Satu bulan berlalu tanpa kabar apapun, tidak ada petunjuk di mana keberadaan Tee. Semua mulai kehilangan harapan mereka. Tapi Tae terus berusaha, dia akan menemukan Tee tidak peduli apapun itu.
Surat itu di tangannya, dia baca beberapa kali sehari. Tae berharap Tee hanya mencoba bermain sebuah permainan dengannya dan meninggalkan beberapa petunjuk atau sesuatu, tapi tidak ada sama sekali. Tee hanya ingin pergi dan menemukan cintanya, hidupnya.
"Siapa bilang cintamu bukan di sini?" Tanya Tae entah pada siapa, matanya terfokus pada surat itu.
"Mr. Tae, rapat akan dimulai dalam 10 menit." Sekretaris Tae memberitahunya. Tae mengangguk dan mengumpulkan barang-barangnya untuk rapat itu.
"Kau sudah menyiapkan slide?" Tanya Tae sambil berjalan bersama ke ruang rapat.
"Ya, semua sudah siap. Lakukan yang terbaik seperti biasa." Sekretaris yang juga temannya itu menepuk bahu Tae. Dia juga mengetahui apa yang terjadi.
"Aku yakin kau akan menemukannya." Kalimat terakhirnya memberikan Tae semangat, Tae tersenyum dan memulai presentasinya. Selalu sempurna. Tae tidak sempurna tapi karyanya selalu sempurna.
Setelah rapat itu, mereka mengadakan pesta kecil. Tae bergabung meski ia tidak ingin. Beberapa orang bicara dengannya dan dia hanya merespons seperti biasa. Semua orang tahu Tae tidak banyak bicara.
"Tae, proyek di Chiang Mai, kau pergi ke sana sendiri atau mengirim seseorang?" Tanya bosnya. Tae juga seorang karyawan, tetapi bosnya menghormati Tae dan pekerjaannya.
"Tidak, aku ..."
"Dia akan pergi bos, aku akan pergi bersamanya." Rina, sang Sekretaris menyeringai lebar. Tae tidak bisa berkata-kata, tetapi bos sudah mendengarnya.
"Baik. Aku dengar akan ada festival gajah atau apa itu. Pergilah ke sana, menyumbang sedikit dan bersantailah." Bossnya menepuk bahu Tae dan pergi untuk menghampiri karyawan lain.
Tae menatap Rina tidak senang.
"Kau serius?" Tanya Tae tidak tertarik sama sekali untuk pergi ke Chiang Mai.
"Tae, berhenti mencari Tee ..."
"Tidak! Aku akan menemukannya, apa pun yang terjadi." Potong Tae cepat. Rina terkekeh karenanya. Tae tidak pernah tertarik pada orang lain sebelumnya. Tapi sekarang, Tae memiliki seseorang yang sangat ia sayangi.
"Dengarkan dulu! Aku sudah menyelidiki tentang Tee, dan kuburan orang tuanya berada di Chiang Mai. Kota kelahirannya orang tuanya juga di Chiang Mai. Proyek baru kita sangat dekat dengan kampung halaman orang tuanya. Berhentilah mencarinya di Bangkok, ini sudah satu bulan. Kau sudah mencarinya di seluruh Bangkok. Ayo kita coba di daerah baru, oke?"
Tae terkejut pada informasi itu, bagaimana bisa dia tidak tahu hal ini?
"Oke? Aku akan memesan hotel." Rina juga menepuk bahu Tae dan berjalan pergi. Dia akan memastikan Tae pergi ke sana.
*******
Godt dan Kimmon mengikuti Tae seperti anak anjing, mereka juga tampak kosong. Ada apa dengan mereka berdua?
"Tae, aku juga ingin pergi." Kimmon merengek dan memohon. Dia benar-benar ingin pergi, nalurinya mengatakan bahwa dia akan menemukan Tee di sana.
"Ya, aku juga ingin pergi." Godt juga ikut merengek.
Tae menyesali keputusannya untuk memberi tahu Kimmon dan Godt tentang kota kelahiran Tee, sekarang dia harus menghadapi dua pria tua yang merengek.
"Aku ke sana untuk bekerja!" Desis Tae, mereka berdua sangat bisa membuat Tae marah.
"Kita akan tinggal di kamar yang berbeda dan akan mencarinya ketika kau sedang bekerja." Godt mencoba membujuk lagi, kali ini Tae memukul kepala kedua sepupunya.
"Aku tahu kalian berdua khawatir dan kekasih kalian juga terus merengek pada kalian. Biarkan aku pergi dulu. Jika ... jika Tee ada di sana, aku akan meminta kalian semua untuk datang." Ucap Tae, sangat berharap dia akan segera menemukan Tee.
"Aku akan membawanya kembali, kepada kita." Kata Tae lagi.
Godt dan Kimmon memeluknya. Sejak mereka memiliki kekasih, memeluk adalah menjadi hal normal bagi mereka karena keluarga Tee sangat sering berpelukan.
******
Tae lelah ketika sampai di hotel, dia tidak punya energi untuk berjalan-jalan. Dia mungkin akan beristirahat dulu sebelum makan malam. Tae mengabaikan semua panggilan dan memutuskan untuk mensilent ponselnya sebelum tidur.
Tae terjaga karena suara ketukan pintu. Orang itu pasti semangat sekali. Bunyi kutukan terus terdengar membuat Tae bangun dari tempat tidur dengan rambut dan pakaian yang berantakan. Tidak ada yang rapi tentangnya saat ini.
Ketika membuka pintu, dia menatap tajam ke arah orang itu. Rina yang berdiri di sana dengan senyum lebar menyapanya dengan selamat malam.
"Ayo kita makan malam."
"Tidak. Aku tidak lapar." Kata Tae dan mencoba untuk menutup pintu, tapi Rina menghentikannya dengan mendorong pintu lebih keras.
"Tidak! Bersiaplah. Cepat mandi." Perintah Rina dan memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Tae.
Mereka berdua sangat dekat. Rina tidak punya perasaan sama sekali pada Tae. Baginya, Tae tidak lain adalah teman dan bosnya. Dia sudah memiliki seorang suami yang sangat dia cintai.
Setelah 20 menit, mereka berjalan ke restoran terdekat. Tae terus menggerutu tentang betapa lelahnya dia dan dia butuh tidur.
Mereka memesan makanan dan memakan makanan pembuka yang disiapkan. Tae tidak bicara sama sekali, sedangkan Rina hanya bermain dengan ponselnya. Dia tidak ingin menatap Tae karena dia tahu Tae sedang marah padanya.
Mereka makan dalam diam dan menikmati lagu yang dimainkan oleh band. Lagu-lagunya bagus. Setelah lagu dimainkan, Tae sedikit tersenyum.
"Ini lagu favorit Tee." Kata Tae dan Rina tersenyum mendengarnya. Tae tidak mengatakan apa-apa tentang mencintai atau merindukan Tee, tapi semua orang mengetahuinya.
"Tee ?!" Tae terkejut ketika melihat seorang pria yang mirip Tee, melayani pelanggan di restoran, jarak beberapa meja darinya.
Tae ingin bangun dan menghampiri Tee tetapi Rina memegang tangannya. Dia menggelengkan kepalanya pada Tae. Tae mencoba melepaskan tangannya tetapi Rina memegangnya lebih erat.
"Rina, apa-apaan kau?! Itu Tee!" Tae menggertakkan giginya, dia hampir berteriak.
"Tidak, Tae. Tidak sekarang, Tee sedang bekerja dan aku yakin dia akan lari ketika dia melihatmu. Jangan mengganggu pekerjaannya. Kau akan menemuinya besok." Rina tegas dengan apa yang dia katakan.
Tae ingin protes, tapi Rina juga serius. Lalu dia melihat Tee sudah pergi.
"Kenapa?" Tae duduk kembali di kursinya. Dia mengusap wajahnya dan menatap mata Rina.
"Sekarang kau sudah melihatnya, kau tahu dia baik-baik saja. Ini bukan waktu yang tepat untuk bicara. Besok, pergi ke taman gajah. Tanyakan pada pekerja di sana di mana Tee dan kemudian, bicaralah dengannya. Oke? Kau akan lebih siap." Rina menjelaskan dengan baik dan Tae mengangguk.
Mereka menghabiskan makanan mereka dan bersiap untuk pergi. Tae masih melihat sekeliling, berharap dia bisa melihat Tee sekilas. Tae beruntung, dia bisa melihat Tee dari jauh. Tee sedang menyeka keringatnya sambil duduk di bangku.
"Dia terlihat lebih kurus." Gumam Tae. Dia memperhatikan Tee sampai Tee masuk ke restoran kembali untuk melanjutkan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Here (bahasa translate)
ФанфикIndonesia translate dari ff 'Love Is Here' Title : Love Is Here Original Author : Aszan6 Indo translate : tunglingcha Thanks to : xryelx