11 | Bersaing Secara Sehat

57 14 0
                                    

Reina mendekati cermin yang tergantung di kamarnya. Berdiam sejenak mengamati pantulan dirinya yang tidak tampak baik.

Seragam dan atribut melekat rapi di tubuhnya. Rambutnya terikat rapi gaya ekor kuda. Wajahnyalah yang menampakkan bahwa ia tidak baik-baik saja. Tampak sembab dan sedikit pucat.

Tanpa perfikir menambahkan make up atau liptint Reina langsung bergegas mengambil tasnya dan menghampiri orang tuanya di lantai bawah. Mungkin sarapan sedikit dan langsung berangkat ke sekolah.

"Reina sayang, kamu kenapa? Sakit?" tanya Mama Reina yang tampak cemas melihat wajah sembab Reina.

"Gak papa kok, Ma. Semalem habis baca cerita sad ending aja. Jadi gini deh," jawab Reina berbohong. Ia tidak mau membuat orangtuanya cemas dan akhirnya tidak membiarkannya ke sekolah.

Ia harus berusaha memperbaiki hubungannya dengan Amanda.

"Yakin? Muka kamu pucet gitu lho. Enggak usah ke sekolah dulu aja. Biar nanti Papa izinin ke sekolah," ujar Papa setelah mengamati wajah Reina beberapa saat. Dan tentu saja Reina tidak akan mau.

"Reina sehat kok, Pa, Ma. Ntar juga lama-lama seger sendiri," jawab Reina meyakinkan orang tuanya.

"Yaudah deh. Dibujuk sampai jam 7 juga pasti enggak bakal mau istirahat dulu. Nih, cepetan sarapan. Nanti kamu telat piket 5S," ucap Mama dengan lebut seraya meletakan beberapa potong roti bakar.

"Makasih, Ma. Mama memang yang paling pengertian sama Reina deh."

Namun, bukannya memakan sarapannya, Reina malah mengambil kotak bekal dan mengemasi sarapannya. Setelahnya langsung bergegas menyalami kedua orang tuanya untuk berpamitan.

"Hati-hati, Rein. Kalo sakit istirahat di UKS aja," seru Mama Reina sambil menggelengkan kepalanya. Sudah biasa dengan Reina yang sering terburu-buru karena jadwal piket 5S-nya.

"Bilang ke Pak Hendro dong, Ma. Kan bukan Reina yang nyetir," sahut Reina dengan sedikit berteriak.

Kedua orang tua Reina hanya terkekeh. Ini baru satu anak mereka yang di rumah. Beberapa hari lagi, setelah Aderald pulang rumah mereka pasti akan lebih semarak. Mungkin merujuk ke penuh keributan.

☉☉☉

Sesampainya di sekolah Reina langsung bergegas turun dari mobil. Berpamitan kepada Pak Hendro dan langsung memasuki gerbang sekolahnya.

Pukul 06.13. Hampir saja. Terlambat 3 menit lagi ia pasti akan dikenai hukuman push up 15 kali. Apalagi kalo sampai puluhan menit coba. Untung aja gak kejadian.

Setelah meletakkan tasnya di pos satpam, Reina bergegas menuju ke dekat pintu gerbang sambil menyapa beberapa temannya sekilas. Menjalankan piket 5S sekaligus memantau atribut dan ketertiban setiap siswa yang masuk.

Reina melirik ke arah Amanda. Tampaknya ia sudah tiba lebih dulu darinya. Berdiri paling dekat dengan gerbang.

Amanda tampak tidak jauh berbeda dengannya. Wajahnya juga menunjukan kalau ia habis menangis, mungkin juga begadang. Reina hanya menghela nafas pelan ketika Amanda tidak menoleh sedikitpun padanya.

Satu-satunya hal yang harus Reina lakuman saat ini adalah fokus pada tugasnya.

Reina merogoh saku celananya. Mengambil benda pipih yang ia rasa sempat bergetar. Ia membaca notifikasi sekilas. Dan sontak saja langsung bersemangat begitu melihat pesan masuk dari seseorang sahabatnya.

Amanda
Rein, sebelum masuk kelas nanti bisa kita ngobrol sebentar?

Reina
Iya. bisa banget, Man
Lo udah gak marah sama gue, kan?

No EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang