HAPPY READING🤗
Sedari tadi Revan benar-benar tidak fokus ketika mengikuti pelajaran Bu Lilis. Pikirannya tengah berkelana kemana-mana. Sebenarnya apa yang sudah Angga lakukan pada Viona? Membuat gadis itu menjadi tertutup, menghindarinya. Revan ingin menghajar Angga habis-habisan namun sampai saat ini dirinya belum bertemu dengan Angga sama sekali. Ia ke rumah Angga untuk menemuinya, dan asisten bilang Angga tidak ada dirumah. Dirinya tidak sadar ketika bel istirahat sudah berbunyi.
"Kanti kuy, laper gue. Lutut gue udah gemeteran!" Teriak Ogi.
"Lebay lo! Kelas samping dulu, samper si
Radit. Takut kagak ada yang nemenin tuh bocah," balas Andra."Gendong Dra, ini lutut gue udah kek kesetrum. Geter-geter gimana gitu," Ogi menepuk-nepuk lututnya.
"Ogah! Eh Van diem-diem bae," Andra mencolek dagu Revan membuat cowok itu berjengit kaget.
"Apa sih lo?" Kesal Revan.
"Kantin sayang hayu," Ogi menarik tangan Revan.
"Nanti gue kasih leher gue lagi buat lo cipok. Ayo!" Revan langsung melayangkan tatapan tajamnya.
"Becanda bang, buruan ah!"
Revan memilih berjalan mengikuti mereka dari belakang. Tak sedikit orang yang tersenyum kearahnya, dan Revan mengabaikannya. Saat sampai dikelas Radit——sekaligus kelas Viona. Keadaan kelas sudah sepi hanya beberapa orang saja yang berada disana. Namun yang membuat keningnya berkerut bingung adalah ada kedua sahabat Viona. Namun gadis itu tidak ada disana.
"Mana Vio?" Tanya Revan.
"Diem!" Jawab Khaisa ketus.
"Dia kenapa sih Van? Aneh banget, kesel gue jadinya," lanjut Khaisa lagi.
"Sekarang kemana?"
"Perpus gak tau halaman belakang,"
Revan langsung pergi dari kelas Viona mengabaikan Ogi yang terus meneriaki namanya. Berjalan menuju perpustakaan, ia akan mencari Viona diperpustakaan terlebih dahulu. Dan ia tidak menemukan Viona disana. Membuat ia melangkahkan kakinya kembali, tujuan kali ini adalah halaman belakang sekolah yang sepi. Namun saat ia sedang berjalan di koridor yang sepi, tepat didepan gudang ia melihat Angga dan Viona seperti sedang berdebat.
"Lo pikir gue mau apa? Minta maaf sama lo? Jangan mimpi! Mau laporin gue ke polisi? Punya bukti apa lo?"
Revan rasanya ingin merobek mulut Angga karena berani-beraninya dia berteriak pada Viona. Revan mengetatkan rahangnya ketika melihat Angga yang mencengkram rahang Viona. Ingin sekali Revan mematahkan tangan Angga!
"Harusnya lo tuh bersyukur karena gue masih mau deketin lo! Disaat gak ada satupun cowok yang mau deket sama lo!"
""Hey lo anak pungut, anak yang dibuang sama orangtua lo layaknya sampah, orangtuanya aja perlakuin lo kek sampah apalagi kita? Dan apakah lo masih ingat masalah lo saat SMP? Yang buat lo pindah sekolah." Kerutan halus langsung terlihat pada kening Revan.
"Kaget? Gak nyangka?" Angga tertawa. "Iya, kita satu sekolah saat SMP." Revan semakin mengeratkan kepalan tangannya. "Gue tau, yang foto lo nyebar di grup sekolah. Foto lo saat—"
Revan sudah tidak bisa menahannya lagi, napasnya memburu. Dengan langkah lebar ia berjalan menghampiri Angga, menarik kerah baju belakang cowok itu dan langsung melayangkan pukulan pada rahangnya. Berkali-kali membuat cowok itu tersungkur, dirinya tidak membiarkan Angga untuk membalasnya.
"Ini pelajaran buat mulut sialan lo!" Desis Revan, cowok ini kini tengah menindih tubuh Angga yang sudah terkulai lemas.
"Wow kenapa lo gak datang waktu itu? Pas gue mau——"

KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO
Teen Fiction[available on bookstore] Revano Mahendra, sudah tidak asing ketika orang-orang selalu menyebutnya sosok cowok yang terlalu datar, tidak banyak bicara, pintar dan kelewat ganteng. Tidak ada alasan kuat kenapa dia seperti itu, hanya saja dia terlalu m...