Salah Kah?

31 4 0
                                    

*****

Setelah mendengar pengakuan Barra yang meninggalkan Allea secara tiba tiba, ternyata alasan Barra pergi adalah ia terkena penyakit gagal jantung. Dan itu sukses membuat Allea terpaku di tempat. Allea mempertimbangkan keputusannya untuk tidak menjalin hubungan dengan Barra.

Tanpa aba aba, Barra memeluk Allea dari belakang tubuhnya. Kepalanya ia tenggerkan di pundak Allea.

Kehangatan ini sudah lama Barra rasakan. Ia sangat rindu dengan Allea. 1 tahun berada di luar negri untuk menyembuhkan penyakitnya tanpa Allea disampingnya yang harusnya Allea mensupport Barra untuk kesembuhannya.

Allea meneteskan air matanya hingga mengenai tangan Barra yang melingkar di pinggangnya. "Maaf... " Cicit Allea dengan nada bergetar.

"It's ok!" Ucap Barra yang tak sadar ia juga menjatuhkan air matanya hingga mengenai pundak Allea. Dan berhasil membuat Allea luluh dan berfikir, barra memang tulus mencintainya.

Barra berdiri tegak membalikan tubuh Allea menjadi menghadapnya. "Sekarang aku udah disini, untuk memperbaiki hubungan kita"

"Aku salah Al... Harusnya aku di samping kamu, support kamu, saat kamu dalam masa penyembuhan penyakit kamu... Maaf... "

Tangisan Allea kini semakin menjadi. Ia tidak menyangka, jika seorang yang ia benci karna kepergiannya, ternyata saat itu dia dalam keadaan yang membutuhkan seorang Allea di sampingnya.

"Ini salah aku Le. Maaf aku gak kasih tau ke kamu tentang penyakit aku... Aku gak mau kamu ikut sedih dan khawatir... " Ucap Barra meyakinkan Allea kalah dirinya masih mencintai Allea.

Barra menarik tubuh Allea kedalam dekapannya. Allea pun pasrah dibuatnya. Allea menangis dalam pelukan Barra.

"Le, apa kesempatan itu masih berlaku untukku? " Tanya Barra to the point.

Allea berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ia berusaha untuk berhenti menangis.

Apa yang harus Allea jawab?

Iya?

Atau, tidak?

Allea sesugukkan, ia kini berusaha untuk menjawab. "Ta-tapi... Tapi Ine? "

Barra mengembangkan senyumannya. Ia memegangi kedua pundak Allea menggunakan kedua tangannya. Ia kini berusaha meyakinkan Allea. "Biar aku yang ngomong sama Ine. "

Allea mengangguk.

Semoga jalan yang gue pilih gak salah* ucap Allea dalam batinnya.

Seperkian detik berikutnya, tanpa aba aba Barra memeluk erat tubuh Allea, tanpa ragu Allea pun membalas pelukan Allea.

***

Kini Allea sudah berada di dalam kamarnya. Ia benar benar bingung dengan semua ini. Satu sisi Allea memang mungkin masih ada rasa terhadap Barra, namun tadi ia mengakui kalau ia sedah mulai ada rasa dengan Sakka, dan di sisi lain Allea memikirkan nasib Ine, sahabatnya.

Allea membaringkan tubuhnya di samping Zezee, kakaknya yang sudah tertidur pulas.

Perlahan ia memejamkan matanya.

**

Pagi telah tiba.

Saat ini Allea sudah rapih dengan baju yang ia kenakan.

Allea menuruni anak tangga villa tersebut. Ia berjalan menuju dapur, disana ia mendapati Barra yang tersenyum manis dan memerintahkan untuk duduk di sampingnya. Namun Allea pun melirik ke arah Ine yang terlihat kikuk dengan tatapannya.

SakkAlleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang