Sejak kejadian itu, Fey benar benar menjauh dari Dilona. Sikapnya terlihat kekanak-kanakan. Bahkan dia yang awalnya berada di satu kelas dengan Dilona meminta untuk pindah ke kelas IPA 3 yang terkenal dengan anak anak nakal di dalamnya. Sekarang Dilona kehilangan teman sebangkunya sekaligus sahabatnya.
Namun, satu bulan saja sudah membuatnya seperti sahabat dengan Sharin. Karena itulah sekarang Sharin tidak pernah mendapat ucapan kasar lagi dari orang-orang kecuali Fey yang suka menyindir saat melihat wajah cewek yang dia benci itu. Bahkan sekarang, Sharin tidak segan untuk meminta apapun pada Dilona.
"Fey"
Sandi berdehem meletakkan mie gorengnya di meja kantin. Ia mendapati Fey yang duduk sendiri dengan jus mangga dihadapannya. Fey meliriknya sekilas dan membuat tatapan malas.
"Ngapain lo di sini? Gak ada meja lain apa?"
Sandi tertawa dengan sikap Fey padanya.
"Lo ada masalah sama Dilona tapi marahnya malah ke semua orang."
"Gue gak masalah sama Ona. Gue masalah sama itu tuh, sampah!" Fey menunjuk Sharin yang berada di tengah-tengah kelompok Geran yang tidak jauh dari mereka. Sandi mulai menyantap mie gorengnya sembari mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
"Sebenci itu lo sama dia?"
"Sama kaya benci gue ke Geran. Temen lo" mendengar pernyataan Fey membuat Sandi sedikit terbatuk, dan menghentikan aktivitas makannya. Ia menaikkan sebelah alisnya menatap Fey yang mengaduk-aduk jus nya dengan sedotan.
"Lo tau sesuatu?" Mendengar reaksi Sandi membuat Fey serius membicarakan sesuatu yang ia sembunyikan.
"Lo juga?"
"Hmm."
"Njir kenapa lo diem aja?! Bangsat!" gadis itu spontan memukul meja. Dan aksinya ini menarik perhatian orang-orang sekitar kantin untuk menatap mereka berdua.
"Kaga bakal ada yang percaya kalaupun gue ngomong."
"Lo bener. Gue udah omongin ini sama Ogra. Dia juga kaga percaya. Malah ngatain gue haluuu"
"Gue juga udah bahas ini sama Ogra. Ogra kaga percaya sama gue. Bajingan satu itu"
"Please, Sandi selamatin temen gue" Fey kini memelas pada Sandi. Ini membuatnya tidak nyaman, apalagi sekarang Ogra tengah memandang ke arah mereka.
"Gue juga lagi mikir" tangannya menyentil kening Fey hingga empunya mengerang sakit.
Kebetulan Alka lewat dengan susu kotak di tangannya. Fey sempat tertawa kecil dan berdesis. Kemudian ia beranjak untuk menarik Alka duduk bersamanya dan Sandi.
"Gue mau ke kelas" protes Alka.
"Nanti kita kekelas bareng" kata Fey.
"Hai. Gue Sandi"
"Alka."
"Alka sebenarnya juga tau sesuatu yang kita ketahuin, cuma dia terlalu pelit buat bantuin kita" ucap Fey yang tak mengubah ekspresi apapun di wajah pria tampan itu.
"Gue harus jelasin berapa kali kalo gue gak akan ikut campur?" Alka berdiri dan gerak gerikknya sudah menunjukkan dia akan pergi. Namun aksinya digagalkan oleh Fey, ia mendorongnya dan menahannya agar tetap duduk. Sayang, kekuatan Fey tidak sekuat Alka. Sandi tertawa melihat Fey yang terbilang kuat namun, tidak dapat menggeser Alka sedikit pun.
Tiba-tiba saja Alka berubah pikiran saat melihat pria yang kemarin hampir memukulnya datang menghampiri. Ia duduk manis di sana bahkan Fey merasa aneh dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah 360 derajat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilona (Bukan Persinggahan)
Roman pour AdolescentsHidup ini sama seperti terminal. Tempat persinggahan bagi orang yang ingin datang dan pergi, Dilona Sandrachia Ananda yang bertutur. Namanya secantik wajahnya namun, apakah kisahnya seberuntung anugrah kecantikannya?