hidup tapi mati

2.3K 138 28
                                    

Keadaan hening sejak beberapa jam yang lalu, hanya suara tangisan yang  menggema diruangan serba putih itu.

Bau obat-obatan menyeruak masuk kedalam indra penciuman. Dibankar itu, seorang gadis remaja sedang berjuang mempertahankan hidupnya dengan beberapa alat-alat sebagai penompang hidupnya

Mereka terdiam, memandang lurus kearah bankar dengan air mata berderai. Mereka tahu, dia kuat. Cukup kuat hanya untuk kecelakan kecil seperti itu.

Ya, sederhana. Saking sederhananya membuat mereka enggan mengakuinya. Mengakui bahwa bisa saja kecelakan tersebut memang bisa merenggut nyawa Naya. Nayaraa Fezza.

Sekarang, ia lebih pantas disebut Nayyara atau keeyara? Mungkin, keeyara lebih pantas. Semuanya memang sudah terungkap sejak dua jam yang lalu

Disana ada Craletta yang sedang menangis tersedu-sedu, Ajeng dan Cilla yang berusaha menenangkannya walaupun mereka harus menahan tangis melihat sahabat mereka seperti ini. Namun sebisa mungkin Ajeng dan Cilla tidak menangis karna jika mereka menangis siapa yang nanti akan menenangkan Craletta?

Ada Fariz, laki-laki itu menangis. Ini pertama kalinya Putra melihat Fariz menangis, laki-laki yang berstatus kakak kandung Naya itu menatap adiknya dengan pandangan sendu. Sekelebat rasa bersalah melintas didalam fikirannya

Ia merasa, tak berguna. Ia merasa bukan kakak yang baik yang tidak bisa melindungi adiknya.

Putra sendiri, ia duduk didepan ruangan di sebuah kursi tunggu. Menunduk, menatap lurus kearah sepatunya. Ia tak tahu harus melakukan apa.

Sedangkan Raffi, Husein dan Kenath sedang pulang mengambil kebutuhan Naya. Seperti baju atau makanan untuk mereka selama dirumah sakit

Dokter yang menangani Naya sudah keluar tiga puluh menit yang lalu. Dokter itu mengatakan bahwa benturan kuat dikepala Naya membuatnya akan kehilangan ingatannya atau justru dapat mengingat kenangan lalu karna Naya memang mengidap amnesia sejak usia lima tahun

Naya divonis koma selama beberapa minggu atau bahkan bulan. Bisa jadi Naya koma beberapa tahun.

Tak ada yang Putra bisa lakukan selain berdoa kepada Allah agar Naya terselamatkan. Bahkan untuk memaki dan memarahi supir truk pun Putra tak bisa, karna menurutnya ini sudah takdir

Beberapa derap langkah kaki yang mendekat tak membuat Putra mengangkat kepalanya. Separuh jiwanya pergi bersama dengan kesadaran Naya. Sejak beberapa jam yang lalu pula Putra diam tak berbicara, ia tak mengatakan apapun

Respon yang ia beri pun hanya sebuah anggukan, gelengan atau mengangkat bahu tanda tak tahu atau lebih tepatnya tak peduli dengan apa yang mereka bicarakan kecuali tentang Naya

Seseorang menepuk bahunya, Putra tetap menunduk. Kemudian mereka duduk dikursi sebelah Putra

"Lo....kayak mayat hidup, Put" Ujar Husein. Ia sengaja mengejek Putra agar Putra memberikan sedikit respon padanya

"Yara udah kembali dan gue yakin dia gak bakal pergi lagi" Ujar Raffi, bermaksud memberitahu Putra kalau memang Yara tidak akan pernah pergi lagi

"Ini udah takdir, sehebat apapun diri lo buat buat ngelawan takdir, tetep gak akan bisa" Ujar Kenath

Mereka meringis melihat keadaan Putra. Rambutnya berantakan, kaos putihnya penuh dengan darah dan wajahnya sedikit kusam. Dan yang bisa mereka lakukan saat ini hanyalah menghibur dan menasihati Putra.

Putra sahabat mereka, mereka tak akan bisa meninggalkan Putra disaat keadaannya seperti ini.

Putra seperti orang yang tak punya selera hidup. Putra seperti orang yang hidup tapi tak tahu harus melakukan apa ketika dia hidup. Putra hidup tapi mati

Itu yang ada dipikiran mereka.

Putra mengadah, menatap sahabat-sahabatnya kemudian tersenyum kecil

"Thank, tapi gue lagi mau sendiri" Ujar Putra, laki-laki lalu berjalan menjauh dari sahabatnya

Namun, pergelangan tangannya dicekal oleh Raffi. Ia terdiam, namun enggan untuk menoleh

"Lo gak mau liat Naya? Naya butuh lo, Putra" Ujar Raffi membuat Putra terdiam beberapa saat

Sebenarnya, Putra ingin sekali melihat keadaan Naya. Namun, melihat Naya yang terbaring lemah membuatnya tak kuasa menahan air mata.

Putra tidak mau dianggap lemah oleh semua orang, Putra tidak mau Naya mendengar isak tangisnya. Karna, sebuah artikel pernah menyatakan bahwa orang koma bisa mendengar suara orang-orang disekitarnya dibawah alam sadarnya

"Gue belom siap" Jawab Putra lirih, suaranya hampir tak terdengar. Ia segera melepaskan tangan Raffi kemudian cepat-cepat pergi dari tempat itu.

Ia tak mau Raffi bertanya lebih banyak lagi karna ia tak tahu harus menjawab apa dan harus memberi jawaban apa

•••

Fariz bergeming ditempatnya, memandang ke arah adiknya yang sedang terbaring tak sadarkan diri.

Melihat berbagai alat yang menjadi alat bantu hidup adiknya membuat dada Fariz sesak.

Ia sudah menebak dari awal bahwa Naya memang adalah Yara. Namun tanpa adanya bukti, ia bisa apa? Hanya bisa berkoar tanpa pembelaan

Sekarang, ingin sekali ia memeluk Keeyara-nya. Adiknya atau lebih tepatnya adik tersayangnya. Tak sanggup, ia keluar dari ruangan

"Putra mana?" Tanya Fariz ketika sampai diluar ruangan, yang ia lihat hanya Sahabat Putra yang sedang berbincang-bincang

"Gak tau, lagi galau kayaknya ketempat sepi" Sahut Kenath, tanpa mengucap terimakasih Fariz berlalu dari hadapan mereka

Raffi husein dan kenath mendengus kesal

Dasar orang galau:v











TBC..
HUAA GAK DAPET BANGET FEELNYA:(

SAD ENDING ATAU HAPPY ENDING?!
Follow author dong🤧

AM I WRONG?! •CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang