"Kelakuan mereka" pria dengan kantung belanjaan ditangannya itu menggelengkan kepalanya beberapa kali setelah matanya menangkap kekasih yang bermesraan di depan umum. Dan tanpa sengaja ia menabrak gadis yang tengah mematung menatap kearah yang sempat ia perhatikan sebentar.
"Maaf" ucap Alka kepada gadis itu.
"Brengsek!"
"Ha? Gue cuma kaga sengaja nabrak lo. Gue juga udah minta maaf."
"Mereka yang brengsek. Bukan lo! Sialan"
Alka merasa aneh dengan sikap gadis yang bernama Fey itu. Pasalnya dia berbicara dengan sangat kasar.
"Kayanya mereka suka ngelakuin itu. Gue pernah ketemu mereka beberapa hari yang lalu di Mall juga"
"Serius lo? Dia pacar temen gue!"
"Itu temen lo?"
"Bukan yang itu. Temen gue lebih cantik. Ternyata dia di selingkuhin. Gue udah curiga dari lama, tapi Dilona kaga bakal percaya kalo gue bilang apa yang gue liat."
"Lu rekam aja. Tunjukin, gitu aja repot"
"Oh iya lo benar juga." Fey menepuk jidatnya sekali menyadari kebodohannya. Saat ia mencoba membuka lockscreen-nya dan ingin merekam, Geran dan Sharin tidak ada di sana lagi. Bahkan pria yang menyarankannya ide brillian itupun telah menjauh dari nya. Ia memilih mengejar pria itu dan memohon padanya untuk ikut bersamanya sebagai saksi atas kebejatan Geran dan Sharin.
"Tolongin wooy, temen gue harus tau ini!"
"Jangan nahan gue. Gue bilang kaga mau juga! Adek gue lagi di Rumah sakit. Dia pasti nunggu gue"
"Eh? Maaf maaf."
Sebenarnya ia tidak ingin melepaskan Alka sampai ia mau membantunya. Bagaimana ia bisa menahan seseorang yang adiknya kini berada di rumah sakit. Meskipun Fey tidak tahu maksud Alka bahwa adiknya sedang menunggu di rumah sakit bukan karena sakit. Dengan terpaksa ia melepaskan saksi itu. Namun keberuntungan mungkin memihak padanya sehingga mereka dipertemukan di sekolah bahkan di kelas yang sama.
***
"Lo tunggu di sini, gue ambil mobil dulu" ucap Fey saat dirinya dengan Dilona telah berada di muka gerbang sekolah.
"Gue di jemput bang Dion. Mau pergi ke suatu tempat."
"Oh gituu, gue nunggu sampe bang Dion datang deh. Lo gapapa kan?"
"Gapapa."
"Baru juga di omongin tuh abang lo udah nyampe."
Benar kata Fey, mobil hitam Dion berhenti tepat di depan mereka.
"Woi dean apa kabar?"
"Baik. Loh udah barengan lagi ya?"
Fey hanya tertawa membalasnya. Dilona berpamitan dengannya dan masuk ke dalam mobil.
"Fey mau pulang bareng?" Tawar Dion. Baik abang maupun adik Dilona sama dekatnya dengan Fey, sejak kecil Dilona telah bermain dengan Fey tentu mereka mengenal sahabat satu-satunya saudari putri mereka.
"Makasih bang, gue bawa mobil kok."
"Kita duluan ya!"
"Yoi, hati hati" ia melambai kepada tiga D bersaudara itu dan langsung saja Dion melajukan mobilnya.
Suasana di dalam mobil hening tidak seperti biasanya dimana Dilona akan ngerecokin kehidupan kedua saudaranya itu. Ia menyenderkan kepalanya di jendela mobil dan menatap ke luar. Kelakuannya ini malah membuat Dean merasa risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilona (Bukan Persinggahan)
Teen FictionHidup ini sama seperti terminal. Tempat persinggahan bagi orang yang ingin datang dan pergi, Dilona Sandrachia Ananda yang bertutur. Namanya secantik wajahnya namun, apakah kisahnya seberuntung anugrah kecantikannya?