“🍃Penghianat terbesar dalam hidup ini, adalah orang terdekat kita.🍃”
Gue sedari tadi cuma nyenderin kepala gue diatas meja. Pikiran gue entah melayang kemana, yang jelas masih mikirin soal ciuman waktu itu. Huaaaaa, gue yakin Genta pasti marah. Duh, gue harus gimana nih?Gue melirik Gita yang asik membaca buku paket tebal Matematika. Ya, itu pelajaran kesukaannya. Tapi Gita memang ahli disegala pelajaran. Beda sama gue yang gak bisa apa-apa. Gue mah gak ada kelebihannya. Sedih gue.
Gue menegakkan tubuh gue. “Gita,” panggil gue.
Gita nengok. “Kenapa, Nyet?”
“Gue boleh nanya sesuatu, gak?”
Gita mengangguk. “Boleh dong. Lo mau nanya apa sama gue? Soal Genta, ya?”
Weh, Gita tahu aja kalau gue mau tanya soal Genta. Gue langsung mengangguk meng-iyakan pertanyaan Gita.
“Soal apa?”
“Hm- itu, soal hm anu,” gue jadi bingung mau nanya. Gue takut sama jawabannya.
“Anu-anu apasih, gajelas deh. Cepetan lo mau nanya apa?”
Gue mengetuk-ngetukan jari gue di meja. “Lo pernah ciuman?”
Gue memberanikan untuk menanyakan itu sama Gita. Gue kepo banget. Jiwa ke-kepoan gue emang gak bisa di-rem.
Gue lihat Gita mengerutkan dahi. “Maksud lo ciuman sama Genta?”
Gue mengangguk perlahan. Gita menghela nafas kemudian tersenyum.
“Pernah,” jawabnya. Deg! Jantung gue seketika pengen copot, njir.
Tapi ke-kepoan gue gak sampai disitu. Gue merutuki diri gue ini yang selalu kepo.
“Dimana?”
Gita kelihatan bingung sama maksud pertanyaan gue. Gue yang mengerti langsung mengulangi pertanyaannya.
“Maksud gue itu, hmmm, lo pernah dicium dimananya?”
Gita tanpa ragu ngarahin jari telunjuk ke bibirnya. “Disini.”
Fix, rasanya nafas gue hilang, jantung gue udah copot dan otak gue berhenti berfungsi. Gue nyesel kampret nanyain hal kek gini ke Gita. Dan yang gue takutin beneran terjadi. Sakit woy, ternyata itu bukan firs kiss Genta. Kan gak adil kalau gini. Gue mau minta pertanggung jawaban kalau begini.
“Kenapa lo tanya kek gitu ke gue?”
“Eng- Enggak papa, ya gue cuma kepo aja sih. Hehe,” ujar gue sambil cengengesan padahal sebenernya gue pengen nangis sambil jerit-jerit. Mama, Papa nasib anakmu memang tak bisa dipungkiri keburukannya. Huhu.
Gita tersenyum. “Tenang, itu ciuman masa lalu kok. Gue sama Genta gak bakalan ciuman lagi.”
Eh, kok Gita ngomong gitu sih. Belum sempat gue jawab, Bu Mira sudah masuk ke dalam kelas.
Bu Mira duduk di singgasananya, menatap murid-muridnya dengan tenang.
“Ketua kelas?”
Gue spontan mengacungkan jari gue. Ya, karena gue merasa ketua kelas sih.
“Zaza, kamu tagih satu persatu tugas Matematika yang Ibu suruh. Tolong kamu nanti taruh di meja Ibu di kantor. Ibu ada urusan mendadak, jadi kelas kalian kosong.”
Gue pengen jingkrak-jingkrak kalau kelas kosong tuh. Tapi gue tahan karena masih ada Bu Mira.
“Asiap Bu,” jawab Gue sambil ngasih pose hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SS1] _ HEY BOY, LOVE ME! - COMPLETED
Teen FictionSEASON 1. WARNING!⚠⚠⚠⚠❗❗❗❗ Banyak bahasa tidak baku, bahasa kasar dan typo bertebaran! Don't copas My story! Dibaca dari awal sampai akhir ya! Elza Nugroho atau yang sering di panggil Zaza, adalah cewek bucin yang tidak terlalu cantik yang selalu g...