Sakka, Rakka, Barra? [Revisi]

38 8 2
                                    

*****

Setelah bel pulang berbunyi dengan cepat Sakka menagih janjinya pada Allea. Janji yang Allea katakan saat jam pelajaran olahraga. Entah apa yang dirasakan Sakka saat ini.

Bingung.

Satu kata menggambarkan semuanya, menggambarkan perasaan Sakka saat ini.

"Alleea!! Masih inget janji lo kan?" Ucap Sakka mengingatkan.

Allea memutarkan bola matanya malas
"Iya." Ucapnya singkat padat dan jelas.

Senyuman Sakka mengembang.
"Yaudah ayo!" Ajak Sakka sambil meraih tangan Lea.

Lea menghempaskan tangan Sakka begitu saja.
"Ck. Gue pulang dulu lah. Izin sama kakak gue!" Ucap Allea.

"Yaudah ayo gue anterin." Ucap Sakka.

"Gak perlu." Ketus Allea.

Setelah itu Allea pergi meninggalkan Sakka begitu saja di kelasnya.

Entah apa yang di rasakan Allea saat ini. Namun moodnya kembali hancur setelah mengingatnya. Mengingat sesuatu yang tak ingin diingat namun Sakka tanpa sengaja membuat Allea mengingat.

Flashback on.

Disebuah taman, ada sepasang cucu adam yang sedang bercanda ria. Mereka adalah Al dan juga Lea.

"Hahahahah. Al udah ah geli tau ihh." Ucap Lea kegeliaan karena Al menggelitikinya.

Al tertawa gembira
"Janji dulu sama aku." Ucap Al.

Lea masih saja tertawa kegelian
"Iya iya apa?" Ucap Lea.

Al menghentikan aksinya
"Setelah ini kita jalan." Ucap Al sambil tersenyum.

Senyuman Lea mengembang sempurna
"Oke oke kita jalan." Final Lea.

Lalu Al berdiri terlebih dahulu dan setelah itu membantu Lea berdiri. Meraka pun pergi dari taman tersebut sambil bergandeng tangan dengan berbalut perasaan bahagia yang tak terdefinisi.

Flashback off.

Sakka terdiam di kelas. Ia memikirkan apa yang sedang terjadi pada Allea? Mengapa Allea bertindak seperti moodnya sedang hancur? Apakah Sakka berbuat salah? Apakah Sakka melakukan kesalahan?

Beribu ribu pertanyaan hadir dalam pikiran Sakka. Sampai Rakka mengganggu lamunan Sakka.

"Woii! Gue liat tadi Lea kayaknya badmood banget. Kenapa?" Ucap Rakka saat tiba di kelas Sakka.

Sakka mengangkat kedua bahunya.
"Gak tau gue juga. Hadeuh kalau bukan karena Barra. Males banget nih gue kayak gini." Ucap Sakka mengeluh.

Rakka tertawa sumbang
"Jangan gitu sak. Nanti lo suka beneran, makin ribet urusannya. Mending lo ikutin aja alurnya." Ucap Rakka menasehati.

"Ck. Lagi si Barra main titip-titipin aja. Dia kira anak kucing kali." Keluh Sakka.

"Hahaha sabar ya Sakka sepupu gue. By the way, gue sama Keenar udah berusaha buat cari kabar Barra, tapi hasil nya sama aja Sak. Jadi lo sabar ya." Ucap Rakka sambil menepuk bahu Sakka.

Sakka melirik ke arah Rakka.
"Nah itu. Tadi juga Keenar bilang sama gue. Dan dia juga bahas masalah pertunangan gue sama Tsamara nanti. Jadi pusing gue Rak. Lo mau gantiin gue gak?" Ucap Sakka bercanda.

Rakka tertawa renyah.
"Saya sih No. Sorry Sak, gue ngurusin Amora aja udah ribet. Apalagi gantiin posisi lo." Ucap Rakka.
"Udah ya. Gue abis ini ada janji sama Mora." Lanjutnya.

SakkAlleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang