“🍃Sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga.🍃”
Gue berangkat sekolah agak pagian. Bukan karena gue jadi ketua kelas. Fyi, gue bukan ketua kelas lagi semenjak kejadian gue yang dituduh menganiaya Gita dan Meta. Jadi satu kelas suruh gue melengserkan jabatan. Gue sih malah bersyukur, jadi ketua kelas mah ribet. Dan yang jadi ketua kelas sekarang adalah Gita. Gue sih gak peduli.Gue jalan dengan ceria. Senyuman merekah di wajah gue. Kalau ada yang bisa lihat, mungkin banyak bunga-bunga bertebaran di sekeliling gue. Apa yang dilakukan Genta buat gue gak tidur semalam. Gue kepikiran terus njir. Genta beneran buat efek yang besar dalam hidup gue.
Gue lihat Genta sama Dino jalan dari arah berlawanan. Mati gue! Gue belum siap ketemu Genta. Masih degdegan ini. Gue langsung berputar arah.
“Woy, Bantet!” panggil Dino membuat gue berhenti. Sialan! Dino ngapain sih pake manggil gue.
Gue nengok sambil cengengesan.
“Mau ke mana lo?”
“Anu, gue mau ke kelas,” gue jawab sambil mengelap keringet gue karena gugup. Gue gak berani menatap Genta. Gue masih degdegan ini.
“Kelas lo kan ke sana,” jawab Dino sambil menunjuk ke arah yang dia lewati.
Eh, bener juga. Kelas gue kan arahnya kesana. Astaga, goblok banget sih gue.
“G-gue mau ke kantor guru.”
Dino menggelengkan kepala. “Kantor guru dilantai dua kali. Udahlah, gak usak sok gugup karena ada Genta.”
Inginku mencabik mulutmu. Hngg.
Dino menepuk bahu Genta. “Gue ambil buku dulu di perpus, lo tunggu gue disini.”
Genta cuma mengangguk. Dino langsung masuk ke dalam perpustakaan. Anjir, kenapa gue malah ditinggal berdua sama Genta. Gak baik buat jantung gue.
Gue langsung jalan kearah kelas gue. Tapi, Genta narik tas gue sampai gue berbalik menghadap dia. Duh, mau ngapain lagi sih? Jantung gue gak bisa normal nih.
Gue langsung nyengir pas gue udah ada di hadapan Genta.
“Lo inget perkataan gue kan?”
Gak cuma perkatan lo aja yang gue inget. Apa yang lo lakuin, gue juga inget Genta. Astaga.
Gue mengangguk. “I-inget kok, inget.”
Genta ngelepasin tangannya yang narik tas gue. “Jangan terima Galen.”
Genta ngomong gitu lagi. Padahal gue udah bilang inget. Utung cuma perkataannya aja yang diulang. Itunya enggak. Hehe.
“Genta,” panggil gue.
“Lo suka kan sama gue?” Gue tanya aja langsung daripada gue penasaran.
“Menurut lo?”
Genta bener-bener ngeselin. Tinggal jawab iya terus bilang kita jadian yuk, gitu aja apa susahnya coba. Untung gue orangnya penuh dengan kesabaran.
“Ya, menurut gue lo suka. Tinggal bilang aja sih, apa susahnya.”
Genta menyondongkan tubuhnya, sampai wajahnya deket sama wajah gue. Please, habis ini gue mau ke rumah sakit. Periksa jantung gue, takutnya saraf-sarafnya ada yang putus atau sarafnya kejepit.
“Belum waktunya,” jawab Genta sambil menjauhkan wajahnya. Yakinlah, wajah gue udah merah kayak diolesin blush on. Bentar, jawaban Genta masih buat gue bingung. Belum waktunya?
KAMU SEDANG MEMBACA
[SS1] _ HEY BOY, LOVE ME! - COMPLETED
Roman pour AdolescentsSEASON 1. WARNING!⚠⚠⚠⚠❗❗❗❗ Banyak bahasa tidak baku, bahasa kasar dan typo bertebaran! Don't copas My story! Dibaca dari awal sampai akhir ya! Elza Nugroho atau yang sering di panggil Zaza, adalah cewek bucin yang tidak terlalu cantik yang selalu g...