Keputusan yang Salah(?)

38 1 0
                                    

Sering handphone si pemilik berbunyi sedari tadi. Sakka mengerjapkan matanya untuk menyadarkan dirinya. Ia melihat jam yang terpajang di dinding kamarnya, setengah sepuluh, pikirnya.

Sakka meraih ponselnya di atas nakas. Ia menyipitkan matanya saat membaca pesan yang tertera di layar ponsel.

Seketika matanya terbelak usai membaca pesan tersebut. Dengan segera ia bangkit dari tidurnya kemudian meraih jaket serta kunci kendaraannya di atas nakas.

"Sakka. Kamu mau kemana nak? " Tanya Rifa, ibundanya.

Langkah Sakka terhenti kala Rifa memanggilnya. Sakka menoleh ke arah Rifa. "Sebentar bun! Ada urusan."

Kemudian Sakka kembali lari keluar dari rumahnya.

Baru saja Rifa ingin menghampiri Sakka. Namun ia terlambat, Sakka sudah lebih dulu pergi. "Hati hati Sakka! " Teriaknya.

Sakka tak menanggapi ibundanya karna ia terlalu buru buru.

*

Allea sedang berbaring di tempat tidurnya. Sedari kemarin ia merasa tubuhnya kurang vit, mungkin karena kelelahan saat kemarin ia berlibur.

Beberapa kali ia menghubungi Amora ataupun Ine, namun mereka tidak ada jawaban. Ia pun sesekali menghubungi Barra, namun hasilnya pun sama. Tak ada jawaban. Ponsel Barra hanya berdering tetapi Barra tidak mengangkatnya.

Lalu, siapa lagi yang harus ia hubungi?

Orang tuanya? Kemarin pergi keluar kota untuk dinas.

Sakka? Apakah Sakka akan mengangkatnya? Bagaimana jika Sakka tidak mengangkatnya? Bukankah kemarin ia terlihat marah pada Allea.

Sunggu Allea tak tahan lagi dengan kondisinya yang terlalu lemah ini. Bahkan untuk bangkit saja sulit. Ia merubah posisinya menjadi duduk di pinggir kasurnya.

Dengan ragu ia memencet nomer yang tertera nama Sakka di layar. Ia memejamkan matanya, ia terlalu sakit jika Sakka tidak mengangkat teleponnya.

Satu, dua kali ia mencoba namun hasilnya tetap sama, tidak ada jawaban. Ia kembali memejamkan matanya, terakhir!, batinnya.

Senyumnya mengembang saat teleponnya tersambung.

"Hallo. Assalamu'alaikum. Kenapa Le? Ini gue Rakka. "

Namun, detik itu juga seketika senyumannya kembali memudar. Rasanya sakit sekali saat mengetahui yang mengangkat sambungannya bukanlah seseorang yang ia inginkan.

"Hm. Gu-gue... G___

"Lo kenapa Le? Ada masalah? "

"Bi... Bisa anter g-gue ke rum____

Pandangan Allea kabur begitu saja saat ia sedang berbicara melalui sambungan telepon.

Di sebrang sana, Rakka pun mendengar hantaman yang sangat keras.

Dengan segera Rakka lari dan meninggalkan kamar Sakka. Ia berlari menuruni anak tangga kemudian keluar dan pergi meninggalkan kediaman rumah Sakka menuju kediaman rumah Allea.

Ia sangkat khawatir dengan keadaan Allea.

Apa yang terjadi di sana?, pikir Rakka.

"Sakka... Sakka... You stupid! " Gumamnya.

Rakka menaiki kendaraan roda dua nya kemudian ia mulai melaju menuju rumah Allea.

di perjalanan Allea selalu terbayang kejadian yang belum lama terjadi. Bukan. Bukan perihal Allea. Namun ini perihal pesan yang ia baca melalui ponsel Sakka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SakkAlleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang