5 | Praktek

195 33 10
                                    

Sudah sejak 15 menit yang lalu bel tanda masuk berbunyi.
Lingkungan sekolah sepi, hanya satu dua siswa saja yang masih berkeliaran di luar kelas.

Namun ada perkecualian dengan kelas XI Otomotif 2. Mereka tampak berbondong-bondong dari kelas menuju bengkel praktek otomotif. Setibanya di teras bengkel, dengan santainya mereka asik berselonjor sambil bencengkrama ria menunggu guru pengampu datang.

"Lo kenapa sih, Dem, dari tadi diem mulu," ujar Aldo disamping Dema

"Gak papa," balas Dema.

"Lo marah sama gue?"

"Enggak, biasa aja. Lo aja yang dari tadi kebanyakan ngomongin tu cewek," ujar Dema santai.

"Lah, emang kenapa kalo gue ngomongin dia, orang dia juga yang cari masalah duluan," jawab Aldo sengit

"Hmm," balas Dema malas

"Lo dari tadi ngomongin tu cewek terus, Do. Nggak bosen emangnya?" Ari ikut menimbrung.

"Diem lo, Mlehoy. Gak tau apa-apa juga," jawab Aldo ketus.

"Lo juga diem, Berisik," ujar Dema ketus pada Aldo

"Eh, Dem. Lo punya kontaknya Lavina gak?" tanya Ari tiba-tiba

Dema mengernyitkan dahinya. "Lavina siapa?"

"Itu lo, primadonanya jurusan Tata Boga. Yang pernah foto bareng sama lo waktu lomba tujubelasan. Masa lo gak inget."

"Gue gak punya. Tapi kemaren itu kalo gak salah ada yang chat gue, namanya Lavina Kalani. Dan gue gak save nomer dia, gak jelas juga dia siapa," ujar Dema.

Ari yang hampir membuka mulut menjawab perkataan Dema pun terhenti karena Aldo tiba-tiba menyambar.

"Lo suka sama Lavina. Bilang sono kalo lo suka," sindir Aldo pada Ari.

Ari terlihat sangat jengkel kepada Aldo. Tetapi teman sekelilingnya yang juga ikut menyimak percakapan hanya tertawa melihat perdebatan mereka berdua.

🛠🛠🛠

"Rein, lo marah sama gue?" tanya Dilan dengan nada lembut

"Enggak," jawab Reina sambil melarutkan NaOH dalam gelas beker.

"Bohong. Dari tadi lo diemin gue."

"Ya emangnya gue harus gimana? Ngobrol terus sama lo, biar dimarahin trus dihukum, gitu?" ujar Reina jengkel.

"Ya enggak. Maksud gue kan- "

"Udah deh, ini lagi praktek. Jangan bahas kaya gituan. Mendingan lo balik deh ke kelompok lo," sahut Reina.

"Maafin gue ya, Rein," ujar Dilan lalu pergi dari meja kelompok Reina

Binar yang melihat Dilan pergi pun langsung mendekat ke arah Reina, Karena penasaran dengan obrolan mereka berdua tadi.

"Rein, lo tadi ngobrolin apa sama Dilan?" tanya Binar penasaran.

"Udah ah, gak penting dibahas. Btw, Gimana titrasinya udah selesai belum?" tanya Reina.

"Udah kok. Tadi gue titrasinya sambil liatin lo sama Dilan ngobrol. Terus jadi kayak gini," jawab Binar sambil memperlihatkan erlenmeyer berisi larutan berwarna merah pekat.

"Yaudah gak papa, yang penting udah sampai TA (Titik Akhir)." ujar Reina.

Hingga teman satu kelompok Reina dan Binar datang sambil membawa larutan indikator.

No EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang