Tee tidak berbuat banyak di rumah itu. Nyonya Wanda selalu mengabaikannya, tapi tee membuat hubungan yang baik dengan para pelayan, penjaga keamanan, sopir dan para juru masak. Semua orang jatuh cinta pada pesonanya dan menyayanginya. Bahkan anjing dan kucing pun juga menyukainya.
Saat ini, Tee sedang berlari sambil tertawa karena anak-anak anjing mengejarnya di halaman. Tee bermain seperti anak kecil, tapi tawa cerianya menghidupkan rumah itu.
"Sudah, puppy! Aku lelah." Tee berbaring di rumput setelah berlarian mengelilingi halaman. Anak-anak anjing itu sangat energik membuat tee kehilangan energinya.
Tee tertawa riang ketika anak-anak anjing itu menyerangnya bersamaan. Tee tertawa begitu banyak hingga wajahnya memerah.
"TeeTee, minumlah dulu. Kau bisa pingsan." Kata pelayan yang membawa minuman dingin dan beberapa makanan ringan.
"Terima kasih, P'. Aku haus." Tee bangun dari rumput dan duduk di kursi, ia segera meneguk segelas air. Anak-anak anjing bermain di kakinya, menginginkan perhatiannya.
"Tenang, puppy. Biarkan aku minum." Tee meletakkan gelas ketiganya dan melanjutkan bermain, berlarian bersama anak-anak anjing.
Tee bahkan membantu pekerjaan rumah tangga. Dia melakukan hampir semua pekerjaan termasuk memasak. Dapur menjadi lebih hidup dengan tawa Tee. Ia terus menggoda semua orang jika memiliki kesempatan, membuat yang lain juga ikut bermain dengannya.
"Jadi, bagaimana Tuan Tae memperlakukanmu?" Tanya salah seorang juru masak, P' Tew.
"P' Tae sangat memanjakanku, P'. Kadang aku ingin memukul kepalanya." Tee tertawa sambil mengelap piring.
"Aku tidak bisa membayangkan Tuan Tae menjadi hangat." Tee tertawa mendengarnya. Tidak ada yang bisa membayangkan itu, mereka harus melihatnya sendiri dengan mata mereka.
"Oh P', kau tidak tahu jika P' Tae juga bisa merengek dan merajuk. Aku tidak tau lagi siapa sebenarnya yang lebih muda."
Tee terus berbagi kisahnya bersama Tae, kisah memalukan tentang Tae dan bagaimana mereka bertemu. Awalnya Tee mengatakan dia menganggap itu sebagai nasib buruk karena menyakiti seseorang, tapi sekarang dia berpikir jika itu adalah takdir atau nasib.
"Ketika P' Tae menemukanku di Chiang Mai, aku tidak percaya bahwa aku memiliki seseorang yang begitu mencintaiku. Aku tidak memiliki apa-apa, P'. Yang aku miliki hanyalah diriku dan adik-adikku." Cerita Tee sedih. P' Tew memeluknya sebentar sebelum melanjutkan pekerjaannya.
"Aku tidak pernah berdoa untuk menjadi kaya, P'. Tapi itu pertama kalinya aku berharap aku kaya agar aku bisa merawat adik-adikku lebih baik dan pantas untuk bersanding dengan P' Tae." Tee membiarkan air matanya mengalir di pipinya. Dia sudah merasakan banyak hal.
"Sekarang aku memiliki kebahagiaan yang aku cari, itu sebabnya aku akan memperjuangkannya. Aku ingin menjaganya." Lanjut Tee sambil menyeka air matanya dan tersenyum tipis.
*****
Hari keempat Tee di mansion, Nyonya Wanda masih mengabaikan Tee. Tee bersikap seperti biasa dan mencoba bicara dengannya, tapi Nyonya Wanda tetap mengabaikan Tee. Tee tidak pernah menyerah. Dia adalah orang yang berkemauan keras.
"Kau lulus dari K Uni, bukan?" Wajah tee cerah mendengar pertanyaan itu. Itu adalah pertanyaan pertama dari Nyonya Wanda untuknya sejak dia tinggal di sana.
"Benar, Nyonya!" Jawab Tee riang.
"Jurusan apa?" Pertanyaan kedua.
"Psikologi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Here (bahasa translate)
Fiksi PenggemarIndonesia translate dari ff 'Love Is Here' Title : Love Is Here Original Author : Aszan6 Indo translate : tunglingcha Thanks to : xryelx