.
Ia beberapa kali berupaya menjatuhkan Air matanya. Eum, hujan maksudnya. Ya, malam ini mendung. Mungkin semesta sedang berpihak padaku, mungkin semesta sedang merasakan perasaanku saat ini.
Ingatanku melayang pada kejadian tadi siang, kejadian dimana aku bertemu lagi dengan dia setelah satu tahun hidup tanpa pandangan mata darinya.
Sesungguhnya, aku ingin kembali. Sangat ingin, namun pikiranku menahanku. Tapi hatiku ku memaksa untuk pergi. Dan disitulah perang batin terjadi, ketika pikiran dan hati tak sejalan. Aku harus memilih yang mana?
Aku tidak tahu. Oh ayolah langit, beri aku sebuah jawaban pasti. Mengapa ini semua terjadi?
Aku menghela nafas gusar, aku sangat merindukannya. Bertatap mata sebentar saja seperti itu tak akan bisa memuaskan mataku yang ingin menatapnya lebih lama
Dan lagi-lagi, aku kalah oleh ego. Ego ku ini sungguh tinggi, sehingga kadang-kadang aku juga merasa gusar dengan diri sendiri.
Kreeet!
Aku menoleh saat pintu balkon bersuara tanda ada seseorang yang membukanya, menampilkan wajah tampan seorang pria dengan rambut berantakannya membuatnya terlihat sangat.... Eumm? Tampan.
Ya, tapi tak lebih tampan dari dia menurutku. Aishh, aku jadi bingung sendiri. Apa semua orang yang sedang jatuh cinta menjadi seperti ini?
"Kau terlihat gelisah, ada apa ra?" Tanya pria itu membuat aku menoleh sambil menaikan salah satu alisku
"Huh, kau selalu saja begitu. Ayolah, untuk apa aku disini jika kau tak mau berbagi" Nah kan, pria yang sekarang berpindah tempat berdiri disebelahku ini mulai menggerutu
"Aku tak apa, Leo" Sahutku sambil tersenyum kecil, ia mendengus ketika mendengar jawabanku. Tentu saja dia tahu bahwa aku sedang berbohong
Oh ya, dia adalah Xailend Leonard. Penduduk asli Los Angeles, ia adalah sahabatku. Apartemennya berjarak dua pintu dari apartemenku
Jika ada orang bilang "Jika ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan makan salah satu dari mereka ada yang menaruh hati"
Namun, di persahabatanku dan Leo, kami sama-sama tidak saling mencintai. Aku hanya menganggapnya sebagai kakak karna umurnya yang lebih tua satu tahun dariku dan begitu pula sebaliknya
Leo pun sudah memiliki kekasih, kekasihnya adalah seorang model papan atas yang sedang naik daun dan mereka punya rencana akan menikah bulan depan
"Jangan sembunyikan apapun dariku, ra" Ujarnya setelah menhela nafas gusar
"Aku, bertemu dengannya. Tadi siang, tanpa sengaja dikantorku saat pertemuan dengan salah satu kolega" Ujarku panjang lebar, aku tak mau dia bertanya 'kenapa?' 'dimana?' 'bagaimana bisa?' Uhhh aku sangat risih dengan pertanyaan semacam itu
"Lalu? Apa yang kau lakukan? Kau tak merindukannya?" Ujar Leo lagi, ia membalikkan tubuhnya menghadapku membuatku ikut membalikan tubuhku untuk berhadapan dengannya
"Aku sulit mengontrol diri ketika bertemu dengannya Le, jadi aku melarikan diri daripada harus mengeluarkan air mata dihadapannya" Ujarku kemudian menunduk
Namun beberapa detik kemudian aku mendongak saat Leo menangangkat daguku, ia menangkup wajahku kemudian tersenyum simpul
"Jadi apa keputusan mu? Tetap disini atau kembali?" Tanyanya membuat wajahku murung kembali
"Aku tidak tahu, hatiku menyuruh kembali namun pikiranku menyuruhku untuk tetap tinggal" Dia tersenyum lagi, mengacak-acak rambutku gemas
"Pilih apa yang hatimu katakan ra, karna sejatinya hati adalah hal paling tulus ketika kamu tersakiti" Ujar Leo, ia akan jadi ayah sekaligus sahabat saat aku sedang terpuruk
Aku tersenyum kemudian memeluk Leo. Saat ini, Leo satu-satunya orang yang aku punya. Leo sudah menganggapku sebagai adiknya, bahkan Ariana-kekasihnya- tak mempermasalahkan kedekatan kami.
Aku terisak pelan, ini sungguh pilihan yang membingungkankan. Antara bertahan atau kembali. Namun sepertinya, aku sudah memilih pilihan yang paling tepat
_______________
Aku keluar dari mobil Lamborghini veneno ku setelah kacamata hitam berteger manis di hidung mancungku
Aku masuk kedalam kantorku, disambut dengan sapaan manis dari beberapa karyawan. Aku hanya menanggapinya dengan senyuman.
Sesampainya didepan ruanganku, ketika aku hendak menggapai knop pintu. Kea memanggil namaku, aku menoleh kebelakang menemukan kea yang berjarak dua meter dibelakangku
"Ada apa, ke?" Tanyaku
"Eum, pemilik RNK'Crop ingin bertemu dengan anda. Katanya, ada hal penting tentang kerjasama ini yang harus dibicarakan" Jelasnya, aku menangguk pelan
"Siang ini" Kataku kemudian memasuki ruangan.
Aku menghempaskan tubuhku di atas kursi kebesaranku. Huft, aku tahu dia mengajak bertemu bukan untuk membahas tentang kerjasama antar perusahaan kami.
Apalagi yang akan ia bicarakan selain membujuk ku untuk kembali, melepas rasa rindu dan mengungkapkan keterkejutannya
Hari ini sungguh mendebarkan
TO BE CONTINUED....
I'M A BACK READERRRRRRRRRSS!
HUHH SEKARANG NULIS JADI MAKIN SYULIITTT!
JARANG ADA MOOD BAGUS, JARANG ADA WAKTU KARNA AKU IKUT PASKIBRA DAN LOMBA BULAN DEPAN!
INI DISEMPET-SEMPETIN HEUUUUHH!
KAMU SEDANG MEMBACA
AM I WRONG?! •Completed
Fiksi Remaja[Tahap Revisi] Banyak cara untuk mengekspresikan luka, tetapi Naya memilih diam, bungkam-menyimpannya rapat-rapat agar tak satu orangpun mengetahuinya. Naya dingin dan tak tersentuh, gadis pertama yang membuat Putra tertarik untuk menaklukannya. Na...