Part 19

128K 12.9K 1.3K
                                    

Happy Reading aja dah yaaa💕

Vote and comment dulu tapi jan lupaaaa

***

Ternyata lo belum paham diri gue sepenuhnya!

Kata-kata itu kembali terngiang di kepalanya terus berputar seperti kaset rusak. Yang ketika dirinya mengingatnya dadanya terasa dihimpit oleh sesuatu yang membuatnya sesak. Iya, Viona memang tidak memahami diri Revan. Dia tahu. Tidak seperti Revan yang begitu mengenal dirinya luar dalam. Sepanjang malam dirinya terjaga dan mampu terlelap saat pukul tiga dini hari.

Viona menatap pantulan dirinya di cermin kamarnya. Ya ampun keadaanya berantakan sekali! Kantung mata yang terlihat hitam dan matanya membengkak. Ia kemudian menghirup oksigen sebanyak-banyaknya lantas menghembuskannya perlahan.

Dengan pelan ia menuruni tangga melihat kearah meja makan yang sudah menampakan ayah dan bunda dan juga Revan. Jujur ia masih merasa malu dengan Revan. Viona kembali merutuki dirinya, sedangkal itu ia berfikir tentang Revan?!

"Pagi sayang." Lamunannya langsung buyar ketika mendengar sapaan dari Dirga. Viona tersenyum tipis kemudian berjalan kearahnya mencium pipi sang ayah.

"Pagi ayah." Balasnya.

Kemudian ia berjalan kearah Airin dan mendaratkan satu kecupan pada pipinya.

"Pagi bunda."

"Pagi sayang." Airin menahan tangan Viona. "Kamu habis nangis?" Tanyanya memastikan.

"Vio habis nonton drakor, jadi gini kalo terbawa suasana." Kilah Viona.

Airin masih menatap curiga pada Viona, tangannya terulur untuk mengelus lembut rambut Viona. "Gak usah dipikirin soal yang kemarin ya nak. Kamu hebat, dimata bunda dan orang-orang yang sayang sama kamu." Viona hanya tersenyum simpul lalu berjalan melewati Revan begitu saja.

Biasanya ia akan melemparkan kalimat untuk menggodanya terlebih dahulu.
"Mau dicium juga nggak?" Contohnya atau "bunda katanya Revan juga pengen dicium." Dan dirinya akan tertawa terbahak melihat tatapan tajam yang diberikan Revan kepadanya. Sementara Dirga hanya akan menegur "Vi... Gak baik, kalian udah dewasa."

Viona mengambil sehelai roti tawar tanpa selai dan memasukan kedalam mulutnya dengan malas.

"Bunda masak sup ayam. Kok gak makan?" Tanya bunda. Sebenarnya Viona merasa tidak enak terhadap Airin. Namun hari ini ia benar-benar tidak nafsu memakan apapun.

"Vio lagi gak pengen."

"Dari kemaren kamu gak makan loh."

Viona langsung gelagapan, menatap Dirga dengan takut. Dan benar saja beliau tengah menatapnya dingin. Viona kemudian menatap Revan, dia tengah fokus pada ponselnya sesekali memasukan nasi kedalam mulutnya. Terlihat tidak peduli sama sekali. Ada rasa kecewa dalam hatinya ketika Revan terlihat biasa-biasa saja, biasanya cowok itu yang paling marah ketika Viona telat makan.

"Kemarin makan bunda. Kan bunda sendiri yang suapin Vio." Kata Viona membela.

"Cuman lima suap."

"Enam." Balas Viona.

Dia bangkit dari duduknya kemudian mengambil ranselnya. "Viona berangkat dulu. Nanti Vio makan disekolah." Ujarnya sambil menyalami tangan kedua orangtuanya.

"Gak bareng sama Revan?" Tanya bunda. Viona melirik Revan sebentar, cowok itu tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari benda pipih itu. Sialan!

"Vio ada piket. Nanti Vio naik gojek aja."

***

Viona memijat pelan pelipisnya, kepalanya berdenyut. Rasanya seperti akan meledak. Beruntung Radit memberitahukan bahwa Bu Rita tidak akan masuk membuatnya bernapas lega. Ia merebahkan kepalanya pada meja, kepalanya terasa semakin pusing.

REVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang