Bab Sebelas

396 54 1
                                    

“Jim, ini kita mau kemana?” tanya Seulgi kepada Jimin setelah mereka telah selesai makan.

Jimin menarik lengan milik Seulgi, “Sudah kamu ikuti aku saja. Nanti kamu tahu kok.” Ucapnya disertai senyuman manis.

Seulgi terpana hanya melihat senyuman manis Jimin. Ia juga membalas Senyuman yang tak kalah manisnya.

Sekitar sepuluh menit, Jimin dan Seulgi telah sampai di tempat kedua yang telah di siapkan oleh Jimin. Seulgi terkejut melihatnya, ia tidak menyangka kalau Jimin mengajaknya ke tempat yang sangat indah.

“Kamu suka?” tanya Jimin sambil memandang Seulgi yang sedang terpesona dengan keindahannya.

Seulgi menoleh ke arah Jimin dan menganggukkan kepalanya dengan antusias. “Suka banget.” Serunya dengan nada yang antusias.

Jimin terkekeh melihatnya, dengan gerakan refleks tangan kanannya mengacak rambut indah milik perempuan tersebut.

“Syukurlah, kalau kau senang.” Kata Jimin sambil memandang Seulgi.

“Jimin!” sahut Seulgi.

Jimin yang sedang memandang Seulgi terkejut dan langsung ia mengubah raut wajahnya. “Iyah, ada apa?” tanyanya.

Seulgi tersenyum, kemudian kedua tangannya meraih tangan lelaki tersebut. Jimin tersentak apa yang dilakukan oleh perempuan tersebut.

“Terima kasih” jawab Seulgi dengan senyumannya.

Jimin mengerutkan dahinya bingung, “Terima kasih, untuk?” tanya Jimin lagi yang terlihat kebingungan.

“Terima kasih untuk segalanya, terima kasih karena kamu telah mengajakku liburan ke kota yang bagus ini. Terima kasih, telah menemaniku selama liburan. Terima kasih telah membuatku senang. Dan terima kasih telah membawaku ke tempat yang bagus ini. Terima kasih, Park Jimin.” Tutur kata Seulgi dengan raut wajah yang teramat Senang.

Terlihat bibir seksi milik Jimin, menyunggingkan senyum kala setelah mendengar perkataan yang keluar dari bibir mungil milik Seulgi.

“Sama-sama, Kang Seulgi. Aku bersyukur, kalau kau bahagia.” Ujar Jimin sambil memandang lembut Seulgi.

“Ayo, kita lanjut jalan-jalan Jim.” Kata Seulgi setelah bangkit dari duduknya.

Jimin memandang Seulgi, “Langsung jalan saja? Kamu enggak mau diem dulu di sini?” tanya beruntun.

Seulgi menggeleng, “Tidak Jim, ayo kita jalan-jalan saja.” Sahutnya dengan nada ceria.

Jimin tersenyum, ia mulai bangkit dari duduknya juga kemudian membersihkan celananya yang agak kotor. Karena mereka duduk di rerumputan.

“Ayo kita pergi.” Ajak Jimin sambil menggenggam tangan perempuan tersebut yang sudah menjadi candunya.

Aku harap, aku akan terus menggenggam tangan ini selamanya. Gumamnya dalam hati.

Seulgi tersenyum senang, karena tangannya di genggam lagi oleh pria tersebut. Nyaman pikirnya.

Di sepanjang perjalanan, Jimin dan Seulgi sekarang sudah lebih akrab bahkan mereka menyindir satu sama lain. Sesekali terdengar suara tawa nyaring dari Seulgi, saat mendengar lawakan garing dari Jimin.

Epiphany | Park Jimin ( Completed )✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang