Hari yang paling ditakuti Tee akhirnya tiba. Sekarang mereka berempat duduk di ruang tamu, mengobrol setelah beberapa pelukan, ciuman dan tangisan. Terlihat sangat dramatis di kehidupan nyata.
Copter, Bbas dan nenek mereka terlihat bahagia dengan pertemuan mereka. Tee hanya duduk diam dan melihat drama itu, dia sama sekali bukan bagian dari mereka. Mereka berbicara dan mengobrol dengan gembira.
Setelah beberapa saat, mereka kembali fokus pada tujuan dan alasan sebenarnya dari pertemuan hari ini. Tee siap dengan segala konsekuensinya.
"Aku ingin kalian berdua tinggal bersamaku." Kata Nyonya Maria.
"Tentu saja, nenek! Kami akan tinggal bersamamu!" Kata Bbas cepat dan bersemangat. Tee merasakan kakinya melemah dan hatinya hancur, tapi ia tetap tersenyum dalam rasa sakitnya.
"Syukurlah kalian setuju. Aku sangat bahagia."
"Nenek, jangan menangis. Kami juga bahagia." Bbas menyeka air mata neneknya dengan jari-jarinya. Mereka terlihat bahagia dan terlihat sedikit mirip satu sama lain. Mereka memang benar-benar keluarga.
"Kami bertiga akan tinggal bersamamu." Kata Copter dan itu mengejutkan Nyonya Maria dan Tee. Mereka tidak pernah membahasnya. Tee melihat perubahan reaksi pada wajah Nyonya Maria, dan dia tahu jika wanita itu tidak suka sama sekali dengan ide Copter.
"Tidak, Copter. Aku akan tetap di sini. Kalian bisa mengunjungiku kapan saja, aku akan selalu ada di sini." Kata Tee, Nyonya Maria tampak puas dengan jawaban Tee.
"Tapi P', kau juga keluarga kami." Kata Bbas sedih dengan keputusan Tee. Dia ingin mereka semua bersama.
"Tidak, baby. Lalu siapa yang akan tinggal di sini? P' Tae akan menangis jika kita meninggalkan rumah ini." Tee sedikit tertawa, ia berbohong . Baginya, rumah adalah tempat dimana mereka bersama-sama.
"Kalau begitu, nenek, kami akan tinggal di sini dan akan sering mengunjungimu. Bisakah kita melakukan itu?" Tanya Copter.
Sekali lagi, Tee dan Nyonya Maria terkejut dengan pertanyaan Copter. Tee merasa bahagia karena memiliki adik yang penyayang, tapi tidak dengan Nyonya Maria.
"Copter, Bbas. Kalian harus tetap bersama nenek kalian. Beliau sangat merindukanmu. Habiskan waktu bersamanya dan merawatnya. Kalian bisa mengunjungiku ketika kalian merindukanku, dan aku akan mengunjungi kalian ketika aku merindukan kalian. Kalian juga bisa menginap di sini. Oke?" Tee bicara dengan lembut. Copter dan Bbas tidak begitu menyukai ide itu. Tapi ketika mereka melihat betapa bahagianya nenek mereka, mereka tidak tega untuk menolaknya.
"Tapi P'..." Copter mencoba menolak, Tee meminta mereka untuk mengikutinya ke kamarnya. Dia harus bicara dengan mereka.
"Baby, nenek kalian sedang sakit, dan aku harap kalian bisa merawatnya. Habiskan waktu bersamanya. Jika kalian terus tinggal di sini, waktu yang kalian punya untuknya tidak banyak. Kalian berdua sudah sibuk dengan kuliah kalian."
"Tapi P'... Bagaimana denganmu? Aku tidak bisa meninggalkan P' di sini." Copter masih mencoba protes.
"Aku masih muda dan aku akan baik-baik saja. Menginaplah pada akhir pekan. Kita juga akan punya waktu untuk bersama. Sekarang, lebih fokuslah pada nenek kalian. Oke?"
Bbas dan Copter akhirnya menuruti kata-kata Tee.
Copter dan Bbas akan pergi hari ini, hanya untuk beberapa hari sebelum mereka pergi seterusnya hingga mereka bisa beradaptasi dengan rumah baru mereka. Tee melambaikan tangan pada mereka sebelum menutup pintu. Hatinya terasa lebih sakit, tapi dia berusaha untuk tidak menangis. Dia sudah lelah.
Setelah lima menit, bel pintu berbunyi. Tee berlari menuju pintu, mengira adik-adiknya kembali. Tapi begitu membuka pintu, Tee merasa sedikit kecewa.
"Wow, Kau begitu tidak ingin melihatku?" Tanya Tae sakit hati dengan perubahan wajah Tee ketika melihat wajahnya.
"Tidak, P'. Ayo masuk." Tee menyuruh Tae masuk.
Tae berjalan masuk dan duduk di sofa tunggal. Dia memperhatikan rumah yang kosong dan sepi. Biasanya rumah itu akan ramai dan terlihat hidup dengan adanya Copter dan Bbas.
"Kopi." Tee menawarkan secangkir kopi hitam untuk Tae.
"Kemana adik-adikmu akan pergi? Aku melihat mereka memasuki mobil mewah tadi." Tanya Tae sambil menyesap kopinya.
"Nenek mereka." Jawaban Tee membuat Tae tersedak kopi. Tae terbatuk beberapa kali membuat Tee mengusap punggung Tae. Tee juga menyeka noda kopi di dagu Tae.
"P', hati-hati." Kata Tee khawatir.
"Bagaimana bisa? Kupikir kalian yatim piatu."
"Yah, ceritanya panjang. Bbas dan Copter adalah keluarga yang hilang, seperti itu mungkin."
Tae memperhatikan wajah Tee. Tee sedih dan tidak ingin bicara tentang hal itu. Tae yakin Tee sudah banyak menangis.
"Mereka akan tinggal bersamanya?" Tanya Tae, membuat mata Tee dipenuhi dengan air mata lagi.
Tae bangkit dan duduk di sebelah Tee. Dia merebahkan kepala Tee di bahunya. Tae tidak tahu mengapa dia melakukan itu, tapi dia hanya berharap Tee mendapat kenyamanan.
"Terima kasih, P'. Untuk berada di sini."
"Ya." Tae tidak bisa bicara banyak, tapi ia bersyukur berada di sini saat ini, ketika Tee sedih dan memiliki masalah.
Tee tertidur dan Tae memutuskan untuk menginap. Dia tidak ingin Tee sendirian malam ini, ini adalah pertama kalinya Tee ditinggalkan sendirian di rumah.
Tidak lama kemudian, Godt menghubungi Tae untuk bertanya di mana dia saat ini.
"Ya, aku menginap. Dia sedang tidur."
"Jangan melakukan sesuatu padanya, P'! Atau aku akan membuang semua pakaianmu." Godt memperingatkan dan Tae hanya berdecih.
"Kau sudah tahu?" Tanya Tae mengabaikan peringatan itu.
"Ya. Bbas memberitahuku dan Copter memberitahu Kim. Apa yang akan terjadi pada Tee?" Tanya Godt sedih. Meskipun dia sudah memiliki Bbas, Tee akan selalu menjadi malaikatnya. Dia masih terpukau dengan keindahan Tee.
"Aku tidak tahu. Kadang ia memanggil nama adik-adiknya dalam tidurnya." Tae juga terdengar lelah.
Kimmon dan Godt di rumah juga merasa sedih. Dia berharap Tee baik-baik saja. Semua orang tahu betapa Tee mencintai adik-adiknya. Semua yang dilakukan Tee adalah untuk mereka, sekarang sumber utama kebahagiaannya akan tinggal bersama keluarga mereka. Bagaimana Tee akan melanjutkan hidupnya seperti dulu? Tidak akan ada yang bisa sama seperti dulu.
"Oh, Tae! Bagaimana jika kita meminta Tee untuk tinggal bersama kita!" Saran Godt dan Kimmon langsung menyetujuinya. Tae menjadi sedikit terdiam, dia memikirkannya.
"Aku akan berbagi kamar dengannya." Kata Godt cepat. Seperti Tae akan setuju saja.
"Tidak! Dia akan tinggal di kamarku!" Protes Kimmon. Bermimpilah, Kimmon. Tae juga tidak akan setuju.
"Tidak." Hanya dengan satu kata, mampu membuat Kimmon maupun Godt cemberut.
"Dia tidak akan tinggal di kamar kalian." Kata Tae tegas. Dia merasa marah hanya dengan membayangkannya. Bagaimana mungkin mereka berdua memikirkan hal yang sama?
"Dia juga tidak akan tinggal di kamarmu!" Kimmon berkata dengan jelas. Jadi, kamar mana yang akan digunakan Tee?
"Ya. Kita bersihkan saja ruang kantormu, Tae. Tee bisa menggunakannya." Usul Godt dan Tae hanya menggelengkan kepalanya. Berdiskusi dengan sepupunya itu melelahkan.
"Tee belum setuju. Biarkan aku bicara dengannya dulu." Balas Tae, mereka semua setuju.
"Baiklah. Ku harap dia baik-baik saja. Ku harap dia tidak terlalu banyak menangis." Kau hanya bisa berharap Godt. Tee sudah menangis terlalu banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Here (bahasa translate)
Fiksi PenggemarIndonesia translate dari ff 'Love Is Here' Title : Love Is Here Original Author : Aszan6 Indo translate : tunglingcha Thanks to : xryelx