Happy reading ❤
Siang ini, kediaman keluarga johanes dipenuhi oleh orang-orang. Mereka tampak tengah membicarakan sesuatu dengan raut wajah serius membuat Putra yang baru memasuki rumahnya sehabis pulang sekolah mengerutkan keningnya
Disini ada Orangtuanya lengkap dengan Nathan yang sibuk dengan game online tanpa mempedulikan sekelilingnya. Nathan itu orangnya bodoamatan.
Disini juga ada Fariz bersama dua temannya yang Putra sendiri tidak tahu nama mereka. Dan tunggu..
Tatapan putra beralih pada aparat kepolisian yang sedang berbicara Serius bersama Orangtuanya dan Fariz
Pikiran Putra mulai mempertanyakan banyak hal. Ada apa? Mengapa bisa ada polisi? Apa keluarganya bermasalah? Atau ini tentang Yara?
"Assalamu'alaikum" Ujar Putra, ia baru mengucapkan salam setelah lama berdiri didepan pintu beberapa saat memperhatikan orang-orang yang sibuk dengan urusan masing-masing
Mereka menoleh dan serentak mengucapkan kata "Waalaikumsalam" Membuat Putra melangkah mendekati mereka
Putra menyalimi mereka satu persatu lalu duduk disamping Nathan. Putra menatap Nathan yang tidak bergeming sama sekali. Ia mengambil ponsel dengan layar horizontal itu lalu memasukannya kedalam saku seragam Putra membuat Nathan mendengus
"Kenapa sih bang?" Tanya Nathan geram
"Yang sopan lo" Sahut Putra tanpa memperdulikan tatapan tajam Nathan. Ia mengalihkan pandangannya menatap Ayah-nya yang juga sedang memperhatikan mereka
Putra menatap mengintimidasi pada Ayahnya "Papa gak macem-macem kan sampe ada polisi ke sini?" Tanyanya membuat Johanes mendengus sementara Craletta menatap tajam anak sulungnya
Fariz dan kedua sahabatnya kompak menahan tawa melihat Putra yang kikuk ditatap tajam oleh mamanya sendiri
"Emang papa ngapain?" Bukannya menjawab Johanes malah balik bertanya
"Ya bisa aja papa ada masalah sama orang atau papa itu kor--Aduhh" Belum sempat Putra melanjutkan ucapannya tapi sebuah bantal sofa melayang tepat mengenai kepalanya membuatnya meringis
"Jadi anak nuduh macem-macem mulu sama bapaknya" Sahut Johanes setelah Craletta melempar bantal sofa pada Putra
"Ekhem" Salah satu dari dua aparat kepolisian berdehem cukup keras berniat menyadarkan anak dan orangtua dari drama keluarga mereka yang tak menarik sama sekali
Namun bukannya sadar, Putra malah semakin menjadi-jadi. Dalam hatinya ia bergumam "kapan lagi coba bisa kerjain polisi? Dia mulu yang ngerjain gue pake razia dijalanan"
Putra mendengus "Ya kali aja gitu papa bosen hidup tenang. Masalah sedikit gak papa kali pah" Sahut Putra sambil tersenyum menggoda
"Heh! Orang-orang itu ngejauhin masalah lah kamu malah ngedeketin masalah" Sahut Craletta gemas sementara Nathan hanya menggelengkan kepalanya
Keluarga gue emang Bener-bener dah. Bener-bener NORAK!
"Putra gak ngedeketin masalah ma, Putra ngedeketin Naya" Sahut Putra sambil tersenyum geli melihat wajah kesal orangtua dan aparat kepolisian
"Heh! Frontal banget sih lo" Sahut Fariz yang sedari tadi menahan tawanya bersama teman-temannya membuat Putra menoleh menatap Fariz lalu tersenyum jahil
"Biarin, cepet-cepet takut lo nikung" Sahut Putra membuat Fariz mendengus dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak
Mereka tidak bisa menahan tawanya, persetan dengan aparat kepolisian yang wajahnya sudah memerah menahan amarah
"Enak aja. Lagian Naya udah gue anggap adek sendiri kok. Soalnya kan ngingetin gue sama Yara" Ucap Fariz. Saat menyebutkan beberapa kalimat terakhir nadanya berubah menjadi sendu membuat keadaan yang tadinya hangat menjadi canggung
"Eh kok jadi bahas Yara si? Emang pak polisi kesini ada apa yak?" Tanya Putra memecah keheningan. Ia tak suka suasana awkward seperti ini.
Putra menoleh menatap orangtuanya dengan tatapan bertanya. Johan menghembuskan nafas pelan sebelum bicara "Kita emang lagi bahas Yara sama jam tangan itu" Sahut Johan lalu menunjuk meja dengan dagunya
Putra mengangguk setelah melihat Jam tangan putih klasik Eropa itu lalu memperhatikan polisi yang mulai bukan bicara. Sedangkan aparat kepolisian diam-diam menghela nafas lega. Setidaknya waktu mereka tak akan terkuras banyak hanya untuk menyaksikan drama keluarga
Sialan nih bocah. Awas aja kalo ketemu lagi dijalanan. Gue razia abis-abisan dah
"Jadi, setelah saya membongkar jam tangan itu. Didalamnya terdapat sebuah nama 'Ivanasya Blanco' mungkin orang tersebut adalah pemilik jam tangan ini" Ujar aparat kepolisian membuat mereka bernafas lega
Kemungkinan untuk bertemu kembali dengan Yara sangat besar untuk saat ini. Mereka pasti bisa menemukan Yara kembali. Pasti.
"Pak pol salah kali, mungkin itu merek jam tangan dari Eropa itu" Sahut Nathan lalu menggidikan bahunya saat Craletta menatapnya tajam.
"Kami sudah mencari informasi keseluruh negara bahwa tidak ada jam tangan dengan merek tersebut. Dan kami semakin yakin saat kami ingat bahwa beberapa tahun yang lalu ada perusahaan Blanco crop yang sekarang sudah ditutup dan entah dimana pemiliknya" Ujar salah satu aparat kepolisian membuat mereka yang mendengarkan menganggukan kepala tanda mengerti
Putra berfikir keras. Blanco Blanco Blanco Blanco Blanco? Arghhh, siapa si? Kok gak asing si? Gue pernah denger beberapa minggu yang lalu tapi dimana ya?
Dan sekarang yang ada dalam fikiran mereka semua adalah Blanco.
[AM I WRONG?!]
Putra menatap kotak biru tersebut kemudian mengusap wajahnya resah. Ia sangat merindukan Yara sekarang. Dan juga, ia sangat merindukan Naya
Putra bingung. Siapa sebenarnya yang ia sukai? Cintai?. Ia memang menyukai Naya, tapi kalau cinta? Tentu Yara adalah Cinta pertamanya
Dan Sekarang. Cinta pertamanya akan segara kembali. Semoga
Namun, bukan itu yang Putra pikirkan.
Jika Yara kembali, apa yang akan terjadi pada Naya? Apa ia harus meninggalkan Naya dan kembali pada Yara?
Dengan seperti itu Putra akan di Cap sebagai laki-laki pemberi harapan palsu oleh Naya. Dan apa Naya akan menangis?
Apa ia kuat jika melihat Naya menangis? Apa ia kuat merasakan bogeman mentah diwajahnya akibat Ajeng?
Putra meringis. Ajeng itu atlet olahraga namun tubuhnya seperti kebanyakan cewek normal lainnya. Ya, mungil dan sedikit pendek
Namun bukan itu poin utamanya. Point utamanya adalah apa yang harus ia lakukan ketika saat itu tiba?
Dan sayangnya Putra tidak tahu bahwa Yara dan Naya adalah satu orang yang sama
TBC..
SEKITAR TIGA SAMPAI EMPAT PART LAGI MENUJU ENDING.AYO DONG KASIH SARAN LAGI. MUSER SIAPA LAGI YANG AKU BIKIN CERITA?
JANGAN NAYPUT LAGI. AUTHOR AJA BOSEN MASA KALIAN KAGAK?!
SANKYU:*
KAMU SEDANG MEMBACA
AM I WRONG?! •Completed
Ficção Adolescente[Tahap Revisi] Banyak cara untuk mengekspresikan luka, tetapi Naya memilih diam, bungkam-menyimpannya rapat-rapat agar tak satu orangpun mengetahuinya. Naya dingin dan tak tersentuh, gadis pertama yang membuat Putra tertarik untuk menaklukannya. Na...