Matahari hari ini memilih untuk menjadi pemalu dengan menutupi dirinya dengan awan, alhasil cuaca hari ini cukup berawan dan mampu meningkatkan rasa malas pada pria yang sejak satu jam yang lalu ingin tak ingin beranjak dari kasurnya.
Seiring dengan matahari yang sepertinya enggan menampakkan diri, hari ini kalau boleh pun Hanbin ingin melakukan hal yang sama. Kalau boleh, kalau saja sekretarisnya berhenti menelfon atau sedekar mengirim pesan kalau dalam satu jam lagi Hanbin harus melakukan presentasi pada supplier.
Kenapa harus Hanbin yang repot? Padahal Hanbin kan bisa menyuruh salah satu bawahannya yang tentu memiliki kompetensi yang baik. Untuk apa dia membayar karyawannya mahal dan memberi fasilitas yang lengkap kalau tidak bisa memenuhi keinginan Hanbin, kenginan untuk terus bermalas ria di atas kasur.
Bicara soal Chaeyoung, minggu depan adalah hari terakhirnya bekerja. Katanya perempuan itu akan menikah dengan seorang penyanyi, ya mudah mudahan memang menikah. Bukan karena lelah mengurus pekerjaan Hanbin selama lebih dari lima tahun.
Ah Hanbin jadi semakin malas untuk bekerja.
Sedang asik bergelut dengan selimutnya yang nyaman, ponsel Hanbin tiba-tiba berbunyi. Itu dari ibunya, dengan segera pria itu mengangkat panggilan telfon dari nyonya besar.
"Ada apa, Bu?" Tanya Hanbin dengan suara parau khas bangun tidur.
"Suka perempuan yang tinggi semampai tidak?"
Hanbin mengacak rambutnya gusar, tidak langsung menjawab pertanyaan ibunya karena sudah dapat dipastikan Nyonya Heejin akan terus menyebutkan ciri ciri wanita ideal lainnya.
"Kalau rambutnya panjang cantik ya?"
Hanbin masih diam.
"Oh iya, sepertinya memiliki anggota keluarga seorang pengacara akan menyenangkan ya?"
Terima kasih pada Nyonya Heejin karena kini Hanbin sudah menemukan kesadarannya. Hampir saja, kalau tidak ingat yang sedang menelfonnya adalah Ibu yang melahirkannya sudah dipastikan emosi Hanbin pun ikut terseret beriringan dengan kembalinya kesadaran Hanbin.
"Bu, sudah ya aku mau mandi dulu"
"Besok ya? Ibu kenalkan pada si wanita semampai itu"
Hanbin diam, karena pada akhirnya sang Ibu pasti akan mengatur rencana kencan itu meskipun Hanbin akan merengek untuk membatalkannya. Heejin sebegitunya menyayangi Hanbin, bahkan sampai sekarang wanita yang umurnya sudah menginjak kepala lima itu terlalu mengikut campuri urusan sang anak yang harusnya sudah dapat menentukan hidupnya sendiri. Heejin tipe ibu yang protektif, ia benar benar ingin hal baik terjadi untuk puteranya. Wajar, karena memang itu naluri seorang ibu. Tapi kembali lagi, kadang Ibunya ikut campur terlalu dalam.
Ah pria itu jadi ingat, beberapa tahun yang lalu Ibunya pernah membuat kencan buta antara dirinya dan seorang Miss Korea. Luar biasa memang perjuangan seorang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night, Forever
Fiksi PenggemarKim Jennie sadar bahwa dirinya adalah seorang yang bodoh, lemah dan buruk diantara yang paling buruk. Diselingkuhi oleh sang kekasih bukanlah hal asing untuk dirinya. Ia merasa bahwa dirinya memang tak pantas untuk bahagia, buruknya mungkin memang i...