16

449 67 19
                                    

Ada beberapa hal yang masuk dalam daftar terlarang yang dibuat oleh Kim Hanbin, termasuk kakak kandungnya sendiri. Terkesan kejam, namun Hanbin yang diam diam peka ini begitu paham maksud dan tujuan Kim Haneul. Pria itu jauh lebih kejam, dibandingkan dengan kebencian Hanbin terhadapnya.

Sejak kecil, Hanbin memang sadar kalau ada satu hal yang janggal dari Haneul. Awalnya, Hanbin dan Haneul ibaratkan dua buah mata pisau yang tak dapat terpisah. Namun semakin dewasa, Hanbin mulai menyadari apa yang telah Haneul perbuat padanya.

Hari ini Hanbin mau tidak mau menerima ajakan makan malam dari Haneul, karena ini merupakan perayaan ulang tahun Kim Arum alias satu satunya darah daging sang kakak yang akan ia cintai.

"Bagaimana kencan butamu minggu lalu?"

Bukan Hanbin yang tersedak, tapi malah Jennie yang sejak tadi sudah menyesal besad karena menerima ajakan Hanbin.

"Aku minggu lalu pergi ke Jepang bersama Jennie"

"Oh, perempuan parasit ini?"

"Kim Haneul!" Kali ini bukan Hanbin yang berteriak meminta Haneul untuk diam, namun Ibu yang turun tangan langsung untuk segera memotong kalimat kasar lain yang mungkin akan muncul dari mulut Haneul.

Awalnya, Kang Heejin juga menaruh sedikit rasa curiga pada Jennie alias manusia sederhana yang berhasil membuat Hanbin jatuh hati hingga palung yang paling dalam. Namun kesederhanaan dan segala rasa cinta yang Jennie berikan akhirnya dapat ia rasakan, maka Heejin paham mengapa Hanbin memilih untuk bertahan pada perempuan manis dengan marga Kim pula.

Jennie terlihat tak terusik sama sekali, masih mencoba melahap makan malamnya walaupun sebetulnya hatinya tak karuan. Kemarin? Kemarin yang Haneul maksud itu kapan? Apa kemarin, sehari sebelum hari ini? Apa kemarin, seminggu sebelum hari ini? Apa kemarin, sebulan sebelum hari ini?

"Memang tidak ada yang salah dari ucapan kakakmu. Kau perlu menikah dengan perempuan yang bisa mengurus perusahaan"

Jennie tersenyum kecut mendengar ucapan sedikit menyayat dari Kim Hanjeong, tidak begitu sakit karena Jennie belum ingin membalikan meja makan saat ini.

"Aku rasa aku sedang makan malam dengan orang penting dan terpelajar, tapi segala pembicaraannya tak masuk akal. Seperti bicara dengan manusia tanpa akal"

Ucapan Hanbin tadi terdengar begitu tajam di telinga Jennie, walau bukan diperuntukan untuknya namun Jennie tetap terkejut pada sikap Hanbin yang sudah masuk dalam kategori kurang ajar pada Ayahnya sendiri.

Ucapan Hanbin tadi terdengar begitu tajam di telinga Jennie, walau bukan diperuntukan untuknya namun Jennie tetap terkejut pada sikap Hanbin yang sudah masuk dalam kategori kurang ajar pada Ayahnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalau boleh memilih, Jennie ingin sekali meminta pada Tuhan agar ia tak pernah bertemu akan satu hal yang dirasa paling menyedihkan. Berpisah. Sungguh, Jennie begitu membenci sebuah perpisahan.

Setelah kepergian ibunya, Jennie semakin yakin kalau perpisahan adalah hal buruk dalam hidupnya.

Kim Jennie kembali dihadapkan dengan kenyataan, pula takdir Tuhan yang sama sekali tak bisa ia hindari. Malam ini, Jennie kembali kehilangan salah satu hal terpenting dalam hidupnya.

One Night, ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang