Bab Dua Puluh Tujuh

230 36 15
                                    

Rindu. Hal itu terus terjadi meskipun aku melarikan diri untuk tidak merindukannya.

***

Happy Reading!!! And Kalau ada Typo ingatkan ya!!

🍁🍁🍁

Sudah terhitung tiga hari semenjak Jimin mengetahuinya, bahkan Jimin terlihat menghindari Seulgi. Terlihat dari beberapa telpon dari Seulgi selalu ia reject, pesan tidak ia balas. Jimin masih ingin sendirian dulu, untuk meredakan rasa kecewanya.

Sedangkan Seulgi kecewa, karena Jimin tiba-tiba menghindarinya. Kenapa Seulgi tahu? Sudah terlihat dari cara Jimin mereject bahkan menolak panggilan telponnya, pesan yang ia kirimkan selalu tidak dibalas.

Seulgi menghela napas kasar, iris matanya menatap layar pipih yang sedang ia pegang. Terdapat beberapa deretan angka nomor dan juga nama si pengguna nomor tersebut.

Seulgi mendesah pelan bahkan tidak ada satu pun yang pria itu angkat. "Kamu kenapa sih?"

Seulgi masih belum mengetahuinya. Hanya Irene yang tahu hal itu.

TOK....TOK....TOK...

"Siapa?" Tanya Seulgi dengan nada yang sedikit ia naikkan oktaf suaranya, untuk mengetahui siapa yang ada diluar.

"Ini gue kak, Daniel." Daniel berteriak dari luar kamar.

Seulgi melangkahkan kakinya, untuk membukakan pintu.

"Ada apa?"

Daniel mengernyitkan dahinya bingung, dia merasakan hawa yang aneh dari diri Seulgi. "Kenapa lo kak?" Tanya Daniel yang penasaran.

Seulgi mendelikkan matanya, kemudian pergi meninggalkan Daniel di depan pintu yang masih memasang wajah bingungnya.

Daniel mengikuti langkah sang kakak, dia dapat melihat Seulgi sedang berdiri di depan jendela. Entah apa yang dilihat oleh seulgi. Namun, dapat Daniel lihat bayangan Seulgi. Sedih? Tapi sedih kenapa?

"Kenapa lagi lo kak?" Tanya Daniel kepada Seulgi yang sedang memandang kearah luar lewat jendela itu.

Seulgi menatap sekilas Daniel, kemudian melanjutkan kegiatannya. "Gapapa." Singkatnya.

Langkah Daniel, perlahan membawa dirinya untuk mendekati Seulgi. Tangannya menepuk pelan bahu wanita itu. "Kalau ada masalah, lo bisa curhat ke gue kak" celetuk Daniel lembut.

Seulgi membalikkan badannya untuk menghadap kearah Daniel. "Masalah gue rumit, Niel. Gue aja gak bisa nyelesainnya, apalagi lo." Sahut Seulgi pelan.

Daniel menatap wanita yang ada didepannya, kedua tangannya kini telah mendarat di kedua bahunya. "Gue tahu, ini ada kaitannya sama Bang Jimin kan?" Tebak Daniel yang membuat Seulgi menatap Daniel serius.

Seulgi tak menjawab, dia malah menepis tangan Daniel yang berada dikedua bahunya. "Jangan sok tau!"

Pria tersebut menghela napas ringan, "Gue tahu kak, lo ada masalahkan sama Bang Jimin? Keliatan banget dari wajah lo kak, ada masalah apa?" Seulgi mengalihkan pandangannya, entah kenapa air matanya menetes keluar tanpa sepengetahuannya.

"Gue gapapa," jawab Seulgi cepat "lo ada apa kesini?" Seulgi mencoba mengalihkan pembicaraan.

Daniel menghembuskan napasnya, iris matanya menatap Seulgi "Gue hanya disuruh Bunda buat nyuruh lo makan dulu." Jawab Daniel.

Epiphany | Park Jimin ( Completed )✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang