19

391 68 41
                                    

"Mau bersikap bodoh, meninggalkan pertemuan penting demi perasaanmu yang belum tentu pasti?"

Suara berat milik Tuan Kim kembali menyadarkan Hanbin pada sebuah realita yang perlu ia hadapi dalam waktu kurang lebih sepuluh menit lagi. Kim Hanbin perlu melakukan presentasi penting demi perusahaannya, atas paksaan sang Ayah yang katanya dengan susah payah membukakan jalan pada Hanbin. Padahal sungguh, tanpa bantuan ayahnya Hanbin pun akan tetap menjalankan rencana yang telah dibuatnya.

"Sudah ku bilang perempuan itu tidak baik"

"Memangnya ayah mengenalnya? Sampai bisa bilang Jennie itu tidak baik"

Tuan Kim yang terhormat memilih diam, entah malas berdebat dengan anak keduanya atau memang sudah kehabisan kata.

Sejak pagi tadi ada rasa mengganjal yang tidak bisa hilang, apa lagi begitu Hanbin mencoba menghubungi Jennie dan hasilnya nihil. Namun tidak buntu sampai disana, ia mencoba melacak keberadaan Jennie lewat gawainya. Sedikit lega, ternyata aplikasi tersebut menunjukan bahwa Jennie sedang ada di apartemennya.

Namun sungguh tidak bisa Hanbin pungkiri, belum mendengar suara Jennie malah membuat hatinya tidak teratur dan bahkan kembali muncul perasaan khawatir.

Mari simpulkan bahwa Hanbin sudah sebegitunya mencandu pada seorang bernama Kim Jennie.

Selesai meeting pertama, Hanbin kembali mencoba menghubungi Jennie. Namun sayang, ia kembali tak mendapat jawaban apapun. Sampai akhirnya ia memilih menghubungi Lisa, meminta perempuan itu untuk segera datang ke apartemennya dan memastikan bahwa Jennie baik baik saja.

"Besok, klien besar lagi"

Hanbin meletakan ponselnya asal, "bukannya hanya satu? Kenapa tiba tiba?"

"Kebetulan ada kenalanku"

"Aku tidak bisa" jawab Hanbin tegas. "Penerbanganku besok jam empat pagi, jadi mau tidak mau aku akan pulang"

"Kau mau membantah pada Ayah sendiri?"

"Lalu sejak kapan kau bertindak seperti seorang Ayah?" Pria itu mulai berjalan menjauhi Tuan Kim yang terlihat geram, seraya mengucap kalimat lainnya yang selalu berputar di otaknya sejak dulu. "Bahkan kau tau aku tidak pernah sudi memanggilmu Ayah"

Tuan Kim kemudian tertawa hebat, entah apa yang ada di pikirannya sehingga pria tua itu seakan mengarahkan segala tenaganya untuk kembali membawa Hanbin ke dalam ruangan.

"Sudah gila?!" Sentak Hanbin. Sementara pria tua yang ingin dipanggil ayah tersebut malah menyodorkan sebuah video yang membuat Hanbin naik pitam.

Video yang menunjukan bagaimana Jennie disekap di sebuah ruangan kecil.

Hal lain yang membuat Hanbin terkejut, ada Lisa disana yang terlihat membantu sang penculik untuk mengurus Jennie.

Ah sial, Hanbin ingin segera terbang ke Korea sekarang juga.

"Memang tidak ada lagi manusia yang bisa aku percaya selain Ibu dan Jennie"

Dengan langkah yang begitu besar, Kim Hanbin segera pergi meninggalkan ruangan tersebut. Meminta bantuan sekertarisnya, ia minta dicarikan penerbangan paling dekat untuk kembali ke Korea.

"Bisa carikan saja jet pribadi untukku? Kenapa maskapai maskapai itu sampah? Belum tau saja aku bisa membeli perusahaan mereka!"

Paham kan, katanya kalau kita sudah sebegitu sakitnya air mata seakan kering dan tidak bisa keluar. Mungkin itu yang sedang Hanbin rasakan sekarang, tak ada satu bulir pun air mata yang mengalir. Bukan tidak peduli, malah terlalu peduli hingga rasanya tak bisa merasakan apa pun saat ini.

One Night, ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang