-4-

47 12 0
                                    

Di ruangan besar bernuansa putih dan cream. Seorang pria dewasa sedang sibuk dengan berkas-berkasnya. Membolak-balik kertas, membuka lembaran demi lembaran, lalu merapikannya kembali, kemudian siklus itu terulang lagi. Dibagian sofa lainnya anak laki-laki berusia 14 tahun tengah sibuk dengan ponselnya. Wajah tampan mereka berdua menjadikan tempat ini seperti dihuni oleh pangeran.

"Uwaaah!" Kemunculan cewek berkaos pink dengan rok berwarna putih itu mengagetkan Dean Sandra Ananda yang sedari tadi bermain ponsel, dia terlihat fokus men-scroll instagram-nya. Wajahnya berubah masam ketika Dilona menarik ponselnya paksa.

Sedangkan pria yang tengah sibuk dengan kertas-kertas itu adalah Dion Denaro Ananda, ia hanya mengalihkan pandangannya sebentar melihat kedua adiknya yang bersiteru. Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya sedikit.

"Liat ni bang, Dean lagi nge- stalk cewek. Cantik banget buset daah! Followers-nya banyak banget njir"

"Lebay amat si lu!" Desis Dean.
"Gue heran. Tadi gue ketemu dia di sekolah, anak baru. Dia cepat disukai temen-temen"

"Ya iyalah. Orang cantik begini juga kaya bidadari. Kaya gue kan? " Dilona menggerakkan alisnya naik turun saat memuji dirinya sendiri.

"Siapa namanya?" Tanya Dion yang memilih untuk ikut andil dalam percakapan mereka.

"Yesayha, dipanggil Ayha."

"Bukannya yang nyelamatin kamu itu ya?"

Dean mengangguk menanggapi abangnya itu. Tangan Dilona sibuk men-scroll komentar di salah satu foto cewek tersebut.

"Banyak banget komentarnya. Aaah kaga ada heaters-nya gilaa gilaa"

"Ngapain si lu ahh!" Dean menarik paksa ponselnya dari tangan kakaknya itu.

"Beruntung banget lu diselamatin bidadari kaya gitu. Jangan jangan lu itu pingsan karena liat wajah dia?"

"Bego! Yang nyelamatin gue abangnya. Dia nungguin gue di rumah sakit sampai kalian berdua datang" jelas Dean.

Jadi, sebulan yang lalu Dean mengalami musibah tabrak lari saat ia berjalan pulang dari rumah salah satu temannya untuk mengerjakan tugas sekolah. Jalanan sepi, minim kendaraan yang melintas saat malam. Lukanya tidak parah, tapi dia tidak bisa berdiri saat itu. Beruntung Ayha dan saudara laki-lakinya melintas saat itu dan membantu Dean. Dia membawanya ke rumah sakit terdekat dan bahkan meminjamkan ponselnya untuk Dean agar dia bisa menghubungi keluarganya. Selain itu, dia juga yang melaporkan plat nomor kendaraan yang menabraknya. Dion juga menceritakan semua bagian ini kepada Dilona yang sama sekali tidak tahu jalan ceritanya.

Di hari na'as itu, ia sedang nonton dengan Geran. Saat mendapat panggilan, ia terus berlari dan pergi sendiri untuk menemui Dean, dia benar-benar khawatir.

"Pinter banget tuh orang!"

"Iya gak kaya elu, apaan dah sampe di rumah sakit malah nangisin gue kaya orang mati anjir bikin malu aja!"

"Gini gini gue juara umum!" Tangannya dengan ringan memukul kepala adiknya itu.
"Harusnya lo itu bersyukur punya kakak yang overdosis khawatir sama adiknya sendiri" gadis itu memanyunkan bibirnya menatap adik kesayangannya itu dengan manja.

"Iya iya udah. Gue bersyukur banget aelah kaga usah nangis gitu"

Dilona memeluk Dean, pria kecil itu merasa risih namun tak menolak pelukannya. Dion tertawa dengan aksi kedua bocah tersebut. Rumah benar-benar ramai karena mereka berdua.

Mereka memang hanya tinggal bertiga. Namun, ada seorang tukang masak yang datang dan pulang hari, namanya Mbak Ana. Kedua orang tua mereka jarang pulang. Mereka mengelola perusahaan di China. Saat anak-anaknya merindukan sosok orang tuanya, maka mereka yang menyusul ke China. Hebatnya, ketiga anaknya tidak pernah mengeluh tentang ini.

"Hari ini gue pulang telat. Ona jaga Dean di rumah, dia masih kesulitan buat jalan"

"Oke bang"

"Ah iya satu lagi, gue kaga punya banyak waktu buat ngunjungin keluarga yang udah nyelamatin Dean. Kalian tau kan? Kita harus berterimakasih."

"Biar gue sama Dean aja, ga apa-apa" pinta Dilona.

"Enggak. Gue bakal luangin waktu buat itu. Besok kalian berdua gue jemput lagi dan kita langsung kesana. Ini juga permintaan Mama sama Papa."

"Iyaudah kalo gitu" kata Dilona dan adik laki lakinya hanya manggut manggut setuju saja.

Dion beranjak dari posisinya dan membawa semua kertas yang menemaninya sepanjang hari setelah pamit dengan ke dua adiknya. Pekerjaannya sebagai jaksa memang banyak menyita waktunya berada di luar dari pada di rumah.

"Kak? Kenapa ka Fey gak pernah datang lagi? Biasanya setiap hari. Minimum 3 hari sekali dia kerumah."

"Suasana hatinya lagi buruk, sepertinya ... " Dilona menghela nafas panjang setelah Dean mengingatkannya kembali dengan sahabatnya sejak kecil itu.
"Gue juga gak ngerti sepenuhnya" gumamnya dan dapat didengar oleh adiknya. Dean tak begitu penasaran namun dia sangat paham kalau mereka pasti sedang bermasalah.









TBC














VOTE DAN COMMENT NYA YA GUYS 😍




Dilona (Bukan Persinggahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang