Jauhi atau Kembali?

36 6 1
                                    

*****

TEPAT pukul 2.35, Allea terbagun dari tidurnya. Tenggorokannya terasa kering, karena Allea menangis dalam diam. Jujur Allea bingung dengan perasaannya sendiri, ia terlalu kecewa dengan kedatangan Barra yang sangat mengejutkan dengan kabar Ine dan Barra akan bertunangan nanti.

Allea sedikit kecewa dengan Barra, karna bisa dikatakan hubungannya belum terselesaikan. Diantara mereka tidak ada yang mengakhiri hubungan ini, yang ada hanya bara yang pergi tanpa alasan.

Allea bangkit dari tidurnya kemudian pergi menuju dapur untuk mengambil segelas air. Ia meneguk cepat segelas air yang ia ambil. Allea menyenderkan tubuhnya di tepi meja makan, ia kembali termenung.

Akankah ia bicara baik baik dengan Barra? Atau menjauhi Barra? Jika ia menjauhi Barra, kemudian setelah itu apa yang dia lakukan? Mendekati Sakka? He! Sama saja ia membunuh dirinya sendiri secara perlahan.

Bukankah Keenar sudah memperingatinya untuk menjauhi Sakka?

Ahh rasanya Allea ingin menghilang dari muka bumi ini dan pergi ke negeri kayangan kemudian pulang membawa bidadara dan di pamerkan ke Sakka juga Barra.

Allea kembali menuangkan air ke gelas yang sedari tadi ia pegang dengan kedua tangannya. Ia kembali meneguk air tersebut.

Allea tersedak ketika suara parau memanggil namanya, "queen___

Suara parau itu terdengar terpotong.

Allea tahu betul dengan panggilan tersebut. Suara tersebut berasal dari orang yang saat ini membuat Allea kembali jatuh kedalam jurang.

Barra mendekat, ia mengatakan sesuatu dengan suara yang terdengar lirih. " Maaf... "

Allea menundukkan kepalanya, kemudian tersenyum menyimpul. "Berakhir... " Lirih Allea.

Barra menepis jarak diantara mereka. Barra memegang lengan Allea dan memohon. "Que___

" Allea! " Ucap allea menginterupsi.

Barra melepas genggamannya, "oke... Oke... Le, kasih aku waktu untuk menjelaskan... "

Allea tersenyum simpul kemudian merubah posisinya menjadi berhadapan dengan Barra. "Mau jelasin apa lagi Al? Lo yang pergi tiba tiba? Atau mau jelasin kalau lo terpaksa jadi tunangan Ine? Oh... Gue tau! Mau jelasin kalau lo sebenernya cuma jadiin gue pelampiasan lo dengan Keenar? Jadi harusnya gue gak perlu berharap lebih? Ha!? Jawab Al?!!! " Ucap Allea penuh emosi.

Masa bodoh dengan temannya yang merasa terganggu dengan ucapannya itu.

Barra menggeleng, "semua yang kamu ucapkan salah Le. " Ucap Barra. Bara menggenggam telapak tangan Allea, "ikut aku! Aku mau jelasin semuanya... "

Barra menarik Allea, namun Allea menepis tangan Barra begitu saja.

"Le... Please... " Ucap Barra dengan nada memohon. Sungguh Allea tidak tega dengan manusia di hadapannya ini.

"Oke! "

***

Flashback on.

Tepat di tengah malam, Sakka, Rakka, dan juga Barra duduk di bawah pohon rindang. Dimana tempat tersebut adalah tempat mereka berbagi cerita. Tempat dimana mereka mengukir nama persahabatan, persaudaraan, juga kesolidaritasan mereka. Nama itu masih terukir di pohon tersebut.

"Lo datang di waktu yang tepat Bar! " Ucap Sakka membuka pembicaraan.

"Tapi situasi lo sekarang gak tepat Bar... " Kali ini bukan Sakka yang bicara, melainkan Rakka.

Barra melihat kearah langit biru. Senyumnya terukir jelas di wajahnya. "Thank's Sak... Lo bener bener melakukan amanah gue dengan baik. Dia benar benar lupa dengan gue sak... "

SakkAlleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang