Chapter Four - I Just Know How The Winds

2K 165 67
                                    

For my loyals reader.....
💕💕💕💕💕

Sumpah sih ya.. romance itu emang kadang ngeboringin ga sih? Jujur yaa boleh ko kalo ada masukan/kritik. Kalo sekiranya ada yang kurang ngena dihati bolehlah di sharing sama ngana... jangan diem2 baee yak.

Okay... here it is.

※※※

"Sarangheyo"

"Mino-oppa, saranghae"

"Aku suka banget sama Mino-oppa"

Mino menatap sepasang iris kecokelatan itu dengan penuh arti. Perlahan kepalanya menunduk yang akhirnya memberikan sebuah jawaban terhadap satu pernyataan yang baru saja gadis muda itu lontarkan.

"Mianhada Son-aah, ini -"

PLAKKK

"Cukup! Aku tidak mau dengar oppa.. aku kecewa oppa, aku kecewa"

"Ya, Song Mino!!"

Mino mengerjapkan kedua matanya, menoleh kearah Irene yang terus menatapnya. Pria tampan itu mengulas senyum tipisnya dan kemudian berdiri, udara semakin terasa hangat dikulit. Itu artinya mereka harus segera turun.

"Ppalli..." ajaknya. Irene mendogak dan masih pada posisinya. "Kau belum menjawab pertanyaanku" tuduhnya.

Song Mino yang sudah berbalik menoleh, " Itu, harus kufikirkan dulu"

"Oh ya... apa artinya aku ditolak" dengus Irene tidak percaya. Mino menatapnya dengan pandangan tidak percaya.

"Kau bersikap layaknya seorang alpha woman Noona Bae.. tapi maaf aku buka beta man"

"Oh wow... aku bahkan tidak berfikir sejauh itu" seru Irene dengan seringai melecehkan, Mino menatap tajam kearahnya, ia menatap sepasang onyx kecokelatan itu dengan hati-hati dan kemudian mendengus.

"Kau tahu Noona, mungkin kau sudah salah menilaiku"

"Naif se-"

"Lagipula aku tidak tertarik menjadi penganggu rumah tangga orang, hidupku terlalu indah hingga harus kurusak dengan menjadi sebuah PHO" desisnya kesal. Irene menatapnya dan kemudian mendecak.

"Kau percaya dengan kata-kataku? Kau percaya kalau aku sudah menikah? Tsk.. kalau aku bilang aku ini istri pejabat? Istri simpanan? Atau bahkan istri seorang presiden kau per -"

Irene membeliak tidak menyangka sedangkan Mino yang kini sudah membungkam mulut perempuan itu mendecih dalam hati. Entahlah lama-lama ia sendiri akan hanyut dalam setiap permainan yang sedang diciptakan oleh perempuan ini.

Keduanya terdiam mematung dengan bibir saling bertemu. Mino terdiam, begitupun dengan Irene. Keduanya bahkan tidak tahu harus berhenti saling melepaskan atau meneruskan. Tapi Mino untuk kesekian kalinya mengejat saat Irene menempelkan bibirnya lebih jauh dan kemudian melepaskan dirinya.

"Brengsek"umpatnya. Mino menyeringai.

"Kalau aku menerima tawaranmu, apa aku bisa melakukan apapun yang kumau?" Seringainya.

Irene mendongak dan menatapnya tanpa ekspresi.

Ternyata dia bermain dengan pria yang tepat.

※※※

Selisik sinar matahari yang masuk melalui ujung tirai menerpa kulit Jisoo. Perempuan itu melenguh kemudian membuka kedua matanya, mengerjapkannya sesekali. Ia menoleh dan terdiam menatap wajah Suho yang kini berada tepat dihadapannya.

Jisoo menengadah, menatap langit-langit kamar dengan perasaan tidak karuan.

Bukan. Ia tidak sedang memikirkan Irene. Tidak sama sekali, Jisoo lebih memikirkan hatinya. Yang kembali terkoyak, setiap kali ia dan Suho bergumul rasa bahagia begitu menguasai seluruh relung hatinya. Tapi semuanya hilang seiring ia membuka mata dalam pelukan Suho.

OPERA#2 [ Irene ※ Mino ] FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang