Chapter Seven - Diamonds

1.4K 134 54
                                    

Pernah merasa jatuh cinta tapi tidak ingin cinta ini diketahui? Bahkan oleh helaan nafas dan deru riak angin sekalipun?

Jisoo pernah.

Dan perempuan itu tahu betul seperti apa mengerikannya rasa itu. Hidupnya terpenjara oleh rasa cinta yang begitu rupa.

Budak cinta yang sesungguhnya. Adalah seorang Kim Jisoo pada pria seperti Kim Junmyeon.

Tidak ada perempuan sekuat Jisoo, karena ia mampu membalut rasa cintanya dengan rasa sayang nya sebagai sahabat.

Jisoo bukan bodoh, atau dungu, atau polos atau apapun makian itu. Tidak. Jisoo hanya melindungi dirinya sendiri. Jisoo hanya melindungi hatinya agar tidak begitu terluka kalau suatu saat rasa itu tidak mendapat balasan.

Yeah. Jisoo memproteksi hatinya begitu rupa sehingga membuat Suho sendiri bingung sebenarnya.

Jisoo begitu pintar menyembunyikan perasaannya. Sampai seorang Kim Junmyeon tidak menyadarinya.

Jisoo selalu ada untuk Suho, itu ia lakukan demi rasa sayangnya pada Suho. Jisoo selalu menjadi tempat Suho berkeluh kesah itu demi rasa cintanya yang teramat dalam untuk Suho.

Iya. Jisoo melakukan semua yang ia mampu hanya agar membuat Suho merasa nyaman bersamanya.

Pernah mendengar pengorbanan cinta yang begitu berat. Itu yang sedang Jisoo lalukan.

Berkedok sebagai sahabat, tempat dimana si pria mu menjadikanmu sebagai tempat mencurahkan hatinya, tempat membuang semua keluh kesahnya dan tempatnya membuang semua emosinya. Memberinya nasihat, memberinya usapan lembut, memberinya kata-kata menenangkan bahkan memberinya kasih dan sayang yang tanpa batas berkedok sebagai sahabat.

Kalian sanggup? Jisoo sanggup.

Itu dulu.

Sekarang ia sudah menyerah, Jisoo sudah tidak bisa lagi melakukannya. Bertahun-tahun ia menjadikan dirinya sebagai budak cinta. Kini ia tidak sanggup saat melihat sinar mata itu berubah haluan.

Iya. Jisoo akan terus melakukannya kalau saja pancaran cinta itu tidak muncul dimata Suho.

Hidup bertahun-tahun dengan Suho, ia mengenal betul siapa dan seperti apa pria itu. Sikapnya yang tergesa saat mendengar spekulasinya kalau Irene menyukainya menghancurkan hati Jisoo.

Sesulit itu perjuangannya untuk Suho dan sesederhana itu pula pria itu menghancurkannya.

Jisoo sudah hancur. Hatinya sudah sakit tapi ia tidak mampu menyalahkan Suho. Itu rasa sakit yang sesungguhnya. Kau tahu siapa yang membuatmu menangis dan hancur tapi kau tidak mampu mengatakan nya pada orang itu.

"Soo-yaa..."

Bisik itu terdengar jelas ditelinga Jisoo, helaan nafasnya terdengar menghela sesekali. Terbaca sekali kalau itu adalah helaan nafas penuh kecemasan dan frustasi.

Jisoo senang. Hanya mendengarnya Jisoo senang. Perlahan ia membuka kedua matanya menatap Kim Junmyeon yang sedang menatapnya. Ia mengedarkan pandangannya dan meringis. Melihatnya Suho buru-buru beranjak.

"Kau sudah siuman? Syukurlah, aku panggilkan uisa" ucapnya seraya menjulurkan tangannya menekan satu tombol tapi Jisoo menahan tangannya.

"Sejak kapan aku disini?" Tanya nya. Suho menghela nafasnya dan kembali duduk, "Istirahatlah.. uisa bilang kau hanya kelelahan jadi tetaplah berbaring Soo-yaa"

"Junmyeon..."

"Nde?"

"Gomawoyo.. untuk selalu ada untukku" bisik Jisoo pelan. Suho menatapnya dan tersenyum.

OPERA#2 [ Irene ※ Mino ] FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang