Part 1

696K 31K 5K
                                    

Gadis itu berjalan menyusuri koridor kelas yang sudah tampak sepi. Menunduk lemas membiarkan rambutnya yang dia biarkan tergerai menutupi wajah cantiknya. Helaan napasnya yang berat terdengar kembali.

Hanya ada dia yang berada di koridor kelas 11 IPA, membuatnya berdecak kesal. Bel pulang sudah berbunyi sejam yang lalu tetapi gadis itu harus mengurungkan niatnya untuk cepat-cepat pulang dikarenakan harus mengikuti kegiatan ekstrakurikuler terlebih dahulu.

Dia Alviona. Gadis yang kerap dipanggil Viona itu, mungkin sudah dikenal oleh seantero sekolah. Bukan, bukan karena dirinya most wantted girl disekolah, bukan juga karena kepintarannya yang luar biasa , bukan juga karena segudang prestasi yang dirinya punya. Dia dikenal karena dianggap parasit dalam keluarga orang lain. Itu yang orang katakan.

Ting!

Satu pesan masuk

Revan: Gue belum pulang, masih dikelas.

Viona tersenyum senang, ah cowok itu selalu tahu kalau Viona sedang membutuhkannya. Viona berjalan menuju kelas si pengirim pesan.

Saat sampai didepan pintu kelas IPA 1 Viona menghembuskan napasnya. Melumat bibir bawahnya mencoba menyembunyikan bibirnya yang terlihat pucat.

"Revan!" panggil Viona begitu memasuki kelas IPA 1.

Cowok berperawakan jangkung itu menoleh. Ia mengambil tasnya yang berada di atas meja, kemudian berjalan  menghampiri Viona.

"Gue balik," ucap cowok itu kepada ketiga sahabatnya yang hanya dijawab dengan acungan jempol dari ketiganya.

Revano Mahendra atau—Revan. Cowok yang terkenal akan ketampanannya, memiliki banyak prestasi yang telah dia raih, meskipun terkenal akan kedinginannya akan tetapi tidak membuat para wanita berhenti untuk mengejarnya.

Cowok itu menatap Viona dengan dahi berkerut. "Sakit?" tanyanya sembari menempelkan telapak tangannya di kening Viona.

"Capek doang dikit. Mau gak lo Van?"

Revan menatap heran kearah Viona, "Mau apa?"

"Gendong gue," cengir Viona.

"Kaki lo masih ada kan?"

"Tapi gue lemes,"

"Bodo amat." Gumam Revan kemudian memilih untuk berjalan mendahului Viona.

Gadis itu menampakkan ekspresi kesalnya. "Dasar cowok dingin sialan! Gak punya hati! Sialan!" Seketika itu juga beberapa pasang mata orang yang masih berada di sekolah langsung menatapnya. Membuat Viona langsung tertunduk malu. Bar-bar nya tidak mengenal tempat sama sekali!

***

Revan menatap Viona lewat kaca spion motornya. Merasa aneh karena gadis yang berada dibelakangnya diam saja. Tidak seperti biasanya.

"Mau makan dulu?"

"Gak usah sok peduli lo sama gua!" Teriak Viona dari balik helm-nya.

"Lo bisa gak sih gak usah teriak? Gue gak budek Vi." Sinis Revan.

"Bodo amat."

Revan tidak menghiraukan ucapan Viona, kemudian motornya berhenti didepan restoran yang tak jauh dari sekolahnya.

"Gue udah bilang gak mau makan Revano." Geram Viona, kemudian dia menatap restoran yang saat ini berada di hadapannya. "Apalagi disini. Oh Big No!"

"Kenapa?"

"Pokoknya gue gak mau disini!"

"Yang paling deket itu ini. Kalo cari yang jauh gue takut lo keburu pingsan." jelas Revan.

REVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang