šŸ’•BAB XXIšŸ’•

2.4K 182 349
                                    

“🍂Lo itu kaya buah kedondong, di luar kulitnya mulus, tapi isinya penuh dengan serat berduri.🍂”


Sekarang gue berada di ruang BK bersama Gita. Sedangkan Pak Cipto, guru Bk sedang mengecek keaadan Meta di UKS, sekalian menanyakan kebenaran. Gue cuma bisa berdoa, semoga Meta cepet sadar dan memberitahu kebenaran yang terjadi.

Gue gak habis pikir, kenapa Gita tega melakukan ini ke gue? Gue sedari tadi udah pengen nangis, tapi gue tahan. Gue gak boleh lemah.

“Kenapa lo lakuin ini ke gue?” Tanya gue ke Gita yang duduk disamping gue.

Gita nengok, kemudian tersenyum licik. “Gue benci lo!”

“Kenapa? Gue gak pernah jahat sama lo? Gue udah nganggep lo sebagai sahabat terbaik gue.”

Gita natap gue dengan wajah tanpa penyesalan.

“Sahabat? Gue gak pernah beranggapan gitu.”

Gue mengepalkan kedua tangan gue erat. Gue marah, gue kesel, gue benci.

Gue segera menyeka air mata yang hampir saja keluar. “Kenapa lo lakuin ini, Git?” Gue masih mengajukan pertanyaan yang sama.

“Gue iri sama lo!” Bentak Gita. “Lo bisa dapetin semua yang gak bisa gue miliki. Seisi kelas suka sama lo tapi mereka benci sama gue!”

Gue diem. Iri? Padahal gue selama ini yang iri sama dia. Gue gak nyangka, Gita ngelakuin ini karena iri sama cewek buluk kek gue?

“Gue gamau semua orang merhatiin lo! Mereka harus merhatiin gue! Gue lebih cantik, lebih pinter dan gue lebih dari lo!”

Gita ngelanjutin ocehannya. “Gue yang terbaik dan mereka harus merhatiin gue. Dan gue gak suka lihat lo bahagia!”

Gue menghela nafas, belum sempat gue menjawab, Pak Cipto udah datang. Sekali lagi gue berdoa, semoga Meta mengatakan yang sebenarnya.

Pak Cipto langsung duduk dan menatap kami berdua. Mulut gue mulai komat-kamit, berdoa terus semoga kebenaran terbongkar.

“Meta sudah sadar.”

Gue menghela nafas lega. Syukurlah.

“Gita,” panggil Pak Cipto, gue degdegan, semoga Meta jujur.

“Kamu kembali ke kelas,” suruh Pak Cipto. Lah, maksdunya apaan?

Pak Cipto menatap gue. “Dan kamu Zaza, kamu ke kelas ambil tas kamu, habis itu langsung kembali kesini. Bapak skors kamu tiga hari. Bapak sudah hubungin orang tua kamu.”

Air mata yang sedari tadi gue tahan, seketika menetes. Gue nangis. Meta beneran tega banget sama gue. Gue harus menanggung kesalahan yang gak gue perbuat sama sekali.

“Pak, tapi saya gak salah,” gue mencoba membela diri dengan wajah yang udah basah karena air mata.

“Tapi Meta mengatakan sebaliknya, sudah kamu gak bisa membantah bukti yang ada, Zaza. Sekarang kamu ambil tas kamu, habis itu kesini. Orang tua kamu sudah dihubungi oleh wali kelas dan sebentar lagi akan sampai.”

Gue mengepalkan kedua tangan gue dengan erat. Gue gak salah!

Gita mulai beranjak. Pas dia mau keluar, dia ngelirik gue dengan tatapan licik dan penuh kemenangan. Tatapan yang gak pernah gue lihat.

Gue juga ikut keluar dari ruang BK, menuju kelas buat ngambil tas. Udahlah gue pasrah. Emang ini udah nasib gue.

Gue melihat udah banyak murid di depan ruang BK. Gue yakin kejadian ini udah nyebar. Tembok di sekolah gue punya telinga. Makanya, semua pada heboh. Gue malu.

[SS1] _ HEY BOY, LOVE ME! - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang