Jika waktu pulang sekolah tiba, kegiatan rutin Dilona menunggu Geran di depan pintu kelasnya, XII IPS. Dilona sendiri mengambil jurusan IPA, begitu juga dengan Fey dan Sharin. Namun, ketiga gadis itu berada di kelas yang berbeda.
Ke dua pria yang sudah lama menjadi sahabat Geran, mereka berada dikelas yang sama. Anak IPS memang memiliki wajah yang luar biasa, anugrah sang maha kuasa.
Sekumpulan pria-pria tampan selalu ada dijurusan IPS, entah siapa yang membuat peraturan tersebut. Namun, Alka Franzee, anak baru itu berada di IPA 3 bersamaan dengan Fey. Banyak yang bertanya-tanya kenapa dia pindah di tingkat akhir sekolah menengah atas, bahkan semua orang menduga-duga, mungkin dia membuat onar di sekolah lamanya. Tapi asumsi itu tidak lah cocok dengan wajahnya dan kepribadiannya yang sedikit cuek. Bagaimana mungkin dia berbuat onar?
"Gue bakal gantiin piket lo dah selama satu bulan kalo lo mau bantuin gue" wajah memelas cewek berlesung pipi itu masih tidak membiarkan pria pemilik rambut hitam legam itu mengakhiri hari pertamanya bersekolah dengan tenang.
Alka tak merespon. Dia hanya fokus memasukkan alat tulisnya yang berserakan di atas meja ke dalam tas. Suasana kelas mulai sepi karena sudah banyak yang meninggalkan kelas.
"Alka! Dengerin gue, gue bakal lakuin apa aja yang lo mau kalo lo mau bantu gue, sekaliiiii ajaaaa"
"Lo bisa lakuin itu sendiri tanpa bantuan gue. Gue tekankan sekali lagi. Gue gak mau ikut campur"
Bicaranya santai namun penuh dengan penekanan. Fey menarik nafasnya sebentar lalu mengikuti Alka yang berjalan meninggalkan kelas.
"Dia kaga percaya sama gue!" Teriaknya mengejar langkah panjang Alka. Tepat setelah dia menahan lengan Alka agar berhenti, Ogra menahan Fey dan menguncinya dalam rangkulannya. Alka sempat beradu pandangan dengan Ogra beberapa detik sebelum Alka melepaskan diri dari Fey.
"Lo anak baru itu kan? Lo apain Fey sampai dia mohon mohon kaya gini?" Ogra menarik kerah baju sekolah Alka yang tidak dibalas dengan menyerang. Ia malah menyeringai menanggapi aksi Ogra.
"Gra lepasin. Kenapa lo malah ikut campur urusan gue sih?"
"Lo belain dia Fey?"
"Dari awal lo udah gak peduli sama masalah ini. Kenapa sekarang lo pura-pura peduli setelah semuanya berantakan?!" Gadis itu banyak berteriak hari ini. Perkataannya membuat Ogra terdiam melepas ancamannya pada Alka perlahan. Ia mematung mencerna perkataan Fey sedangkan pria yang hampir di pukulnya tadi merapikan kerah bajunya yang tadi ditarik oleh Ogra.
Fey menghempas kesalnya, dan baru saja dirinya menyadari sedari tadi Geran, Dilona, Sandi dan juga Sharin menonton mereka di belakangnya. Tatapannya semakin tajam dan menakutkan.
"Gue gak tahan nyium bau busuk!" Dengan tatapan bengisnya yang tertuju pada kelompok itu Fey nyaris meludah dihadapan mereka. Tanpa memerdulikan siapapun ia pergi dari sana sedangkan yang lain masih mematung.
"Gra, ayo kita pulang" ucap Sandi yang menarik Ogra untuk pergi dari sana.
"Lo gak usah mikirin ucapan Fey tadi ya, Sharin?" Dilona terlihat menyemangati temannya yang berada di sebelahnya itu. Tidak tahu pasti sindiran itu ditujukan untuk siapa. Namun, yang pasti mereka semua merasa tersindir kecuali Alka.
"Lo baik baik aja kan?" Tanya Sharin balik kepada Dilona.
"Baik baik ajalah. Gue tau Fey itu cuma lagi salah paham aja sama kita" jawab gadis itu dengan senyuman.
Mereka mulai berjalan kecil menuju gerbang sekolah. Alka tak berniat berjalan mendahului mereka. Ia berjalan lebih lamban dari kura-kura sekarang.
"Ger, kayanya gue ga jadi deh minta temenin beli skincare, abang gue tadi nelpon, dia jemput Dean sekalian gue" jelas Dilona dibalas anggukan oleh pacarnya.
"Dean baik baik aja kan?" Tanya Sharin.
"Iya dia baik baik aja. Tadi dia udah masuk sekolah lagi"
"Syukurlah."
"Karena lo gak pulang bareng gue, gue ijin anterin Sharin, ya?" Ucapan Geran yang membuat Alka tertarik untuk menguping.
"Gak usah. Gue bisa pulang sendiri kok" tolak Sharin.
"Gak apa apa. Biar Geran aja yang anterin Sharin, kan lebih aman"
"Kita duluan ya, hati hati dijalan" Geran mengecup kening Dilona sekilas, dibalas senyuman serta anggukan.
Dilona berhenti di depan gerbang, menunggu kakak laki lakinya tiba. Belum lama berdiri Geran dan Sharin melintas dihadapannya dengan motor besar yang dikendarai Geran. Ia membunyikan klaksonnya beberapa kali dan dibalas dengan lambaian tangan dari Dilona.
Alka yang tidak disadari Dilona keberadaannya berdehem setelah menyaksikan pemandangan bucin ini.
"Lo anak baru itu kan? Siapa nama lo?"
"Alka."
"Gue Dilona."
"Jadi elu yang namanya Dilona?" gumamnya namun dapat didengar dengan jelas.
"Lo kenal gue?"
"Gue kenal kebodohan elu."
Alka menjawab Dilona dengan seenaknya saja. Kesan pertama yang membuat Dilona berdesis mendengar ucapannya. Bahkan ia mengutuk pria itu dari belakang punggungnya yang semakin menjauh sekarang.
TBC
Jangan lupa vote dan comment nya😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilona (Bukan Persinggahan)
Teen FictionHidup ini sama seperti terminal. Tempat persinggahan bagi orang yang ingin datang dan pergi, Dilona Sandrachia Ananda yang bertutur. Namanya secantik wajahnya namun, apakah kisahnya seberuntung anugrah kecantikannya?