Alka Franzee, anak dari detektif Reynaldo Franzee dan Dr. Yuna Aryana. Cowo jangkung dengan model wajah tegas ini sama sekali tidak menyukai profesi ayah maupun ibunya.
Ayahnya yang sibuk mengurusi urusan orang lain, bahkan mencari yang tidak perlu dicari tahu. Dan ibunya yang sibuk menyelamatkan nyawa orang lain sedangkan Ayahnya sendiri selalu berada dalam bahaya. Bukan hanya Ayahnya, baik dia maupun adiknya, keluarganya selalu berada dalam bahaya karena profesi Ayahnya. Dia bahkan tidak pernah memimpikan untuk menjadi seperti sosok Ayahnya.
Namun, tanpa ia sadari. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Apa yang dia lakukan persis seperti yang dilakukan Ayah dan Ibunya. Mulai dari menyelamatkan Dean dari kecelakaan itu dan sekarang dia benar-benar mencari tahu siapa yang sedang bermain dengan mengancam nyawa orang-orang terdekatnya.
Sepulang sekolah, ia berencana menemui Jaksa Dion Denaro Ananda terlebih Dion telah memberitahunya bahwa mereka mendapatkan informasi tentang pengirim ancaman misterius itu.
"Elah Na, jadi lo kaga bakal di jemput sama bang Dion? Tadinya gue juga mau nebeng!"
"Gue aja di suruh pulang bareng lu Fey. Terlantar deh kita."
"Ogra kaga masuk lagi. Tuh anak kenapa sih, dari tadi gue hubungin kaga ngejawab. Gak biasanya."
Dilona dan Fey sedang berdiskusi sebab tidak tahu harus pulang dengan apa. Pasalnya gadis yang sedikit tomboy itu tidak membawa mobilnya karena alasan mamanya akan pergi bersama tantenya. Sedang Ogra tidak masuk sekolah, dan Sandi dia menggunakan motor ke sekolah.
Fey menarik tangan Dilona ketika matanya menangkap sosok malaikat siang ini. Saat Alka tengah membuka pintu mobilnya,Fey menerobos masuk di bagian belakang. Pria itu memicingkan matanya menyelidik kedua gadis kurang ajar yang masuk ke dalam mobilnya tanpa sepatah kata pun.
"Alka. Numpang ya, kita ga ada kendaraan buat pulang. No protes protes!"
Pria itu berkacak pinggang mendengar perkataan gadis bermulut kasar itu. Dilona malah beberapa kali mencoba untuk pergi karena merasa tidak enak namun Fey menahannya.
"Ke-lu-ar!" Nadanya tinggi, namun tidak menyulut keberanian Fey dan Dilona.
Melihat mereka tak bergeming, Alka akhirnya menyerah dan duduk di depan karena dia yang memegang kendali. Namun, dia tidak menyegerakan menghidupkan mesinnya.
"Gue kaga bakal jalan, kalo posisinya begini. Lo pikir gue supir lo berdua??"
Benar kata Alka, mereka berdua sedang menaiki taxi online saja dengan pria tampan itu sebagai supirnya dengan cepat Dilona mendorong bahu Fey yang sudah memejamkan matanya dengan lengannya yang terlipat di dadanya.
"Lo yang di depan sana" bisik Dilona.
"Gue mau Dilona yang duduk di depan, di sebelah gue" instruksi Alka menyebalkan. Dia pasti mendengar bisikan Dilona. Fey menyeringai dengan mata yang masih terpejam.
Dengan berat hati, mau tak mau Dilona mengiyakan perintah Alka. Dia segera pindah ke depan dan diam seribu bahasa.
"Mungkin lo gak sadar, saat ini gue bersikap baik sama lo" setengah perjalanan berlalu dengan keheningan hingga Alka membuat Dilona tersentak dengan ucapannya.
"Lo gak perlu baik ke gue!"
"Kalo gitu, lo turun sekarang."
"Eeh tapi- tapi"
Alka menghentikan mobilnya dengan sangat kejam. Seseorang yang sudah mulai merajut mimpi pun terbangun dibuatnya.
"Turun," Perintah Alka tanpa memandang wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilona (Bukan Persinggahan)
Ficção AdolescenteHidup ini sama seperti terminal. Tempat persinggahan bagi orang yang ingin datang dan pergi, Dilona Sandrachia Ananda yang bertutur. Namanya secantik wajahnya namun, apakah kisahnya seberuntung anugrah kecantikannya?