Happy Reading ya!💕
Jan lupa vote and commentRevan mengerutkan keningnya ketika Viona menyebutkan nama cafe yang akan dijadikan sebagai tempat——Revan malas menyebutkannya. Revan tahu cafe ini, cafe milik Angga. Karena ia pernah mengunjungi kafe ini dan bertemu dengan Angga.
"Van bener kan yang ini?" Revan hanya berdeham tidak berniat menatap gadis yang berada disampingnya. Yang harus Revan akui kalau malam ini Viona sangat cantik.
"Oke gue turun, thanks. Lo pulang duluan aja nanti kalo gue pulang gampang." Lagi, Revan hanya berdeham. Revan ingin menahannya entah kenapa tiba-tiba perasaannya ia rasa tidak enak. Namun ia tidak bisa menahan Viona.
Revan melajukan mobilnya untuk kembali pulang. Dia tidak akan menunggu cewek itu. Viona bisa Angga antar pulang, Viona akan baik-baik saja, Viona bisa menjaga diri. Revan terus meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada Viona. Revan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dan hanya dalam waktu 10 menit ia sudah berada didepan dirumahnya. Ia memasukan mobilnya pada gerasi mobil, namun tiba-tiba ucapan Andra melintas dikepalanya.
"Jauhin Viona dari Angga."
Dan ucapan Angga waktu lalu pun melintas dikepalanya. "Gue bakal jauhin Viona kalau gue udah bikin dia—"
"Shit!" Umpat Revan, kenapa dia bodoh sekali meninggalkan Viona dengan cowok bajingan seperti Angga ditempat yang sepi pula. Revan kembali mengeluarkan mobilnya dari dalam gerasi, ia membelah jalanan ibu kota. Revan duduk gelisah didalam mobil, ia mencoba menghubungi Viona namun tidak di angkat sama sekali.
"Anjing!" Revan kembali mengumpat ketika ia melihat jalanan didepannya yang terlihat sangat ramai, dikerubungi oleh orang-orang. Ia membuka jendela kaca mobilnya.
"Pak di depan ada apa kok rame banget?" Tanya Revan pada seorang pria paruh baya yang kebetulan ada disana.
"Kecelakaan mas, truk sama angkot."
"Oh gitu gitu. Makasih pak." Setelah itu Revan kembali memundurkan mobilnya dirinya berniat untuk mencari jalan lain untuk segera sampai disana. Revan terus melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi, kini yang tengah berputar dikepalanya adalah segala kemungkinan buruk yang akan terjadi pada Viona.
Revan mendesah lega ketika ia telah sampai didepan cafe. Napasnya terdengar memburu, jantungnya pun masih berdetak tak karuan. Dengan tergesa ia keluar dari mobilnya kemudian berjalan untuk memasuki cafe yang masih dengan keadaan sepi. Namun saat sampai didepan cafe ia melihat Viona membukakan pintu, keadaan gadis itu tidak serapi saat dia berangkat. Terlihat acak-acakan.
Viona berlari kearahnya kemudian memeluknya erat. Revan dibuat bingung, apalagi ketika Viona menangis didalam pelukannya. Revan merasakan kalau tubuh Viona bergetar hebat. Revan tahu tidak ada yang beres sekarang. Tubuh cewek itu ambruk kalau saja Revan tidak memeluk pinggangnya.
"Vio kenapa?" Tanya Revan cemas.
Viona tidak kunjung menjawab tangisnya malah semakin menjadi, tidak ada yang bisa Revan lakukan selain membalas pelukan Viona tak kalah eratnya. Revan mengelus lembut rambut Viona mencoba untuk menenangkannya.
"Angga dia——"
"Bangsat!" Revan melepaskan tangan Viona yang melingkar pada pinggangnya.
"Mau kemana?"
"Ngasih pelajaran sama dia karena dia udah berani bikin lo nangis gini!" Kata Revan tajam.
Viona menggelengkan kepalanya tegas, air matanya terus mengalir di pipinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO
Teen Fiction[available on bookstore] Revano Mahendra, sudah tidak asing ketika orang-orang selalu menyebutnya sosok cowok yang terlalu datar, tidak banyak bicara, pintar dan kelewat ganteng. Tidak ada alasan kuat kenapa dia seperti itu, hanya saja dia terlalu m...