Happy Reading
Kedaan kantin masih terbilang sepi, belum terlalu ramai. Bel istirahat pun belum berbunyi namun Viona dan kedua sahabatnya sudah duduk anteng dikantin. Memilih meja paling pojok, Bu Ana selaku guru bahasa Indonesia yang saat ini seharusnya belum keluar kelas beliau telah keluar terlebih dulu, dikarenakan ada kepentingan katanya.
"Muka gue berminyak. Gak cocok apa ya skin care yang gue pake?" Gumam Khaisa sambil terus bercermin pada kaca yang ia bawa.
"Maybe, tapi mending berminyak dari pada kering. Katanya kalo yang berminyak kulitnya lembab jadi awet muda." Khaisa langsung melirik Viona dengan mata yang berbinar.
"Serius?"
"Katanya."
"Oke besok muka gue bakal gue balur pake minyak punya ibu biar awet muda," Tari berkata dengan ekspresi yang datar tapi mampu membuat Viona dan Khaisa terbahak.
"Serius lo?" Tanya Khaisa disela tawanya.
"Ya kan biar awet muda," yakali pake minyak goreng!
Viona menepuk pundak Tari sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gila sih, lo jenius banget!"
"Heh adem banget hidup gue gak diganggu sama ratu bacot tuh. Tekanan darah gue itu langsung menurun lagi gitu." Cerocos Khaisa sambil terus memakan cilor miliknya.
"Hm adem banget." Timpal Viona, sementara Tari ia sudah mengeluarkan tatapan tajamnya. Menatap segerombolan cowok yang baru saja memasuki kantin.
"Tar please, jangan bikin ulah lagi." Tegur Viona namun Tari mengabaikannya. Ia terus menatap sengit kearah Revan dan teman-temannya yang baru saja memasuki kantin.
"Berani duduk disini, lo semua gue hajar!"
Revan dan yang lainnya langsung terperanjat."Ebuuuuuseeet! Galak amat sih," Ucap Ogi sambil menatap Tari ngeri.
"Santai Tar kita cuman mau numpang duduk!" Sahut Radit yang langsung diangguki oleh semuanya.
"Pergi!" Kata Tari tajam.
"Ini kan bukan kantin lo, jadi bebas dong!"
"Minta dihajar lo?!" Ogi menelan ludahnya kasar, menatap semua temannya yang hanya diam.
Revan sudah duduk disamping Viona, menyeruput minuman milik Viona dan berakhir mendapat tabokan darinya.
"Tar..." Gumam Viona.
"Jangan ada yang duduk disini! Termasuk lo!" Tari menunjuk Revan yang sekarang masih anteng duduk disamping Viona.
"Pergi atau kita yang pergi?!" Semuanya bersorak kecewa.
Dengan berat hati mereka pergi meninggalkan meja Viona dan memilih meja yang jauh dari mejanya. Kata Tari harus jauh banget.
Viona berdeham sebentar, menggigit bibir bawahnya. "Tar lo beneran benci sama mereka?" Tanya Viona pelan.
"Hm,"
"Gak keterlaluan?"
"Maksudnya? Ah lo gak mau jauh-jauh dari mereka, pengen sama mereka mulu, iya? Biar jadi pusat perhatian karena terus-terusan sama most wantednya sekolah? Cukup dari Revan aja masalah yang lo dapet Vi!" Lanjutnya lagi.
Viona dan Khaisa langsung bungkam.
"Ya nggak gitu Tar. Maksud gue duh gimana ya ngomongnya," Viona gelagapan sendiri.
"Andra keknya suka sama lo." Celetuk Khaisa tiba-tiba.
"Terus apa hubungannya sama gue?"
Khaisa menatap Tari lekat. "Lo benar-benar gak mau buka hati lo gitu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
REVANO
Teen Fiction[available on bookstore] Revano Mahendra, sudah tidak asing ketika orang-orang selalu menyebutnya sosok cowok yang terlalu datar, tidak banyak bicara, pintar dan kelewat ganteng. Tidak ada alasan kuat kenapa dia seperti itu, hanya saja dia terlalu m...