Chapter 33

2.5K 273 35
                                    



Wajah Tae kosong, itu pertama kalinya Tee mengatakan langsung jika ia mencintai Tae. Kimmon, di sisi lain merasa lega. Dia aman saat ini.

"Tee, Tae, kalian bicaralah!" Kimmon bersikap sebagai orang dewasa di sini. Dia mendorong Tee untuk mendekati Tae. Kimmon takut Tae akan berubah pikiran dan memukulnya.

"Tae, meski aku tidak cukup kuat untuk melawanmu, tapi kau harus tahu jika ada banyak orang yang menyayangi Tee dan ingin melindunginya. Buat dia menangis lagi, maka kau bisa mengucapkan selamat tinggal pada Tee." Bisik Kimmon hingga hanya Tae yang bisa mendengarnya, ia juga menepuk pelan punggung Tae

Setelah itu, Kimmon berlari demi hidupnya. Dia takut. Dia hanya berpura-pura kuat. Tapi sebenarnya Jantungnya berdetak begitu kencang.

Tee mendongak untuk menatap wajah Tae, wajah itu kosong. Tae tahu apa yang dikatakan Kimmon benar, begitu banyak orang yang ingin melindungi Tee. Tee-nya.

"P' Tae, apa P' masih marah?" Tanya Tee hati-hati, ia tidak ingin Tae marah.

"Tidak, baby. Maaf sudah membuatmu menangis." Jawab Tae penuh penyesalan, ia membelai pipi Tee lembut. Tae hanya ingin bercanda, dia hanya berpura-pura. Tae pikir Tee akan menyusul dan menghiburnya. Tapi sebaliknya, dia malah membuat Tee menangis.

"Eh, tidak P'. P' bisa memanggilku apa saja. Baby juga tidak apa-apa. Aku hanya merasa malu, itu saja." Kata Tee sambil menepuk pelan dada Tae. Tae tersenyum sayang, kemudian mencium kening Tee.

Tee terkekeh lalu memeluk Tae. Tee sangat menyukai pelukan ini.

"Memeluk P' itu luar biasa."

Tae tertawa mendengarnya. Komentar spontan tee benar-benar menghiburnya.

"Kalau begitu, jangan memeluk orang lain lagi!" Tae mengusap rambut Tee. Rambut Tee halus dan lembut.

"Eh?!! Tapi aku juga menyukai pelukan mereka."

Tae hanya menghela nafas dan mengangguk. Kekasihnya ini sangat naif hingga ia tidak bisa mengatakan apa-apa tentang ketulusan Tee.

"Oke, P' Tae. Waktumu sudah habis. Sekarang, P' Tee milik kami." Copter memisahkan Tae dan Tee. Mereka sudah lama berdiri di sana dan sudah tidak bisa menonton drama ini lagi.

Bbas menarik Tee ke ruang tamu. Tae menghela nafas lagi dan mengikuti mereka ke ruang tamu. Ini aneh karena dia dan sepupunya duduk bersama. Tak satu pun dari mereka yang duduk bersama kekasih mereka.

"Ayo kita makan!" Ajak Tee dan bangkit dari sofa untuk menyiapkan makanan.

"P' Aim dan Ray juga akan datang." Teriak Tee dari dapur, yang lain membantu menyiapkan piring dan gelas.

"TeeTee!!!" Ray datang dan langsung menghampiri Tee. Dia memeluk Tee erat, bahkan menempel pada Tee seperti koala.

Tee tertawa dan menahan Ray agar tidak terjatuh. Syukurlah Ray lebih kecil dari Tee. Aim datang dan bergabung dengan pelukan itu. Dia mengacak-acak rambut Tee.

"Fisrt tidak bisa datang. Anaknya sedang demam." Kata Aim, merangkul bahu Tee.

"Aku harap bayinya baik-baik saja. Aku akan segera mengunjunginya. Aku ingin melihat bayinya." Tee bersemangat, dia sangat mencintai anak-anak.

"Oh. Selamat Tae, Tee. Aku harap undangan pernikahan akan segera datang." Aim menepuk punggung Tae. Dia tidak perlu memperingatkan Tae karena Aim tahu betapa Tae mencintai Tee. Tae tidak akan bisa menyakiti Tee.

"Ya. Segera. Benar bukan, baby?" Tae  menyeringai dan itu membuat Tee mencubitnya. Belum ada yang membicarakan tentang pernikahan.

*******

Love Is Here (bahasa translate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang