Fourteen - Mr Right

1.2K 140 135
                                    

Hidup itu pilihan.

Baik dan buruknya.

Itulah pilihanmu sendiri.

Tidak pernah ada manusia yang ingin berakhir menyedihkan. Happy ending adalah harapan. Kenyataan pahit adalah hal tidak terelakkan saat kau harus membuat sebuah pilihan dalam hidup.

Sekali lagi. Pilihan hidup itu merupakan hasil dari buah perbuatanmu sendiri.

Kau yang menanam, kau yang menuai hasil dari perbuatanmu.

Seorang petani anggur tidak akan menuai padi milik orang lain.

Kecuali dia mencurinya.

Fourteen - Mr Right


"Tentu saja aku tidak akan melepaskan Joohyun begitu saja"

Nyonya Bae menyeringai.

"Annyeong ... "

Mino menatap kedua nya dengan pandangan kaku. Ia membungkukan tubuhnya kearah Nyonya Bae dan duduk tepat disamping Suho.

Ketiganya terdiam beberapa saat. Suho bahkan tidak berusaha menyapa Mino dan memilih mengaduk cangkir kopinya. Mino menatap lurus meja stainless dengan pandangan kaku.

Terlalu canggung membuka percakapan dengan Nyonya Bae. Mino tidak bisa bersikap basa basi. Terlebih pada orang tua.

"Apa kami menganggumu Song Mino-shii?" Tanya Nyonya Bae mencoba bersikap ramah. Suho menyeringai kecil mendengarnya.

Mino menggelengkan kepalanya, " Tidak tentu saja Nyonya..."

"Kau tidak sibuk kan?"

Mino sekali lagi menggeleng. Suho meraih cangkirnya dengan menyesap kopinya dengan pelan, menikmati kegugupan Song Mino seolah hiburan mengasyikan baginya.

"Kau tidak bekerja?"

"Tidak"

Nyonya Bae mengerjap. Ia menoleh kearah Suho yang menyeringai.

"Lalu apa kegiatanmu?"

Mino menarik nafasnya. Mencoba bersikap sesantai mungkin. Bisa saja ia membual, tapi yang ia hadapi adalah ibunya Joohyun. Mana mungkin ia berbohong.

"Aku... hanya menikmati hidupku"

"Dengan cara?"

"Anda sedang menginterogasiku?" Tanya Mino langsung. Suho sedikit tersedak mendengar kelancangan Mino sementara Nyonya Bae mengulum senyum nya. Puas.

"Kalau kelihatannya seperti itu, mungkin saja" jawabnya.

"Bersikaplah sopan sedikit Mino-shii" tegur Suho mencoba mengingatkan. Mino menganggukan kepalanya.

"Maaf ... aku tidak pandai menghadapi seorang wanita"

"Benarkah? Lalu bagaimana kau bisa membuat Joohyun berpaling dari Junmyeon??" Tuduh Nyonya Bae terus terang. Suho tersedak untuk yang kedua kalinya. Nyonya Bae menatap pria itu pandangan iba. Sementara Mino mengerjapkan kedua matanya.

Like mother like daughter. Persis sekali seperti Joohyun.

Mino melemaskan kedua kakinya sedikit tersenyum lega.

"Aku... tidak melakukan apapun Nyonya Bae... sungguh"

"Benarkah? Kedengarannya mustahil, seumur hidupnya Joohyun bahkan hanya menempel pada Junmyeon seperti lebah. Kufikir dia tidak bisa membuka hatinya pada pria lain"

Mino mengangguk dengan senyum senang. "Benarkah? Joohyun seperti itu?"

Nyonya Bae mengangguk, "Makanya aku setuju saat keluarga Junmyeon melamarnya. Aku takut dia jadi perawan tua" bisiknya pelan, seolah tidak ada Suho disana.

OPERA#2 [ Irene ※ Mino ] FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang