Chapter 38

2.4K 275 37
                                    





Suasana sangat tegang, Tee tidak bisa melepaskan tangan Tae karena gugup. Tatapan nenek Tae padanya seakan membunuhnya.

"Nyonya Wanda!! Sekali lagi Anda mengganggu kehidupanku, aku akan mengambil tindakan hukum. Tolong bersikap baik selagi aku masih bersikap baik." Kata Tae dingin. Dulu ia menghormati dan menyayangi wanita ini. Tapi sekarang, dia tidak tahu lagi.

Nyonya Wanda terkesiap dengan apa yang didengarnya. Tapi ia mengenal Tae dan dialah orang yang membesarkan Tae menjadi seperti itu,  menjadi seorang pria yang dingin.

"Kenapa? Hanya untuk anak seperti itu?" Tanya Nyonya Wanda.

Nyonya Wanda mengakui jika Tee memiliki segalanya dalam penampilan. Tapi jika berdasarkan status, tidak ada yang baik pada Tee. Tee hanyalah anak biasa dengan wajah menawan baginya.

"Ini bukan hanya untuk Tee, tapi juga untukku. Aku mencintainya dan dia adalah kebahagiaanku." Jawab Tae percaya diri dengan kata-katanya.

Tee hanya melirik Tae dan Mrs Wanda, dia tidak memiliki sesuatu untuk dikatakan. Tee merasa ia bukan pada tempatnya.

"Bagaimana denganmu? Kau mencintai cucuku?" Tanya Nyonya Wanda membuat Tee terkejut. Tee menatap Tae sebelum menatap Nyonya Wanda.

"Ya. Saya mencintai P' Tae. Tapi saya juga mencintai adik-adik saya. Saya juga mencintai P' Godt dan P' Kim. Oh, P' Aim, P' First, dan juga Ray." Jawab Tee dengan gugup. Tee mengoceh dengan imutnya, membuat Tae tersenyum dan membelai tangan Tee yang berkeringat.

Nyonya Wanda hanya menatap Tee, Tee yang kebingungan seperti itu sangat imut.

"Tapi aku berjanji untuk mencintai P' Tae selamanya." Lanjut Tee dan menatap Tae sayang. Tae bangga dan puas dengan ini. Tee tidak akan pernah mengatakan langsung jika ia mencintainya seperti ini.

"Biarkan Tee tinggal di sini selama satu minggu, aku ingin tahu apa yang membuatmu begitu membelanya." Putus Nyonya Wanda.

Pada tingkat ini, ia benar-benar ingin mengetahui tentang Tee. Untuknya, orang baik ada di mana-mana. Tapi mengapa Tee bisa merebut begitu banyak hati orang lain? Mengapa orang begitu ingin membelanya?

"Tidak. Dengar, aku tidak peduli Anda menerima hubungan kami atau tidak. Ini adalah hidupku dan aku yang mengatur hidupku sendiri." Kata Tae dan bersiap untuk pergi, dia tidak akan pernah membiarkan Tee tinggal di sana.

"Tidak, P'. Aku bersedia. Aku akan tinggal di sini." Sergah Tee. Tae terkejut dengan keputusan Tee. Tae ingin menolak tapi ketika Tee menunjukkan wajah tekadnya, Tae menghela nafas.

"Tidak seminggu, lima hari." Tae mencoba bernegosiasi dan Nyonya Wanda mengangkat bahu.

"Ingat, apa yang akan kami makan jika kau tidak rumah?" Kata Tae dan Tee menganggukkan kepalanya. Dia hampir melupakan rumah itu. Tee tersenyum dan memeluk Tae.

"Aku akan datang besok." Tae dan Tee meninggalkan rumah Nyonya Wanda. Tae tidak senang tapi Tee malah merasa senang. Kenapa Tee?!

******

Semua tidak bisa mengikuti cara berpikir Tee lagi untuk ribuan kali. Tidak ada yang bisa memahami keputusan Tee untuk tinggal dengan Nyonya Wanda. Tidak ada hal baik yang akan terjadi.

"Tee, jika kau berpikir kau bisa bertahan maka kau salah. Kau tidak tahu bagaimana nenek kami." Godt frustrasi. Dia tidak ingin Tee menghadapi perlakuan dan kata-kata menyakitkan dari neneknya.

"Jika kau pikir P' Tae itu menakutkan, nenek kita lebih menakutkan." Tambah Kimmon, berharap dia bisa menghentikan Tee.

Tee tersenyum dan menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan Godt dan Kimmon. Tae sudah menyerah untuk meyakinkan Tee sejak perjalanan pulang. Sekarang, Tae ingin melihat siapa yang bisa menghentikan Tee.

"Ya, P' Tee. Tolong dengarkan P' Godt." Mohon Bbas.

Sebelum Copter bisa membuka mulutnya, Tee sudah menghentikannya.

"Tidak apa-apa. Dengar, Nyonya Wanda ingin mencoba untuk tinggal bersamaku. Itu berarti beliau mencoba untuk mengenalku." Oho!!! Di mana kita bisa mendapatkan orang yang positif seperti Tee?

Dengan perkataan itu?

Semua menyerah.

******

Hari bagi Tee untuk tinggal bersama Nyonya Wanda datang. Tae tidak bisa tenang seperti harapannya. Tae merasa seperti mengantar Tee ke penjara. Ia tidak bisa menghilangkan cemberut di wajahnya. Itu membuat Tee tertawa dan mencubit kedua pipi Tae.

"Aku akan baik-baik saja P'." Tee ceria seperti biasanya. Tae memeluk pinggang Tee dan bersandar pada mobilnya.

"Berjanjilah untuk menelepon setiap hari, setiap malam sebelum kau tidur." Tae menuntut.

"Aku berjanji." Balas Tee tersenyum lebar.

"Jika seseorang memukulmu atau menyuruhmu untuk melakukan sesuatu yang berat, hubungi aku. Aku akan membawamu pulang." Tambah Tae lagi, wajahnya tegas. Dia tidak bisa membiarkan Tee pergi begitu saja. Tae harus memastikan Tee akan baik-baik saja.

"Baik, P'." Tee mengangguk seperti murid kepada gurunya.

"Jika kau tidak tahan lagi, kau harus menghubungiku." Kali ini Tae harus memohon. Emosinya tidak stabil.

"Oke!" Tee meyakinkan Tae dengan janjinya. Tee mengusap lengan Tae dan menatap matanya penuh kasih.

"Baby! Berjanjilah, oke?" Tae menyatukan dahi mereka. Dia tidak ingin melepaskan Tee pergi.

"Oke! Janji!" Mereka mengaitkan kelingking mereka. Tee menempatkan kepalanya di dada Tae. Tee tahu semua mengkhawatirkannya, tapi setidaknya ia ingin melakukan sesuatu untuk hubungan mereka.

"Aku tidak menginginkan ini, kenapa kau begitu keras kepala?" Tanya Tae, ini harapan terakhirnya untuk meyakinkan Tee, dia ingin Tee menyadari bahwa keputusan ini salah.

"Tidak P'. Aku bisa terima nenek Bbas dan Copter tidak menerimaku karena aku tidak memiliki hubungan dengan beliau sama sekali. Tapi dengan nenekmu, satu hari, jika kita menikah, aku ingin keluargamu bersamamu, P'." Kata Tee tulus, dia tidak ingin Tae kehilangan keluarganya karenanya. Bagaimana Tee bisa menjadi malaikat jika ia menghancurkan sebuah keluarga? Bahkan surga tidak akan menerimanya.

"Aku senang kau berpikir untuk menikah denganku. Jika kita bicara tentang keluarga, kita adalah keluarga. Aku juga memiliki sepupu sebagai keluarga." Tee terkekeh dan memeluk Tae sekali lagi.

"P' Tae. Jika Nyonya Wanda masih tidak bisa menerima kita setelah ini, aku tidak peduli lagi. Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. Oke?"

"Oke." Balas Tae. Dia tidak ingin Tee merasa sedih atau kecewa, tapi ini adalah pilihan Tee. Dan Tee tahu apa yang ia lakukan.

Tae membelai pipi Tee, mencium kening Tee, mencium tangan Tee. Tae tidak bisa melepas Tee pergi. Tee meletakkan jarinya di bawah dagu Tae dan membuat Tae menatap matanya.

"Aku pergi, oke?" Tanya Tee dengan lembut. Tae mengangguk pelan.

"Berjanjilah untuk mengurus yang lain, jangan terlalu dingin." Pesan Tee sambil menggoda.

"Bagaimana aku bisa menjadi hangat jika selimutku ada di sini?" Tae memeluk Tee dan bergerak ke kiri dan ke kanan. Tee tertawa senang dan membiarkan Tae memeluknya.

"Tidakkah kita terlalu berlebihan?" Goda Tee.

"Ya, Godt memiliki banyak kata-kata 'manggelikan'." Tae pernah membaca atau mendengar Godt mengatakannya beberapa kali ketika ia bicara pada Bbas. Tae ingin muntah setiap kali ia mendengar itu. Tapi hari ini, ia ingin mengombal pada Tee.

"P', aku pergi sekarang. Kita di sini sudah 30 menit." Kata Tee sedikit mendorong Tae. Tae masih menggenggam tangan Tee. Dia tidak bisa melepas Tee pergi. Benar-benar tidak bisa.

"Hati-hati. Jangan dengarkan setiap perintah Nyonya Wanda, oke?" 

"Bye, P'. Bersikap baiklah pada adik-adikku dan sepupu-sepupumu." Tee mencium pipi Tae sebelum berjalan menuju pintu utama. Dia melambai dengan riang sebelum menghilang dari pintu. Tae terkekeh, kemudian memasuki mobilnya dan pergi.

Nyonya Wanda berdiri di beranda dan melihat semuanya. Dia menghela nafas berat.



Love Is Here (bahasa translate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang