Part 17

134K 12.5K 1.4K
                                    

Happy Reading

***

Revan memandang jengah gadis yang ada dihadapannya, yang sedang mondar-mandir sesekali menghembuskan napasnya berat. Revan menatap sekitar dan hanya ada dirinya dengan Viona saja.

"Van..." Rengeknya.

"Hm."

"Gue deg-degan." Adunya.

"Kalo lo gak deg-degan, lo mati Viona." Kesal Revan.

"Ini pertama kalinya gue ngikut olimpiade kek gini."

Iya, sekarang mereka akan melaksanakan perlombaan OSN hari ini. Dan pak Harto meminta kepada semua siswa-siswi yang telah ditunjuk mengikuti perlombaan untuk berkumpul di lab terlebih dahulu. Revan ditarik paksa oleh Viona agar cepat-cepat bergegas ke lab, Revan menggerutu kesal karena sesampainya disana belum ada orang satupun yang berada disana hanya ada dirinya dan Viona. Lebih kesalnya lagi melihat kelakuan Viona yang sedari tadi tidak bisa diam.

Mata Revan langsung membulat sempurna ketika tiba-tiba tangannya akan Viona arahkan pada dada wanita itu. Ini cewek gila atau apa?! Revan segera menepiskan tangannya sendiri dari cekalan Viona.

"Sini deh pegang dada gue, beneran deg-degan." Ya kali Vionaaa.

"Gila!" Maki Revan.

"Vaaannn..." Viona kembali merengek seperti anak kecil.

"Apa lagi?!"

"Gue gemeter, tangan gue dingin." Adunya.

Rasa dingin langsung menjalar pada pipinya ketika cewek itu menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi Revan.
Revan meraih telapak tangan Viona yang terasa dingin, menggenggamnya. Lalu tersenyum tipis.

Revan memegangi pundak Viona menatap lembut wanita itu, tatapan yang mampu membuat siapapun yang melihatnya terpana. Viona menelan ludahnya kasar, jantungnya jadi tambah berdetak kencang. Viona merasa banyak kupu-kupu yang tengah berterbangan didalam perutnya. Entahlah Viona juga tidak mengerti apa yang tengah ia rasakan. Yang jelas Viona berharap hanya dirinya yang Revan tatap seperti ini tidak ada yang lain.

"Dengerin gue. Lo pasti bisa, tenang jangan panik. Berusaha semampu lo, gue yakin lo pasti menang."

"Kalo gue gak menang?" Tanya Viona.

"Bisa coba lagi lain kali."

Revan tersentak ketika tiba-tiba Viona melingkarkan tangannya pada pinggangnya. Memeluk cowok itu dengan erat. Viona membenamkan wajahnya pada dada Revan, menghirup aroma tubuh lelaki itu yang menenangkan.

"Gue beneran takut. Takut bikin Bunda, Ayah sama lo kecewa." Cicit Viona.

"Liat gue." Revan membingkai wajah Viona dengan kedua telapak tangannya.
"Yang penting lo udah berusaha. Optimis jangan pesimis duluan." Kata Revan sambil menyentil pelan hidung Viona. Kan? Cowok ini selalu bisa menenangkannya.

Keduanya langsung menatap kearah pintu, ada Dannia disana yang baru saja masuk dan tersenyum canggung. Ia berjalan pelan.

"Sorry ganggu." Ucapnya.

Viona langsung melepaskan tangannya yang tengah melingkar di pinggang Revan, lantas tertawa pelan. Kemudian menghampiri Dannia yang raut wajahnya kini terlihat canggung.

"Ganggu apaan sih Dan! Orang gue gak lagi apa-apa." Jelas Viona.

"Ah iya Van nanti pas di bis lo duduknya sama Dannia oke?" Viona menatap Revan sambil tersenyum.

REVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang