Tae geli dengan sambutan hangat yang didapatnya hari ini. Godt, Kimmon, Copter dan First sedang menunggunya di bandara. Tidak ada yang menjemputnya sebelumnya, mengapa hari ini? Hari ini juga bukan hari ulang tahunnya. Dia juga tidak ingat ada alasan khusus.
Tae hanya tersenyum kecil, membenarkan posisi kacamata hitamnya dan memberikan kopernya pada Godt. Sekarang matanya berkeliaran untuk melihat apakah Tee bersama mereka. Dia harus melihat Tee, mereka tidak bertemu selama satu minggu.
Mereka berempat tahu siapa yang paling ingin Tae temui. Bukan salah satu dari mereka, tapi orang yangyang saat ini hilang. Huuhhhh.
"Apa ada yang meninggal hari ini?" Tae bersikap seperti biasanya, dingin dan tidak berperasaan. Dia ingin bercanda, tapi bahkan tidak ada yang tersenyum dengan leluconnya yang gagal.
"Aku tidak meminta kalian untuk datang ke sini, jadi jangan memperlihatkan wajah tidak senang kalian." Tae menatap mereka dan benar-benar tidak ada yang terlihat senang, mereka menghindari tatapannya dan memilih menatap lantai. Tae menjadi jengkel.
Tae berjalan lebih dulu, meninggalkan mereka berempat. Mereka tidak mengatakan apa-apa selain mengikuti langkah Tae.
Ketika mereka berada di mobil, juga tidak ada yang bicara. Semua begitu diam membuat Tae tidak tahan lagi. Pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Katakan!" Nada dingin Tae membuat mereka takut.
"Di rumah, oke? Tidak sekarang." Balas Godt karena tidak ada yang akan membuka mulut mereka. Murka Tae adalah hal yang paling tidak ingin mereka hadapi di dunia ini.
Tae terus mengetukkan kakinya. Dia tidak bisa menunggu tapi ia harus menunggu.
Setelah mereka sampai rumah, Tae masuk ke rumah sementara yang lain mengikutinya seperti anak kecil.
Tae duduk di sofa, menyilangkan kakinya dan mengetuk-ngetukkan jarinya. Kesabarannya perlahan hilang.
"Ini." Kimmon tidak mengatakan apa-apa, hanya memberikan surat itu pada Tae. Tae menatap Kimmon sebelum menerimanya.
Tae duduk dengan nyaman sebelum membaca surat itu. Ekspresi wajahnya langsung berubah membuat mereka takut. Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan Tae, mungkin memarahi mereka atau lainnya.
Setelah selesai membaca, Tae mengambil nafas dalam-dalam kemudian meletakkan surat itu di atas meja. Dia menatap empat pria di depannya, tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun dan tidak ada yang menatap matanya.
"Kenapa? Apa yang terjadi?" Tanya Tae. Terdengar tenang, tapi mereka tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Tornado, mungkin?
Copter menceritakan apa yang terjadi dan beberapa alasan yang mungkin menyebabkan Tee hilang. Tae tidak mengatakan apa-apa, tidak ada yang bisa disalahkan karena ini adalah keputusan Tee sendiri.
"Tunggu di sini!" Kata Tae dan masuk ke kamarnya. Dia mengeluarkan laptopnya dan membukanya.
Yang lain hanya menatap seperti anak kecil, mereka penasaran. Apa mereka akan menonton film atau semacamnya?
Setelah Tae mengakses beberapa akun, mereka bisa melihat video dari cctv yang terpasang di rumah Tee. Hanya di ruang tamu saja.
Video diputar dan mereka terkejut. Sangat terkejut hingga mulut mereka terbuka lebar. Tae. Memasang Cctv. Di. Rumah. Tee!!!
"Kau memasang cctv? Apa kau penguntit atau apa?" Godt merinding. Tae menakutkan sekarang.
"Itu rumahku. Aku memasangnya bahkan sebelum mereka tinggal di sana. Untuk keamanan saja. Hari ini adalah pertama kalinya aku mengakses video cctv ini. Kapan terakhir Tee di rumah?" Tanya Tae kesal. Dia paham tatapan yang diberikan oleh keempat pria itu, tatapan jijik dan ketidak percayaan. Tae bukan penjahat ataupun penguntit, dia lelah dan masih harus menjelaskan mengapa dia memiliki cctv di rumahnya sendiri. Rumahnya. Sendiri!!!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Here (bahasa translate)
FanfictionIndonesia translate dari ff 'Love Is Here' Title : Love Is Here Original Author : Aszan6 Indo translate : tunglingcha Thanks to : xryelx