13 | Tatapan Aldo

61 14 0
                                    

Senin pagi ini ada yang berbeda dengan SMK Cakrawala. Tampak siswa siswi yang memasuki gerbang berjumlah lebih banyak dari biasanya. Meskipun tidak benar-benar dihitung, siapapun pasti menyadari hal itu.

Bukan hanya karena siswa kelas 12 yang mulai masuk sekolah pasca PKL, tetapi juga karena kebiasaan siswa kelas 10 dan 11 yang berubah.

Jika sebelumnya mereka berani berangkat mepet jam masuk, sekarang mereka memilih berangkat lebih pagi. Meskipun itu sekedar untuk membangun image 'kita anak baik, kita rajin dan tidak membuat masalah' kepada senior mereka. Selain itu, mungkin saja mereka menghindari pengurus OSIS hirarki tertinggi yang dinilai paling kejam dalam memberi hukuman.

"Dek, kalo ada senior lewat itu disapa. Jangan pada diem aja. Kalian masih punya rasa hormat kan?" tegur Reina kepada juniornya seraya berjalan mendekati pengurus OSIS yang lain, baik angkatan kelas 10 maupun 11. Sedangkan angkatan kelas 12 masih dianggap off sebelum penerimaan kembali setelah upacara nanti.

"Hai, Rein, tumben datengnya agak siang. Berangkat bareng Bang Derald ya?" Sapa Amanda yang memerhatikan kedatangan Reina sambil tersenyum.

Reina membalas senyum Amanda. Ia masih mengingat kejadian beberapa hari lalu ketika persahabatannya dengan Amanda sempat bermasalah. Dan ia sangat bersyukur karena sekarang semuanya sudah kembali seperti semula, bahkan lebih baik.

"Gue udah datang dari tadi kali, Man. Ini habis print out tabel daftar pelanggaran siswa kelas 12. Ya kali gue berangkat bareng Bang Derald. Yang ada gue telat setengah jam lebih, Man," tutur Reina seraya memperlihatkan lembaran kertas di tangannya.

"Habis PKL abang lo gak berubah ya, Rein?" tanya Amanda.

"Berubah, Man. Jadi tambah malesan. Gue berangkat tadi aja dia masih molor. kebiasaan pas PKL, masuk jam setengah 8," papar Reina dengan nada sedikit jengkel.

Masih jengkel dengan niatnya berangkat sekolah bareng abangnya yang kandas begitu saja gara-gara abangnya yang enggak mau bangun pagi. Padahal Reina sudah melakukan berbagai cara untuk membangunkan abangnya yang pelor itu.

Amanda sempat terkikik pelan sebelum menyahuti, "Biarin dulu aja, Rein. Besok juga balik lagi."

"Ya mau gimana lagi, Man." Reina tampak pasrah.

"Ehh Rein, lihat gerbang, lihat gerbang," bisik Amanda tiba-tiba dengan nada cepat.

Reina yang langsung tanggap pun segera menoleh ke arah gerbang. Meskipun tidak tau ada apa, paling tidak dia tidak akan menyesal karena melewatkan sesuatu yang sepertinya sangat mendesak dan menarik.

Dan itu benar-benar menarik. Tampak Dema yang baru saja melewati gerbang dengan motor besarnya. Dan di boncengan belakangnya ada sosok Aldo, teman sekelas Dema.

"Keren ya, Rein," ujar Amanda yang tampaknya juga memerhatikan Dema.

"Hmm."

Reina tampak masih memerhatikan Dema yang mulai membelokkan motornya memasuki pelataran parkiran motor. Sedikit berharap dapat melihat wajah Dema yang sekarang masih tertutupi helm.

Namun ada hal lain yang mengusik pikiran Reina. Sedikit mengalihkan pandangan Reina dari pandangannya pada Dema.

Entah kebetulan apa tidak, beberapa kali pandangannya bertubruk dengan tatapan Aldo yang sedari tadi berada di dekat Dema.

Tatapan Aldo tampak tidak begitu bersahabat. Seperti menyiratkan curiga dan menyelidik. Dan itu sudah cukup membuatnya tidak nyaman dan berhenti mengarahkan pendangannya pada Dema.

☉☉☉

Amanda membawa nampan berisi seporsi ayam kremes dan segelas es jeruk ke meja kantin yang sudah terisi Reina dan Binar. Ia mendudukan diri di samping Reina, berhadapan dengan Binar.

No EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang