14 | Introgasi

60 13 0
                                    

Setelah makan malam bersama keluarganya Reina membantu mamanya membereskan meja makan. Reina berdecak kesal saat mamanya menyuruhnya untuk mencuci piring.

"Rein, piringnya jangan lupa dicuci," suruh Nuri sambil berjalan membawa lima tumpuk piring kotor ditanganya.

Reina membulatkan matanya. "Maaa ...," rengek Reina pada Nuri. "ini banyak banget," keluhnya sambil menunjuk tumpukan piring kotor disampingnya.

"Bantuin ya ma," mohon Reina menggoyang-goyangkan lengan mamanya.

"Ehh ... enggak bisa dong. kamu itu anak perempuan jadi harus tau kerjaan rumah." Nuri menepis pelan tangan Reina membuat  Reina memasang wajah protes.

"Reina, ucapan mama adalah perintah gaboleh dibantah, OK!" jelas mamanya Tegas dengan telunjuk yang teracung.

Reina mengerucutkan bibirnya tidak membantah. sambil membalikkan badan dan langsung menyalakan kran dan menuang sunlight' ke spons lalu mulai menggosok piring. Nuri menggulum senyum melihat putrinya dan kemudian meninggalkanya.

"Eehh, adeek abang ternyataa RA-JIN," cetus Derald tiba-tiba datang sambil membuka kulkas.

"Apa sih? Pergi sana!!!" usir Reina  membuat Derald menaikan sebelah alisnya.

"Galak banget jadi adek, gue ceburin ke got depan rumah baru tau rasa!" ancam Derald sambil menusukkan sedotan ke kemasan susu kotaknya. Reina tidak merespon

"Kalo udah selesai ke kamar abang!!" imbuhnya sambil melangkah santai meninggalkan dapur.

🏠🏠🏠

"Kenapa?"

"Sini dulu, abang mau tanya."

Reina berjalan malas menghampiri Derald yang sekarang sedang berada di atas sofa sigle yang ada di kamarnya. Reina duduk ditepi ranjang tempat tidur Derald.

"Apa?"

"Kamu udah punya pacar sekarang?" tanya Derald dengan tatapan mengintimidasi.

'Bentar-bentar ini gue di intrograsi? Trus kenapa abang tumben banget ngomongnya pake aku-kamu, matanya juga gak bisa santai gitu liatin gue. Aneh,' tanya Reina dalam hati.

Reina mengernyitkan dahinya. "Enggak, kenapa tiba-tiba abang nanya begitu?"

"Abang nanya begini kan karena abang peduli sama kamu, toh mama tadi juga bilang sama abang. Katanya akhir-akhir ini kamu sering didatengin sama cowok, trus disekolahan tadi abang juga curiga sama tiga orang."

"HA?!" Refleks Reina mendengar ucapan Derald.

"Kenapa kamu? Kok kaget gitu?" tanya Derald.

"Abang ngomongnya ngaco banget sih. Tiga orang itu siapa coba. Mas Eka? Yang tadi bantuin Reina ngepel ruang OSIS? Terus dua orang junior kelas sepuluh yang tadi bantuin ngangkat meja?" tanya Reina berapi-api.

Mungkin saja abangnya melihatnya membersihkan ruang OSIS bersama ketiga orang itu waktu istirahat ke-2 tadi. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir abangnya. Bagaimana bisa abangnya berfikir sejauh itu.

"Nah kan sekarang nambah jadi enam orang. Yang tiga belum kamu akuin sekarang malah nyebut nama yang lain," sergah Aderald tidak sabaran.

"Kamu enggak inget sama cowok yang ngajak pulang kamu tadi? Terus si Aldo burik yang ngeliatin kamu mulu, kamu pikir abang gak tau? Bagas temen sekelasnya tadi juga malah nyocokin kamu sama Dema. Jadi pacar kamu yang mana?" cecar Aderald berapi-api.

Reina yang mendengar pernyataan terakhir Aderald pun sontak saja langsung terkejut. "BAGAS PENGHIANAT!!"

"Apa? Dia juga deketin kamu? Ada tujuh cowok yang deketin kamu, dan kamu enggak cerita apa-apa ke Abang. Gimana kalo ternyata salah satu yang kamu pilih itu orang yang nggak baik?"

No EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang