"Enggak mau jawab?"
"Atau kamu mau abang cari tau sendiri dari orang lain?"
Derald mengatakan dua pertanyaan secara berturut-turut dengan jeda yang cukup lama untuk Reina menjawabnya. Namun Reina masih bergeming. Terkejut dengan kehadiran abangnya yang menurutnya tiba-tiba.
"Heh! Abang nanya, bukan ngasih pernyataan. Kamu kaget, bingung, apa enggak mau jawab, sih?" tanya Derald sambil terkikik. Ia sungguh geli melihat wajah cengo adiknya itu.
Ia mulai mencari posisi nyaman. Memilih kursi di depan meja belajar yang memang terlihat nyaman. Empuk, bersandaran, dan bisa diputar-putar. Cocok untuk Derald yang suka main-main.
"Aaa ... abang apaan sih? Lagian orang lain yang abang maksud itu siapa? Binar?" Reina yakin Binar tidak akan memberikan info apapun kepada abangnya itu.
Ia sudah mewanti-wanti agar sahabatnya itu tidak memberkan apapun kepada Derald. Kecuali jika Binar tidak kuat dengan sogokan abangnya tentu saja. Binar tidak akan terpengaruh dengan ancaman, FYI.
"Kamu pikir koneksi abang sesempit itu? Abang itu pinter. Tau mana saja orang yang bisa kasih informasi tentang kamu sama Dema. Dan Abang bakal pilih orang yang paling tau banyak," ujar Derald dengan pongah.
Reina hanya merotasi bola matanya. Terlihat tidak peduli padahal ia sangat penasaran siapa orang yang dimaksud.
"Yaudah. Tanya aja ke dia. Enggak usah tanya ke Reina. Enggak usah percaya ke Reina aja sekalian." Reina benar-benar tidak tau harus menanggapi apa. Dan kata-kata kasar itu yang keluar.
"Kamu yakin? Oke. Abang sebenarnya udah tanya-tanya ke si 'Iman'," jelas Derald denggan nada menggantung. Ia tersenyum miring ke arah Reina yang tampak murung di atas kasurnya.
"Dan katannya si Iman kamu suka sama si Dema. Beneran?" lanjut Derald.
"Apaan sih? Lagian si Iman Iman itu siapa coba. Reina enggak kenal sama orang yang namanya Iman. Apalagi cerita-cerita ke dia." Reina benar-benar jengkel. Menurutnya, abangnya sekarang benar-benar enggak asik. Ngomongnya mblibet banget.
"For your information, Iman itu 'Information Man'. Si pembawa informasi. Pengen tau orangnya?" Pancing Derald. Sedikit melunak agar Reina tidak terlalu cuek dan mau terbuka dengannya.
"Siapa?"
"Ada deh. Kalo kamu tau, nanti abang cari informasinya dari siapa? Emang kamu udah mau cerita sama abang dengan kesadaran sendiri? Kamu itu kalo engga ditanya ga pernah mau cerita sama abang. Harus abang introgasi kalo engga abang yang cari info dari orang lain." Ini benar-benar luar biasa. Derald sebelumnya tidak pernah selembut ini. Efek PKL apa gimana ya?
"Oke. Abang pengen tau apa?"
Senyum Derald langsung mengembang. Bujuk rayunya sungguh manjur. Mungkin memang ia potensial untuk menjadi seorang palyboy.
"Jawab dulu yang tadi. Kamu beneran suka sama Dema?" tanya Derald mengawali sesi introgasinya. Introgasi tahap dua lebih tepatnya.
Introgasi yang pertama beberapa hari yang lalu bisa dibilang gagal. Absurd dan tidak membuahkan hasil. Dan yang sekarang tidak boleh gagal.
"Iya. Kenapa? Abang enggak suka?" Reina menjawab masih dengan sisa-sisa kejengkelannya.
"Bukan gitu. Mastiin aja. Sejak kapan? Sejak di cafe waktu itu?"
"Bukan. Baru akhir-akhir ini. Ini aja Reina enggak tau, mau lanjut apa enggak." Terdengar menyedihkan. Tapi itu faktanya. Reina tidak ingin menyembunyikan apapun lagi. Dan sekaranglah kesempatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Escape
RomanceMasa SMA merupakan masa paling indah di mana kisah cinta lah yang menjadi alur utamanya. Lalu bagaimana dengan masa SMK? Apakah akan ada kisah cinta yang terjebak di antara kesibukan praktek dan segala rentetan laporannya? Dan mungkinkah cinta yang...